Part 28

66 15 0
                                    

Happy Reading❤

"Lo berdua kenapa dipanggil sama Pak Iwan tadi?" tanya Putra pada Altair dan Althaf. "Paling juga mau bahas soal Olimpiade," jawab Althaf.

"Gue heran sama lo, Dran. Lo makan apaan sih? Kelakuannya jelek kayak pantat pancinya Mba Iyem, tapi kok, lo bisa pinter sih?" tudung Romeo. "Iya lah hebat, makanya jangan suka kurang ajar lo sama gue," kata Altair dengan sombongnya.

Romeo berdecak."Tadi aja gue gak usah nanya begitu, nyesel gue," ketus Romeo. "Sensi mulu lo, kayak sipanse!" ledek Putra.

Tiba-tiba ada yang merayap di kaki Altair. Karena geli, ia bergoyang-goyang tidak jelas. "Lo ngapain? Mau kontes goyang dumang?" kekeh Romeo. "Aduh, gue ngeri gue takut," kata Altair.

"Takut apaan sih?" sahut Fabian. Altair tidak menjawab pertanyaan Althaf, ia terus berloncat-loncat tidak bisa diam. "Pendarahan kali lo," celetuk Romeo dengan polosnya. Semuanya terpingkal-pingkal mendengar celetukan Romeo.

Althaf menoyor kepala Romeo dan tertawa ngakak. "Jahat banget lo, Me. Ngebullynya," ucapnya. "Elah, Al. Ngebully mah jangan tanggung-tanggung."

"Lo kira dia hamil?" sahut Putra. "Kenapa sih, Dran? Sini lah gue intipin," ujar Fabian.

"Dih, ogah! Lo kira gue cowo gampangan?" sewot Altair. Semua murid dikelas tertawa terbahak-bahak. "Ini apaan yaallah," rengek Altair menarik-narik celananya.

"Ayo bawa ke rumah sakit bersalin!" teriak Romeo. "Udah di sini aja gak usah bawa ke rumah sakit, udah tau dia miskin gak ada istri lagi, mau bayar pake apa coba?" kata Putra dengan kurang ajarnya.

"Pake upil gue. Mba Iyem aja terima kok kalau gue bayar pake upil. Masa dokter dan perawat disana gak bisa terima," ujar Romeo nyeleneh. Suasana kelas menjadi riuh oleh suara tawa masing-masing murid. "Salut gue, Me, sama lo. Upilnya buat sejuta umat!" seru Fabian.

"Udah gak usah banyak bacot, kasian anaknya mau lahir!" teriak Althaf histeris. "Cepet! Nanti anaknya gak selamet, terus dia mati gimana?" tukas Romeo.

"Udah lahiran di sini aja." Putra, si cowok bertubuh besar ini mengangkat Altair dan membaringkannya ke meja sekolah. "Ayo, Bu! Tarik!" teriak Fabian pada Altair.

"Tarik sist! Semongko!" sahut Romeo. "Heh, ayam!" Altair merubah posisinya menjadi berdiri.

"Lo kira gue mau lahiran? Gak ada akhlak lo, jahat banget sama temen," rengek Altair. "Lah, tadi gue intipin gak mau. Kita itu udah berusaha, Dran. Buat melihat dan menerawang apa sebenarnya yang masuk ke dalam celana lo!" kata Fabian.

"Usaha-usaha mata lo peang! Usaha lo semua bikin gue tersiksa!" Altair terus berloncat-loncat untuk mengeluarkan sesuatu yang merayap dicelananya. "Astagfirullah, Nak. Jaga hati, jaga iman, jangan suka ngomong kasar." Althaf menepuk punggung Altair mencoba mengulurkan kesabaran pada abangnya itu.

"Tau lo marah mulu," sahut Fabian. Altair tidak menggubris omelan Fabian, Ia terus berlompat dan akhirnya sesuatu keluar dari celananya.

"OMG! KECOAA!" teriak Alula menaiki atas meja disusul oleh anak perempuan lainnya kecuali Aquila. "MAMII!" rengek Altair menggelayutkan tubuhnya di badan Putra. Aquila tertawa bersama anak-anak lelaki lainnya karena melihat Altair se-cemen itu jika berhadapan dengan satu hewan kecil yang bernama kecoa.

"Lo apaan, sih!" Dengan tak berdosanya, Putra melemparkan Altair ke bawah lantai.

Bruk!

"Sialan lo, Ta. Main lempar-lempar gue aja." Altair mengelus bokongnya yang terasa sakit. Ia menoleh ke arah depan, tepat sekali kecoa tengah menghadap padanya. "Astagfirullahaladzim, allahu la ilaha illa huw, al-hayyul-qayyum, la ta'khuzuhu sinatuw wa la na'um, lahụ ma fis-samawati wa ma fil-ard, man zallazi yasyfa'u 'indahu illa bi'iznih, ya'lamu ma baina aidihim wa ma khalfahum, wa la yuhituna bisyai'im min ilmihi illa bima sya, wasi'a kursiyyuhus-samawati wal-ard, wa la ya uduhu hifzuhuma, wa huwal- aliyyul-azim." Altair merafalkannya sampai akhir.

ALTAIR BADRAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang