Part 40

78 12 2
                                    

Happy Reading❤

Kubu Altair semakin gencar karena telah memperoleh poin lebih tinggi dibabak pertama. Suara riuh tepuk tangan kembali terdengar saat Altair berhasil mencetak poin meski kaki dan tangannya masih terasa sakit.

Kini bola basket berada ditangan Dicky, saat-saat ingin menshooting bola, waktunya malah habis karena wasit sudah meniup pluit. Saat Dicky, Althaf, dan Altair bertengkar, wasit tidak berani memisahkan. Waktu terbuang sia-sia karena pertengkaran tadi, shit! Dicky benar-benar kesal.

Semua anak-anak geng Archer menghampiri kelimanya, dan berhigh five ria karena Archer berhasil mencetak poin dibabak pertama. Kayra memberikan minum pada Fabian. "Minum dulu, yang," suruh Kayra. "Seger, belinya make hati ya?" tebak Fabian.

Kayra tersenyum geli. "Iya dong," katanya. Sementara Raisha mengelap keringat Althaf dan meniup-niup keringatnya agar Althaf tidak kepanasan. "Masih gerah?" tanya Raisha.

"Masih, nih," ujar Althaf semakin menjadi-jadi. Raisha kembali meniup-niup keringat Althaf. Sisanya tinggal Sandyta, Aquila, Altair, Putra, dan Romeo, sedangkan Alula pergi ke arah Dicky-memberi minum pacar kesayangannya itu. Kelimanya melihat empat pasangan itu dengan malas. "Tai lo semua!" Altair menepuk wajah Althaf dan Fabian menggunakan handuk kecilnya.

"Bau keringat lo!" damprat keduanya. Romeo dan Putra saling merangkul, menatap keuwuan Kayra, Fabian, Althaf, dan Raisha. "Miris banget ye kita, anjrit, Tra! Gue pengen punya cewe!" rengek Romeo.

"Bacot, Me! Noh sama Siti aja sana!" kesal Putra mengusir Romeo. "Mana yang namanya siti?" Romeo mengedarkan pandangan, tidak ada yang bernama Siti-orang yang dimaksud Putra, bahkan Romeo pun tidak kenal dengan nama siti.

Putra menunjuk seekor tikus yang berjalan bersama tikus lainnya. "Itu sitikus, yhaa! Dia aja punya pasangan masa lo gak, Me?"

"Sialan lo! Ngaca lo juga jomlo. Lagian mana mau gue sama tikus?!" gertak Romeo. "Ya emang tikus mau sama lo?" sahut Altair mengundang gelak tawa.

"Eh, curut. Lo emang mau sama Romeo?" tanya Putra pada tikus. Tikus itu langsung lari dengan pasangannya. "Muka lo pahit sih, Me. Tikus aja gak mau sama lo apa lagi cewe!" ledek Putra.

"Terus aja, Tra, terus," sewot Romeo. Altair sedari tadi masih fokus melihat empat pasangan yang sedang uwu di depannya. Ia melirik Aquila dan Sandyta bergantian lalu bersuara, "Diantara lo berdua, gak ada yang mau uwu sama gue gitu? Atau ngasih gue sesuatu?" tanya Altair pada keduanya, sebenarnya pertanyaan itu untuk Aquila, karena ada Sandyta dan teman-temannya ia seperti itu agar mereka tidak curiga kalau Altair memang menyukai Aquila.

"Dih, ogah!" sinis Aquila, pura-pura.

"Gue, Dran. Nih minum buat lo," kata Sandyta, memberikan minuman mineral untuk Altair. Bukannya menerima, Altair malah melirik minuman yang dibawa Aquila. "Buat siapa, La?" tanya Altair.

"Bu-buat gue lah! Ya kali buat lo," sewot Aquila.

Sebenarnya buat lo, badan! batin Aquila.

Aquila langsung membuka tutup botolnya dan meneguknya. Altair pun sama halnya dengan Aquila. Sandyta mengelap keringat Altair, dan bodohnya Altair hanya diam saja. Ia sengaja melirik Aquila terus-terusan, gadis itu mengepalkan tangannya erat-erat. Altair ini sengaja membuatnya cemburu.

ALTAIR BADRAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang