Part 14

81 18 11
                                    

Mohon maaf kalau dipart ini kata-katanya kurang berkenan, soalnya ada adegan kasar.

Happy Reading❤

"AQUILA! BADRAN!" Semua murid langsung bubar mendengar suara teriakan itu kecuali yang dihukum bersamaan dengan Altair dan Aquila yang masih bertengkar. "BERHENTI!"

Keduanya berhenti dan membereskan kekacauan yang terjadi akibat ulah mereka. Benar dugaan Althaf, Pak Endang akan datang. Pak Endang menghampiri mereka dengan raut wajah marah.

"Berantem terus!" bentak Pak Endang berkacak pinggang. "Ma-maaf, Pak," ujar keduanya tergagap dan menundukkan kepalanya. "Sebagai hukumannya, kalian bereskan kekacauan yang masih tersisa karena ulah kalian!"

"Iya, Pak," jawab keduanya. "Kalian tuh kenapa sih berantem terus?"

"Itu, Pak. Badran ngeselin, masa dia ngatain saya kerak WC," adu Aquila. Mata Pak Endang menyorot tajam, menatap Altair dengan intens. "BADRAN!"

Altair mencoba untuk menahan tawanya mati-matian, ia ingin tertawa saat melihat ekspresi Aquila yang ia ledeki dan ekspresi Pak Endang yang mengetahui hal itu. Tetapi takut tidak sopan jika Altair meresponsnya dengan tawa.

"Maaf, Pak. Habisnya dia ngeselin udah tau saya lagi ngepel eh malah diinjek-injek, coba bapak rasakan jadi saya gimana," jelas Altair mencoba untuk memojokkan Aquila.

"Kamu curhat?" tukas Pak Endang. "Saya ngejelasin, Pak. Panjang kali lebar, kali tinggi loh." Altair mencoba untuk bersabar menghadapi guru yang satu ini.

"Kenapa kamu injek-injek lantainya?" Pak Endang menanyakan hal ini pada Aquila membuat perempuan itu tegang ditempatnya. "S-saya-"

"Bilang aja lo sengaja, 'kan? Dendam, 'kan lo sama gue?!" sela Altair dengan nada ngegas.

"GUE BENERAN GAK SENGAJA YA BADAN! LO GAK USAH NGAJAK GUE RIBUT DEH!"

"Huh, gue pites modar lo!"

(Modar: mati)

"BADRAN! JAGA OMONGAN KAMU! PITES-PITES EMANG DIA KUTU DIKEPALA APA?"

"Mirip, Pak," jawab Altair dengan kurang ajarnya pada Aquila. "Eh gak, Pak. Maaf," timpal Altair lagi.

Tringgg.

Bel masuk sudah berbunyi, semua yang dihukum meninggalkan bekas pel-pelannya begitu saja dan tanpa dosa menyuruh Altair yang menaruhnya ke gudang. "Nitip ya, Bos," kata Althaf diikuti oleh ketiga temannya. "Bangsat!" umpat Altair.

"Bingsit!" balas mereka menjulurkan lidahnya mengejek Altair. Altair mengusap wajahnya mencoba untuk bersabar.

Sebenernya gue salah apa sih? batin Altair.

"Kalian ini ya buat kacau terus! Gak geng Archer, geng Castor, semuanya bikin ribut, bahkan kalian lebih parah dari keduanya, Bapak cape! Bapak kutuk kalian jadian!" Suara petir menggelegar saat Pak Endang mengucapkan kata-kata yang mengerikkan bagi Altair dan Aquila.

Keduanya menelan saliva mereka dalam-dalam. "Bapak jangan gitu dong," rajuk keduanya. "Bapak gak peduli! Sekarang kalian bereskan semuanya, dan jangan lupa pel-pelannya ditaruh di gudang!" titah Pak Endang yang berlalu begitu saja.

Kalau beneran gimana? Yaallah hamba gak mau, batin Altair.

Yaallah jangan sampe, semoga aja gak, batin Aquila.

Lalu keduanya saling menoleh dan saling menatap. "Ngapain lo ngeliatin gue?!" sarkas Aquila dengan galaknya. "Lo juga ngapain ngeliatin gue?!" balas Altair tak kalah galaknya.

Keduanya sama-sama mendengus kesal dan memalingkan wajah mereka, lalu mereka mulai membersihkan kekacauan yang mereka buat.

***

ALTAIR BADRAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang