Part 59

61 7 0
                                    

Happy Reading❤

Sekian lamanya melakukan pembelajaran, akhirnya mereka semua pulang. Sejak tadi, Sandyta dan Capella menempel terus pada Altair.

Sandyta sekarang lebih dekat dengan Capella ketimbang dengan keempat temannya. Ia marah pada Aquila karena gadis itu sudah merebut Altair darinya.

Aquila memaklumi saja, karena Sandyta butuh waktu untuk memaafkannya juga melupakan Altair. Teman-teman Aquila tau yang salah adalah Sandyta, bukan Aquila. Toh, Altair sayang Aquila begitu juga Aquila pada Altair. Apakah salah jika mencintai seseorang?

Sandyta yang membuatnya semakin rumit, saat di kelas tadi. Sandyta memisahkan diri dari keempat temannya, itu membuat Aquila merasa bersalah, berulang kali Aquila meminta maaf padanya.

Capella dan Sandyta terus menggelayutkan tangannya di lengan Altair. Aquila mundur, gadis itu berada di belakang Altair. Altair menoleh ke belakang, Aquila nampak tak suka jika dirinya didekati Capella dan Sandyta, Altair tau meski Aquila tidak berucap ataupun sesekali menunjukannya.

Lelaki itu melepaskan tangan Capella dan Sandyta dari lengannya. "Gue punya lagu buat lo berdua," kata Altair. "Apaan tuh?!" Keduanya terlihat antusias.

"Aduh gimana le, kok mantan manis le. Bikin susah move on terngiang-ngiange."

"Beneran?" tanya keduanya. Aquila semakin muak, ia memutar kedua matanya malas dan bersedekap dada.

Altair gak tau apa kalau gue cemburu? Brengsek! batin Aquila mendumel.

"Aku jadi gimana-gimana gitu ya, Tan?"

"Gimana tuh?"

"Kita udah putus, tapi kok masih sayang." Aquila semakin panas dibuatnya, tapi sebisa mungkin dia terlihat biasa saja. Capella dan Sandyta menjadi kegirangan atas hal itu.

"Najong banget, udah punya Aquila juga!" sembur Raisha. "Tau lo, emang gak pernah berubah!" lanjut Kayra.

"Mampos! Kutuk aja kutuk," suruh Alula pada Kayra dan Raisha. "Tapi boong! Gak sayang lah gue sama mantan-mantan gue. Kan gue sayangnya sama Aqua," elak Altair.

"Tai!"

"Bullshit!"

Kata-kata itu terlontar dari mulut Raisha dan Kayra yang merupakan mantan-mantan Altair. Putra tertawa melihat Altair yang nampak ternistakan. "IH, KOK BOHONG?!" sentak Sandyta dan Capella.

"Kutukan mantan masih teringat jelas," sahut Romeo.

"Tipis manis, kucoba ramas ramas elus elus," sambung Putra. "Pegang di pinggang, iko main iris kemes kemes," lanjut keduanya.

Lalu mereka tertawa. Putra mendapatkan pandangan jijik dari Alula. "Najis!" sembur Alula. "Dih, apaan emang? Pikiran lo kotor sih," cerca Romeo.

"Apanya yang diremes?" tukas Fabian polos. "Gak usah dibahas ih! Apaan sih lo pada, mesum banget," cibir Alula.

"Ada cewenya juga," ketus Kayra. "Maaf, khilaf," kata Fabian tanpa dosa, lalu ia tertawa bersama keempat temannya.

Aquila malas, malas mendengar semua candaan dan ocehan teman-temannya. Ia beranjak pergi, Altair tersigap. Ia mengikuti Aquila pergi. Altair menjejerkan tubuhnya agar sejajar dengan Aquila saat berjalan. Lelaki itu menusuk-nusuk pipi Aquila, tetapi Aquila mendiamkannya. "Hai kamu, jangan membisu. Ada aku, di sini untukmu," ujar Altair dengan nada nyanyian.

"Gak guna juga lo di sini," ketus Aquila. "Jangan marah dong. Nanti kesurupan tau rasa!" celetuk Altair asal.

"Gak pernah gue," kata Aquila malas. "Iyalah, 'kan lo setannya. Hehe," cengir Altair mendapat tinjuan dari Aquila.

ALTAIR BADRAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang