Part 58

51 8 1
                                    

Happy Reading❤

Hari sudah semakin larut, Altair bersama Aquila dan Althaf sudah mencari Alula kemana-mana, tetapi tidak terlihat batang hidungnya. Di jalan ular ini, hawanya sangat dingin dan juga sepi, yang belum mereka kunjungi adalah club malam di dekat sana.

Altair sejak tadi melarang Althaf masuk ke sana untuk mengecek keberadaan Alula, karena Altair yakin bahwa Alula tidak seburuk itu. Aquila, gadis itu mulai kedinginan. Altair menarik tangan Aquila untuk berlindung di saku jaketnya agar tidak kedinginan.

"Dingin, ya? Pake nih jaket gue." Lelaki itu ingin melepaskan jaketnya, tetapi Aquila tidak mau dan menolaknya mentah-mentah. "Gak mau ah, udah basi," ujarnya jujur.

"HEH! GUE KAYAK GINI KARENA TAKUT LO SAKIT LAGI, BUKAN KARENA ADA APA-APANYA!" tekan Altair. Althaf menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia bingung dan khawatir setengah mati dengan Alula, Altair malah sibuk berpacaran seolah tidak ada hal yang terjadi.

Althaf memasuki club itu sendirian, Altair dan Aquila tersadar. Kedua orang itu mengikuti Althaf, terlihat club ini sangat ramai pengunjung. Banyak sekali yang bermabuk-mabukkan karena minuman keras yang menghancurkan pikiran dan menghilangkan kesadaran setiap manusia yang meminumnya.

Tanpa berkata apapun, Althaf langsung memisahkan diri dari keduanya, Altair menggenggam erat tangan Aquila. Takut gadis itu hilang katanya, mereka berpencar. Althaf mencari ke arah barat sedangkan Altair dan Aquila ke arah timur.

Altair menggelengkan kepalanya, tidak sanggup melihat perempuan-perempuan seksi tepat di hadapannya, Altair yakin Alula tidak akan ke sini untuk bermabuk-mabukkan apalagi sampai menjual dirinya.

Lelaki itu memasangkan jaket tepat ditubuh Aquila. Aquila hanya memakai baju putih polos dan celana kulot hitam, ia tidak sempat berganti baju, lebih parah Altair yang kini masih mengenakan seragam. "Kenapa lo kasih jaketnya ke gue?" ujar Aquila tak mengerti. "Gapapa, gue gak mau sampe belakang lo diliatin cowo lain. Lo pake baju putih polos soalnya, eh tapi gue gak liat. Cuma was-was aja!" elak Altair.

"Ada banyak cewe ya, cantik-cantik lagi, lo gak mau bawa pulang? Apa gak naksir sama sekali?" tanya Aquila pada Altair. "Buat apaan? Lo ada buat gue, ngapain gue ada buat cewe lain dan ngelirik cewe lain?" sewot Altair.

Aquila mengulum senyum, ia mengelus rambut Altair dan merapihkannya. "Lo emang cowo tepat yang gue pilih, Dran," katanya, masuk ke dalam relung hati Altair, lelaki itu tampak salah tingkah tetapi sebisa mungkin ia bersiksp biasa saja. "Jangan gitu, La gue jadi ngfly," kekeh Altair.

"Lebay!" Aquila memukul pelan lengan Altair. Altair mengedarkan pandangannya di seluruh sudut club, ia melihat seseorang berpakaian seksi yang sangat mengganjal hatinya. Hatinya begitu memanas melihat Alula diperdaya oleh Dicky dan Rama, gadis itu tidak sadar, pakaiannya sangat seksi. Dan yang paling parah, Dicky dan Rama berani menyentuhnya secara bergantian. "BANGSAT!" Altair mengajak Aquila untuk mendekat ke arah mereka.

Keduanya sama-sama terkejut mendapati Alula, Dicky, dan Rama di sebuah meja club yang terdapat bebrapa botol minuman keras. "Dran, itu bukan Alula, 'kan? Salah liat pasti gue." Aquila mengucek-ucek matanya, tetapi penglihatannya masih normal-normal saja-tidak ada kebureman. Itu benar Alula.

"Aqua, lo bisa jaga diri lo sendiri, 'kan? Gue mau samperin mereka lebih dekat lagi. Tapi gue takut tinggalin lo sendirian," ucap Altair lembut. "Gue akan ikut lo, kita hadapin sama-sama."

Altair menggeleng, menolak akan ucapan Aquila. "La, lo cewe."

"Terus kenapa kalau gue cewe?"

"Gue takut-"

"Ayo Badran!" Aquila menarik tangan Altair secara kasar agar lelaki itu tidak bertele-tele. "Luapin semua amarah lo, kalau lo sampe kenapa-napa, gue yang bakal jadi tameng lo di belakang," kata Aquila penuh yakin.

ALTAIR BADRAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang