Mulmed: Mahadewa, Elang.
Jangan pernah menjadi segalanya untuk semua hal, karena dimata tuhan kita itu sama. -Altair Badran Dhananjaya.
Happy Reading❤
Bruk!
"Alula!" teriak Altair. Keempat teman Altair telat berdatangan karena mereka melapor aksi tidak sopan Dicky pada guru lain. "Lula!" teriak Althaf.
Altair dan Althaf langsung menghampiri Alula yang pingsan karena tendangan dari Dicky. Altair kembali menghabisi Dicky dengan cara menendang dada dan meninju wajahnya. Ia terlihat kalut saat ini, sejak tadi tidak ada yang bisa memisahkan keduanya. Altair memang begitu, jika ada perempuan yang ia sayang terluka, ia akan membantai habis orang itu. Salah Dikcy karena ia telah membangunkan singa yang mengamuk. Guru-guru yang lainnya datang untuk memisahkan, dan akhirnya keduanya bisa dilerai.
Alula sudah dibawa oleh Althaf and the geng juga dengan Alula and the geng, mereka membawa Alula ke ruang UKS. Tadi saat memisahkan Altair dan Dicky, Alula terkena tendangan pada perutnya, itu sangat keras sekali dan bunyinya bukan main-main. Jika dinyatakan parah, Alula akan dirujuk ke rumah sakit oleh pihak sekolah.
"Kalian ini apa-apaan sih berantem di sekolah?!" pekik Pak Endang. "Saya cuma gak mau ada yang gak sopan sama guru dan ada yang sakitin adik saya!" Altair menunjuk wajah Dicky. Altair terlihat seperti berandalan saat ini, bajunya dikeluarkan menampilkan baju hitam polos didalamnya, tidak memakai dasi, Bu Reni juga lupa untuk menegurnya tadi.
"Sudah Pak, Badran gak salah. Justru dia yang bantu saya," bela Bu Reni. "Kamu ngelakuin apa lagi, Dicky?!"
Dicky terdiam, ia juga mulai lelah. Lebam ditubuhnya terasa sangat sakit, Altair benar-benar membuatnya mati tetapi hidup. "Saya gak sengaja bikin jatuh Bu Reni," jelasnya setengah sadar. Altair tertawa, sungguh alasannya sangat tidak masuk akal. "Kalian kenapa ngumpul di sini? Sudah sana istirahat sebentar lagi mau masuk!" Pak Endang berhasil membubarkan murid-murid yang melihat kejadian tadi.
"Tiada hari tanpa buat ulah! Saya cape lama-lama sama kamu Dicky," oceh Pak Endang memijat pelipisnya yang terasa pusing. "Untuk ini, kalian berdua saya hukum!"
Dicky menghiraukan ucapan Pak Endang. Beberapa menit kemudian, pandangannya menggelap dan tidak sadarkan diri. "Pak, Dicky pingsan," panik Bu Reni. "Cepat bawa dia UKS!" titah Pak Endang. Warga sekolah membawanya ke UKS secepat mungkin kecuali Pak Endang dan Bu Reni, karena mereka masih ada urusan dengan Altair.
Mampus, paling sampe UKS juga sekarat entar. Gak sia-sia gue habisin dia, batin Altair.
"Oke Pak, gapapa. Tapi sebelum dihukum saya liat Alula dulu boleh, gak?" Pak Endang langsung mengizinkan Altair untuk pergi ke UKS menemui Alula. Altair menghela napas berat, ia menghampiri brankar Alula. "Ini adik saya belum siuman, Dok?" tanya Altair pada Dokter di UKS.
"Belum, tendangannya cukup kencang tadi. Disarankan, kalau Alula sudah siuman ia tidak boleh langsung pergi, karena berdiri saja sudah membuat perutnya merasa nyeri."
"Baik, Dok, akan saya usahakan untuk jaga dia. Tapi gak ada gejala yang serius mengenai hal ini, 'kan?" Altair yang biasanya urakan, kini ia bisa sangat serius jika sudah menyangkut orang-orang yang ia sayang. "Untuk itu sih tidak ada, tapi tolong diperhatikan ya, kalau dia merasakan sakit lagi, tolong segera dibawa ke rumah sakit."
"Baik, Dok, terima kasih."
"Kalau begitu saya permisi dulu." Setelah Dokter pergi, Altair mencurahkan seluruh kekesalannya pada Alula yang belum sadar. "Lo tuh kenapa sih gak bisa diem sedikit? Kayak cacing kepanasaan tau gak lo! Gak bisa diem, kalau Mami tau Mami bakal nangis nih, sok-sokan mau misahin gue sama Dicky, lo sendiri, 'kan yang kena!"

KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAIR BADRAN [REVISI]
أدب المراهقينCerita ini adalah cerita generasi kedua dari cerita ADITYA, selamat membaca cerita ALTAIR DAN AQUILA❤❤❤ Altair Badran Dhananjaya nama yang bagus jika didengar, tapi tidak dengan sikapnya. Altair adalah seorang Playboy, pemalak, dan badboy karena suk...