Happy Reading❤
Altair berasama teman-temannya mengunjungi kantin untuk menyantap puas makanan-makanan di sana. Putra yang memakan mie dua porsi, Romeo memakan cilok Ibu Jodha, Fabian memakan nasi goreng, Althaf memakan mie ayam ditraktir oleh Altair sesuai perjanjian mereka tempo lalu.
"Gue gak sengaja nabrak dia, terus dia luka. Pas gue anter naik motor, si blakcy malah mati. Makanya gue minta nomor bengkel ke lo," jelas Altair. "Oh gitu, sekarang iya cuma sebatas tanggung jawab. Tapi gak tau nanti," kekeh Althaf.
"Maksud lo?" Altair menyeringit bingung.
"Entar juga lo bakalan suka sama dia, liat aja. Kalau emang bener, traktir gue makan di kantin selama seminggu," tantang Althaf.
"Oke, gue buktiin kalau gue gak suka sama dia!" tegas Altair, ia mengambil ponsel Althaf yang berada di meja ruang tengah.
Selengkapnya liat dipart 23 yaa...
Begitulah perjanjian mereka, saat Altair tidak sengaja menabrak Aquila. Althaf menanyakan bagaimana ia bisa bersama Aquila, Altair menjelaskan seperti itu. Althaf yang gemas pun memberikan permintaan traktir makan selama seminggu.
Altair setuju-setuju saja karena waktu itu ia yakin tidak akan jatuh cinta dengan Aquila, tetapi sekarang berbeda. Justru ia malah mencintai Aquila, untuk menepati janjinya pada sang adik, ia mentraktir bakso hari ini.
Semua teman-temannya tengah fokus makan. Tidak dengan Altair, lelaki itu sedang sibuk memainkan ponsel adiknya untuk mengechat Aquila lewat aplikasi instagram, bukan hanya aplikasi instagram, whatsapp, line, sudah ia buka untuk mengechat Aquila. Tetapi tidak ada jawaban. Tentu saja, karena ponsel Aquila tidak terisi batrai sejak semalam.
Althafrey_: lo kenapa ga masuk?
Althafrey_: lo sakit, heh?
Althafrey_: Laaaaaaa
Althafrey_: La, kalo lu ga jawab gua datengin rumah lo terus gue bakar
Althafrey_: heh woi! Tuli lo?
"Bang!" Altair menoleh ke arah Althaf. "Apaan, sih?!" sewot Altair. Althaf menyendokkan satu sendok bakso yang sudah ia potong menjadi kecil ke arah Altair, tetapi Altair menolaknya.
"Lo sehat, 'kan? Gue gak mau sampe gay, ya, sama lo!" Bentakan Altair seperti itu membuat keempat temannya tertawa. Althaf berdecak kesal. "Gue juga gak mau kali gay sama lo! Lagian, gue juga masih suka cewe-suka Raisha sih, lebih tepatnya." Tepat sekali saat Althaf bicara begitu, Raisha datang bersama teman-temannya. Raisha tersenyum malu, sekaligus kegirangan sendiri saat melihatnya, karena ia wanita bar-bar. Tidak malu untuk seperti itu di depan Althaf.
"Haha anjir woi! Gue ngefly banget!" heboh Raisha. "Lo baru gitu doang ngefly, apa-apa ngefly, heran gue heran!" protes Alula.
"Ayo baku hantam! Gue suka. Mau gue ambilin pancinya Mba Iyem gak?" tawar Kayra. "Gak!" tolak keduanya.
Sejak tadi yang berisik hanya ketiganya saja, tidak dengan Sandyta. Gadis itu termenung karena memikirkan Aquila. Apakah Aquila tidak masuk karena ada hubungannya dengannya? Setelah keduanya berbicara empat mata kemarin, hari ini Aquila tidak masuk.
"Quila, gue mau ngomong sesuatu sama lo. Boleh?" kata Sandyta, menghampiri Aquila dan Altair. Aquila mengangguk, ia pamit pada Altair lalu mengikuti langkah Sandyta.
Sandyta membawanya ke taman belakang sekolah, di sana sangat sepi. Sepertinya Sandyta ingin bicara penting, itu sebabnya ia mengajak Aquila ke sini untuk bicara empat mata. Sandyta menyuruh Aquila duduk, dan Aquila mendudukan bokongnya di kursi panjang taman berwarna putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAIR BADRAN [REVISI]
Teen FictionCerita ini adalah cerita generasi kedua dari cerita ADITYA, selamat membaca cerita ALTAIR DAN AQUILA❤❤❤ Altair Badran Dhananjaya nama yang bagus jika didengar, tapi tidak dengan sikapnya. Altair adalah seorang Playboy, pemalak, dan badboy karena suk...