Part 25

71 13 3
                                    

Happy Reading❤

Saat ini Altair and the geng membawa alat-alat musik ke dalam kelas dari ruang musik sekolah. Mereka meminjamnya, dan beruntungnya diperbolehkan oleh pihak sekolah. Fabian sudah siap dengan gitarnya, Altair dengan cajon, Romeo, Putra, dan Althaf hanya memukul meja untuk meramaikan.

"Burung gelatik ke tanah abang. Hai cantik, liat abang." Pantun Romeo sedikit tidak nyambung jika didengar membuat seluruh siswi bersorak-sorak dengan gaduhnya. "Woi, liatin gue!" gertak Romeo.

"Males banget ngeliatin lo," ketus Sandyta. Romeo tersenyum tipis, ia pernah menembak Sandyta untuk dijadikan pacar, tetapi Sandyta terus saja menolaknya. Untuk saat ini, lelaki itu kembali berjuang untuk Sandyta apapun halangannya.

"Dengerin, gue sama Fabian mau nyanyi," teriak Altair, ia memukul cajon sebagai pembukaan lalu disusul oleh Fabian yang memainkan gitar.

Saat memukul cajon, Altair memandang Aquila dengan senyuman. Lalu ia mulai bernyanyi. Aquila bingung dengan tatapan Altair. Apa ia melihat ke arah Aquila atau bukan?

Hari ini kau pergi
Meninggalkan diriku
Semua begitu saja
Terjadi dan takkan kembali

Sungguh 'ku tak berdaya
Jika harus tanpamu
Menghabiskan waktuku
Jelajahi dunia

Dirimu laksana surgaku
Tempat 'ku mencurahkan
Segala rasa cinta suci
Yang tulus di dalam batinku

Tiada yang mampu gantikan
Titahmu di hatiku
Menyejukkan seluruh jiwa
Melebur ke dasar sukmaku

Haruskah kuberpasrah
Hadapi semua ini?
Mencoba memulainya
Kembali dengan harap pasti

Namun kadang raguku
Mengusik damai hati
Membawa kebimbangan
Dengan arah tak pasti

Dirimu laksana surgaku
Tempat 'ku mencurahkan
Segala rasa cinta suci
Yang tulus di dalam batinku

Tiada yang mampu gantikan
Titahmu di hatiku
Menyejukkan seluruh jiwa
Melebur ke dasar sukmaku

Adakah di benakmu
Seberkas celah rasa?
Meskipun semu semata
Ringankan kesedihan

Dirimu laksana surgaku
Tempat 'ku mencurahkan
Segala rasa cinta suci
Yang tulus di dalam batinku
Tiada yang mampu gantikan
Titahmu di hatiku
Menyejukkan seluruh jiwa
Melebur ke dasar sukmaku

Dirimu laksana surgaku
Tempat 'ku mencurahkan
Menyejukkan seluruh jiwa
Melebur ke dasar sukmaku

Seisi kelas bertepuk tangan karena nyanyian Altair dan Fabian benar-benar merdu. Yah, Altair juga memiliki bakat menyanyi turunan dari Papa dan Maminya.

"Bagus banget lo nyanyinya, ngena banget. Mukanya liat ke arah meja ujung. Lo liatin apa?" tanya Althaf menggodanya. "Apa? gue liatin meja ujung? Gak jelas lo. Orang gue liat ke arah jendela," ketus Altair.

"Hahaha, anjrot! lo dari tadi ngeliatin si Aquila, gak nyadar lo? Cieee suka yaaa?" goda Romeo. "Kayak seakan-akan lo nyanyi buat ungkapin perasaan lo ke dia, Dran," sahut Fabian.

"Eh Aquila! Badran katanya suka sama lo!" teriak Putra. Aquila hanya diam dan menatap Altair dari kejauhan, meja mereka terhalang dua meja. Altair juga melihat ke arahnya lalu ia menundukkan kepalanya tidak mau menatap Aquila karena takut degupan jantungnya tidak normal. "Apaan sih, lo!" sewot Altair.

ALTAIR BADRAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang