Happy Reading❤
"Cape, gak?" tanya Altair pada Aquila. Aquila semakin tidak mengerti dengan pria yang sedang menggendongnya ini. Harusnya lelaki itu yang merasakan lelah, bukan dirinya.
Hujan masih belum reda, mereka berjalan di bawah hujan deras yang mengguyur jalanan. Altair menggendong Aquila sudah lebih dari beberapa menit. "Harusnya gue yang nanya lo, lo cape?" tanya Aquila dengan nada melunak.
"Gak, lah!" sarkas Altair. "Kenapa gak neduh dulu sih? Udah tau deres gini. Gak ngotak!" Aquila menoyor tempurung kepala Altair.
"Kelamaan, nanti luka lo bisa infeksi!" balasnya dengan nada tinggi. "Ribet, lo!"
"Motor lo gimana?" lanjut Aquila. "Gak tau, HP gue mati, jadi gak bisa minta tolong sama orang bengkel. Lagian itu motor udah gue kunci stang juga."
Aquila manggut-manggut mengerti. "Awas aja sampe motor lo hilang lo malah nyalahin gue!"
"Kalau itu patut!"
Aquila memukul bahu Altair. "IHH! RESE LO!"
"Coba minjem hape lo, punya nomor Althaf, 'kan?" tanya Altair. "Ya udah, berhenti dulu." Altair berhenti, menurunkan Aquila. Untuk sekarang mereka berhenti ribut karena keadaan tidak mendukung. Aquila mengeluarkan ponselnya, ponselnya itu anti air. Jadi ia bebas mengeluarkannya disaat hujan seperti ini.
Aquila membuka lockscreennya, Altair sempat mengintip tadi. Wallpaper Aquila sedang foto bersama seorang perempuan dewasa. Foto itu foto Aquila waktu masih kecil, Altair tahu karena Aquila pernah mengupload foto semasa kecilnya di instagram, benar-benar mirip Aya. Tidak ada bedanya jika dibandingkan dengan foto Aya. Terlihat seperti kembar.
"Neduh dulu aja," suruh Aquila. Keduanya meneduh di warung kecil. Jalanan ini sangat sepi, bahkan warung yang mereka tempatkan untuk berteduh tidak ada orangnya. "Nih hape gue, pake aja." Altair menerimanya, ia membuka aplikasi line untuk mengechat Althaf.
Aquila adya: Al, minta nomor telpon bengkel, ini gue abang lo
Althaf reynand: 62++++
Aquila adya: thanks
Althaf reynand: kok lo bisa sama Aquila?
Aquila adya: nanti gue ceritain
Althaf reynand: ok
Read.Altair menghapus pesannya. Keluar room chat, menelpon orang bengkel. Setelah selesai, ia keluar aplikasi, Altair melihat sebentar wallpaper ponsel Aquila. Aquila mendelik curiga, untuk apa Altair melihat wallpaper foto dirinya waktu kecil dan ibunya sampai seperti itu? Secepatnya Aquila menarik kembali ponselnya.
"Ngapain lo ngeliatin wallpaper gue sampe segitunya?!" curiga Aquila. "Lo mirip temen kecil gue," jawab Altair jujur.
"Siapa temen kecil, lo?"
"Em...,"
"Kepo lo, ah! Ayo naik." Altair membungkukkan tubuhnya kembali, Aquila segera naik dan merekapun melanjutkan perjalanan mereka.
Sebuah angkot kecil lewat di hadapan keduanya. Memang sejak tadi jalanan sangat sepi tidak ada kendaraan semacam angkot, mau menaiki bus sekolah juga harus sampai halte. Jadi mau tidak mau Altair menggendong Aquila dengan menerobos hujan deras itu, mana tau ia kuat menggendong Aquila sampai rumahnya. "Bang, angkot." Altair menghentikan angkotnya, angkot itu pun berhenti. Altair menurunkan Aquila. "Saya naik pake baju basah gapapa, 'kan?" tanya Altair memastikan.
"Gapapa, Mas. Ayo naik," ajak supir angkot itu. Altair mendorong Aquila pelan agar gadis itu mau menaiki angkutan umum di depannya. "Gak usah dorong-dorong!" desis Aquila.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAIR BADRAN [REVISI]
Novela JuvenilCerita ini adalah cerita generasi kedua dari cerita ADITYA, selamat membaca cerita ALTAIR DAN AQUILA❤❤❤ Altair Badran Dhananjaya nama yang bagus jika didengar, tapi tidak dengan sikapnya. Altair adalah seorang Playboy, pemalak, dan badboy karena suk...