Part 56

55 8 0
                                    

Happy Reading❤

Altair pulang ke rumah bersama Aquila juga dua adik kembarnya. Ketiganya berganti baju, tidak dengan Altair. Aquila menuju kamar Altair, Alula dan Althaf menuju kamar mereka masing-masing, sedangkan Altair iseng mendatangi ruang kerja Adit.

Lelaki itu membuka pintu secara perlahan, terlihat ruangan berdominasi cat putih di hadapannya. Ruangan kerja Adit sangat megah dan bagus, nyaman untuk dikunjungi.

Ruangan Adit juga bersih karena setiap hari Nadjwa membersihkannya, karena sekarang mereka sedang tak ada di rumah, Alula bertugas untuk membersihkannya. Altair menghampiri meja kerja Adit, duduk di bangku putarnya lalu memutarkannya.

"Wuish, gila! Jadi bos enak kali ya," ujarnya takjub. Lelaki itu memakai jas hitam milik Adit yang berada di sofa ke tubuhnya, menaikkan satu kaki layaknya seorang bos. "Heh! Kamu ini kerja gak pernah bener, kamu saya pecat!" monolog Altair, lalu ia tertawa.

"Anjir sinting gue lama-lama." Lelaki itu tertawa puas, menghembuskan napas. Lalu mencari sebuah benda pipih, ia kepo dengan isi ponsel Adit. Adit mempunyai dua ponsel, seharusnya sih lebih tetapu ia tak suka boros, terlebih lagi Nadjwa suka mengomel jika Adit berlebihan.

Altair mengambil ponsel Adit di laci meja, membukanya secara perlahan. Tertera notifikasi dari Abdul di layar ponsel Adit. Pesan itu berisi:

Abdul: Dit, lo emang gak ikut reuni? Bukannya ikut ya?

Abdul: Kok, lo ngajakin gue ketemuan?

Abdul: Pake nomor baru lo, lo punya no baru? Banyak amat

Abdul: gue otw ya, janjiannya di sini kan?

Abdul: lokasi📍

Altair tercengang, ia membaca pesan itu dari notif. Buru-buru ia membukanya-sharelock yang diberikan Abdul. Sharelock-an itu menunjuk ke suatu tempat sepi, Altair pernah ke sana jika menenangkan diri, tetapi jarang. "Papa punya nomor baru lagi? Buset, kayak buronan banyak banget nomornya," kekeh Altair.

Altair menautkan alisnya dan berfikir keras. "Tapi kenapa papa ajak Om Abdul ketemuan? Di Jakarta lagi bukan di Bogor, Papa, 'kan lagi reuni di Bogor. Wahh, ada yang gak beres nih," pikirnya. Abdul adalah teman akrab Adit waktu SMA, dia juga anggota dari Alerga.

"Kemungkinan kalau kayak gini, Om Abdul gak ikut reuni. Coba gue chat Papa, ah." Altair mengambil ponselnya di saku celana, lalu membuka aplikasi line.

Adityark: Pa, emang Om Abdul ga ikut reuni?

Aditya: kg

Adityark: Kg apaan? Kilogram?

Aditya: kaga bambang. Kenapa sih?

Adityark: santuy, nanya doang

Aditya: gausa nanya2, ga penting pertanyaan kamu itu

Adityark: istigfar

Aditya: ga kepanasan?

Adityark: kepanasan apaan?

Aditya: kan kamu setannya mwehehehe

Adityark: iya:)
Read.

Altair menghembuskan napasnya, lalu mengelus dadanya berusaha sabar menghadapi sikap Adit yang tak pernah serius. Ia mengetikkan suatu pesan lagi.

Adityark: emang papa punya nomor baru?

Aditya: ga lah, ngapain?

Adityark: siapa tau, kan buronan

ALTAIR BADRAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang