Part 19

79 14 4
                                    

Happy Reading❤

Kini semuanya berada di taman belakang rumah Altair. Ada Althaf dan Alula juga ikut bergabung di sini, Altair sudah memaafkan Althaf, begitupun Alula yang sudah memaafkan Altair. Yang nampak sibuk membuat kerajinan adalah Aquila dan Raisha, sementara Altair, Putra, dan Romeo hanya joget-joget tidak jelas membuat Aquila ingin membuang mereka ke api neraka rasanya.

"TARIK SISS!" teriak Romeo memancing kegaduhan. "SEMONGKO!" sahut Putra. Merekapun menggunakan baskom sebagai gendangnya.

"Dung tak dung, dung tak!" tambah Altair setelah baskom itu dibunyikan. "Kini ting-"

"Jangan lagu itu, yang lain," sela Altair. "Oke, bentar," jawab Romeo.

"ASIKK!" sahut Althaf yang ikut goyang bersama ketiganya. "Belum nyanyi gue markonah!" sungut Romeo.

Jangan kau ucapkan cinta, 'ku tak mau mendengarnya
Aku sudah tak percaya akan adanya cinta

Cinta bagiku empedu, pahit meresap ke tubuh
Bagai disayat sembilu, perih di dalam kalbu

"TARIK MANGGG!" sahut Altair. Yang bernyanyi hanyalah Romeo dan Putra, sementara Altair, pria itu hanya joget-joget dan menyahuti suara gendang yang akan masuk.

Sampai kini belum sirna
Sakit hati karena cinta seorang pemuda

Tiada mungkin 'kan bersemi
Tiada mungkin 'kan berbunga
Walau engkau sirami sudah tiada berarti
Pohon telah lama mati

Jangan kau ucapkan cinta, 'ku tak mau mendengarnya
Aku sudah tak percaya akan adanya cinta

Cinta bagiku empedu, pahit meresap ke tubuh
Bagai disayat sembilu, perih di dalam kalbu

"DUMPADINDING, JOSSS!!" seru Altair semakin menjadi. Suara fales menyerubungi taman belakang Altair yang mana membuat telinga Aquila, Alula, dan Raisha terasa sakit.

Sampai kini belum sirna
Sakit hati karena cinta seorang pemuda

Tiada mungkin 'kan bersemi
Tiada mungkin 'kan berbunga
Walau engkau sirami sudah tiada berarti
Pohon telah lama mati

Tiada guna rayuanmu
Tiada guna cumbuanmu
Hati telah membeku tak seperti dahulu
Janganlah merayuku...

"YUHUUU!!" seru keempat cowo itu dengan gembiranya, lalu bertos-tos ria.

"Meledak kuping gue dengerin lo semua nyanyi! Mending kalau ada Fabian suaranya diatas rata-rata. Lah coba lo pada? suara curut kejepit gitu nyanyi make oktaf lagi!" komentar Aquila membuat Raisha dan Alula tertawa. "Cocok!" tambah mereka berdua.

"No comment, semua orang wajib berkarya! Iya gak guys? " balas Altair meminta persetujuan teman-temannya. "Heem!" sahut keduanya.

Aquila yang melihat itupun geram sendiri, ia melemparkan gumpalan tanah liat ke wajah Altair. Sementara Raisha dan Alula melemparkan ke Putra, Romeo, dan Althaf.

Dug.

"Awwhh." Altair memegang wajahnya yang sudah dilumuri oleh tanah liat dengan tangannya. Ia melirik Aquila dengan sorotan tajam tetapi Aquila malah mengejeknya dengan menjulurkan lidahnya. Altair menghampiri Aquila, ia memeperkan tanah liat ditangannya ke wajah Aquia. "Kena, 'kan lo!" ejeknya setelah berhasil melakukan itu.

"BADAANNN!!" teriak Aquila mengangkat suaranya menjadi beberapa oktaf. Kini impas, wajah Altair kena, wajah Aquila juga harus kena. "BODO AMAT, WLEEE!"

ALTAIR BADRAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang