Part 20

72 13 0
                                    

Happy Reading❤

Selepas membeli ice cream bersama Capella di supermarket dekat rumah sakit, Altair kembali ke rumah sakit untuk menyusul kedua adiknya masuk kedalam ruangan di mana Dicky dirawat. Altair benar-benar tidak menemukan Aquila di sini, jika benar gadis itu saudara tiri Capella dan Dicky, lalu mengapa ia tidak datang? Entahlah pikiran itu terus berkutik diotak Altair.

Altair memutuskan untuk tidak mencari tahu lebih banyak lagi akan hal itu. Karena itu hanya membuatnya pusing tujuh keliling memikirkannya. Jelas saja Aquila tidak datang, gadis itu sibuk mengurusi Mama tirinya yang minta dilayani.

Alula sudah mengajak Sandyta, Kayra, Aquila dan Raisha di chat. Tetapi keempatnya tidak mau karena alasan sibuk, Alula tau mengapa keempatnya tidak mau, itu karena ada Altair yang merupakan mantan-mantan ketiga temannya kecuali Aquila.

"Assalamuallaikum," ujar Altair memasuki ruangan bersama Capella. "Waalaikumusallam," jawab Alula dan Althaf, tidak dengan Dicky.

Altair memandang Dicky dengan sengit, ia tersenyum remeh melihat kondisi Dicky yang sudah siuman tetapi belum pulih sepenuhnya. "Sadar juga lo, kirain gue bakal ke rahmatullah," ucap Altair dengan kurang ajarnya. "Ngapain lo ke sini?" sewot Dicky.

"Mau doain lo semoga lo tenang di alam sana," jawab Altair dengan smirknya. "Abang! Lo apaan sih? Katanya dateng ke sini mau minta maaf," protes Alula.

"Tadinya sih gitu, tapi udah disewotin duluan. Percuma aja gue minta maaf sama dia," sindir Altair. "Sialan!" sungut Dicky yang bangun dari posisi rebahannya.

"Apa? Mau apa lo? Mau nonjok? Sini, emang bisa?" ledek Altair. "Kamu kok gitu sih, yang," rajuk Capella.

"Terus maunya gimana?" ujar Altair berusaha sabar. "Yang sopan dong. Dia, 'kan calon kakak ipar kamu."

"Cih, kakak ipar mata lo. Lo masih pacaran, Pel. Sama abang gue, belom tunangan," ketus Althaf. "Awas lo, gue sembuh kita duel," tantang Dicky.

"Oke, ayo pulang," ajak Altair pada Alula dan Althaf. "Gue gak mau!" tegas Alula. Altair menghembuskan napas panjang, sabar dengan kelakuan Alula yang keras kepala.

"Pulang atau gue gorok leher bubu kembarannya si babi!" ancam Altair. "Ih! Ya, jangan dong. Itu anak angkat gue," ketus Alula.

Altair menyeringai puas. "Ya udah, pulang cepetan. Susah banget lo," sewot Altair. "Iya!"

"Hati-hati ya, yang," ucap Dicky. "Yee, yang-yang pala lo peang! Adik gue gak boleh dipanggil sayang-sayang sama lo, nanti mukanya jadi burik!" sungut Altair. Lelaki itu benar-benar kesal sampai mati pada Dicky.

"Abang!" rengek Alula. "Yang, aku mau pulang dulu ya, jaga diri baik-baik," ujar Altair pada Capella-pacarnya.

Dicky berdecih. "Gak usah panggil adik gue pake sebutan sayang kalau lo pake kaos dalem aja masih kebalik!" balas Dicky membalikan ucapan Altair. "Gue gak make kaos dalem! Lo mau kepala lo gue bungkus make karung?!"

"Gak nanya!"

"Yee, gue buang juga lo ke rawa-rawa biar gak ngerusuhin hidup orang mulu," cibir Altair. "Udah ih, jangan ribut terus. Ayo pulang!" bentak Alula.

Ketiganya melengos pergi meninggalkan Dicky dan Capella. "Kok, lo bisa sih punya cowo seidiot dia? Musuh gue lagi," cicit Dicky pada sang adik. "Ya, biarin aja dia.  'Kan ganteng, jadi gue gak gampang bosen."

"Ck! Modal ganteng doang lo mau gimana modal mobil satu triliun," ketus Dicky. "Ahhh! Mau banget, seengganya gue dapet pacar kaya. Gak kayak lo kere!"

"Shit!"

***

Sudah dua hari Altair diskors oleh Pak Endang. Ini saatnya, lelaki itu kembali beraktivitas di gedung sekolah.

ALTAIR BADRAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang