Happy Reading❤
Siang ini, anak-anak kelas sebelas IPA 3 tengah melakukan kegiatan olahraga. Semuanya berbaris dengan rapi, Pak Rahmat-selaku guru mata pelajaran penjas menginstruksi mereka untuk bermain basket.
Basket perempuan dan basket laki-laki sengaja dicampurkan karena ini hanya permainan bebas. Seluruh siswa dibagi menjadi tujuh kelompok basket yang terdiri dari lima orang, Altair tidak terpisahkan dengan gengnya begitu juga dengan Aquila, kini mereka menjadi tim lawan.
"Kelompok saya lawan kelompoknya Aqua-eh Aquila, Pak?" tanya Altair pada Pak Rahmat. "Iya, Badran. Kamu nanya sekali lagi, saya gundulin rambutmu!"
"Ya jangan dong, Pak. Tega banget," cibir Altair. "Sudah cepat sana kalian main! Yang cowo jangan didorong-dorong cewenya. Jagain!" pesan Pak Rahmat.
"Siap, Pak!" serempak Altair and the geng. Terlihat di lapangan terdapat dua kubu yang saling berlawanan. Yakni, tim Altair dan tim Aquila. Sejak tadi bola terus dikuasai oleh tim Altair. "Aduuh! Cape nih gue. Kalian lebih fokus lagi dong!" bentak Sandyta selaku kapten basket perempuan.
Karena gemas, Aquila maju. Sejak tadi ia memang berada di belakang lawan, ia tidak berani maju-takut asmanya kambuh jika ia berlari dan juga takut kakinya sakit-karena kejadian beberapa hari lalu saat ia ditabrak oleh Altair, hingga lututnya luka. Tetapi tidak untuk ini, ia maju ke daerah lawan untuk mengambil bola yang berada di tangan Altair. Lelaki itu terus mendriblle bolanya, meledek Aquila dengan menjulurkan lidah karena gadis itu tidak bisa mengambilnya.
"Bola gue!" bentak Aquila.
"Bola gue!"
"Gue!"
"Gue!"
"Ih, sini!" Aquila ingin merebut, namun lagi-lagi gagal. "Ambil lah, kalau bisa!" ledek Altair.
"SUSAH! LO GAK USAH GERAK-GERAK DONG, GIMANA GUE MAU NGAMBIL COBA?!"
Altair tergelak. "Kalau gue gak gerakin, gue gak akan menang. Sama kayak gue kalau gak maju buat deketin lo, gue gak akan menangin hati lo." Aquila terdiam setelah mendengar ucapan Altair barusan, sial. Wajah Aquila terlihat merah padam, karena blushingnya, ia tak mampu mencegah Altair untuk memasuki daerahnya, alhasil lelaki itu bisa mencetak skor basket untuk timnya.
Altair menghampiri Aquila dan memberi bola basket itu padanya. "Bercanda, yang tadi jangan dimasukin ke hati takutnya baper. Nih, bolanya!" Altair melempar bola basket itu ke bawah kaki Aquila.
Kapan sih, Dan. Lo gak bercanda soal perasaan? batin Aquila.
"Eh, bucin!" Fabian mendorong Altair dengan tidak santainya. "Siapa yang bucin?"
"Lo!"
"Kok, gue?"
"Ya iyalah. Lo ngapain kasih bolanya ke Aquila? Udah tau dia musuh kita, emang ya cinta itu membutakan segalanya."
"Gue gak ada hati sama dia, Fab! Gue cuma kasian aja dari tadi tim cewe gak ngeshoot gara-gara kita kuasain bola terus. Emang lo gak kasian sama bebeb lo tuh si Kayra? Gue sih kasiannya sama Alula adik gue, bukan ke Aqua. Berhubung tuh bocah maju, ya udah gue kasih aja ke dia!" elak Altair beralasan.
"Iya juga, ya udah lah. Kasih aja, kasian cewe gue," kata Fabian.
"Aquila, shoot!" seru Sandyta yang berada di belakangnya. Aquila pun melakukan lay up dan timnya berhasil mencetak gol pertama kali saat tanding dengan para lelaki. "Yeay!" Mereka para ciwi-ciwi berpelukan karena kegirangan atas kemenangan mereka.
Altair tersenyum menatap mereka, lebih tepatnya menatap Aquila. "Bahagia lo, bahagia gue juga," gumam Altair terdengar oleh Romeo yang sedang mengupil.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAIR BADRAN [REVISI]
Teen FictionCerita ini adalah cerita generasi kedua dari cerita ADITYA, selamat membaca cerita ALTAIR DAN AQUILA❤❤❤ Altair Badran Dhananjaya nama yang bagus jika didengar, tapi tidak dengan sikapnya. Altair adalah seorang Playboy, pemalak, dan badboy karena suk...