Part 18

84 14 1
                                    

Happy Reading❤

"Ngapain lo di sini?" sewot Aquila saat mereka sudah datang di rumah Putra. Mereka semua langsung menemui Altair di taman belakang rumah Putra saat tau dari laporan Satpam. Lelaki konyol itu sedang memakan tahu bulat yang berjumlah empat dengan lahap. "Ngegosok baju, gue! Gak liat apa gue lagi makan?!" sarkas Altair asal.

"Gece masuk ke rumah si Putra! udah tau mau kerja kelompok juga," cibir Aquila. Altair menghentikan aktivitasnya yang sedang makan. "Lo kayaknya ngajak gue tempur ya? Gue lagi enak-enak, digangguin. Kurang kerjaan hidup lo!"

"Enak-enak gak tuh," kekeh Putra. "Enak-enak apa ena-ena?" sahut Romeo.

"Pikiran lo nih ya, isinya bokep semua sih," ketus Altair.

"Cih, ngenes amat hidup gue gangguin lo. Gue gak gangguin! Gue merintah!" bentai Aquila pada Altair.

"Siapa lo merintah-merintah? Bos besar lo?"

"Aquila!" teriak Raisha dari arah belakang. Ia berjalan setengah berlari menghampiri Aquila dan Altair. "Katanya gak jadi dirumah Putra kerja kelompoknya. Emaknya lagi ngamuk-ngamuk kayak pengen nonjok muka orang, gue ngeri!" seru Raisha.

"Kenapa ngamuk?" tanya Altair. "Masuk aja sendiri." Raisha menjawabnya dengan pandangan sinis. Altair menggaruk telinganya yang sama sekali tidak gatal.

"Lo jangan gitu dong, Sha. Benci banget kayaknya sama gue, yang lalu biarlah berlalu. Kita emang mantan tapi jangan musuhin gue ngapa. Lo sama Kayra hobi banget mojokin gue," keluh Altair. "Inget kata Nathan yang di novel Dear Nathan. Kalau mantan itu manis di ingatan!"

"Dih, manis? Hambar yang ada! Lagian bodoamat, suka-suka gue lah. Gue benci sama lo jadi wajar kalau gue musuhin lo!" bentak Raisha. "Contohlah si Sandyta, dia biasa-biasa aja tuh sama gue," elak Altair.

"Gue sama Kayra itu bukan Sandyta! Jadi, stop sama-samain kita sama Sandyta. Untung gak ada Kayra disini, kalau ada udah habis lo!" Gadis itu menggerakan tangannya seolah tengah menggores lehernya. Aquila tergelak melihat tampang Altair yang memelas. "Mampus! Makanya jangan jadi playboy!" ledek Aquila menjulurkan lidahnya pada Altair.

Altair berdecih. "Daripada lo! Jomlo dari lahir, kelihatan gak lakunya hahahah." Altair tertawa ngakak memegangi perutnya. Aquila yang geram pun mengambil selang yang sudah disaluri oleh keran namun putarannya masih mati, ia menghidupkan putaran kerannya dan menyerang Altair yang sedang tertawa dengan selang berisikan air. Sontak mulut Altair yang mangap tertelan banyak air.

Aquila dan Raisha yang melihat itupun langsung terbahak tak karuan. "Anjir! Mampus lo!" ledek keduanya. Altair terlihat sangat menderita kali ini, bajunya basah semua, ia memuntahkan air dari dalam mulutnya hingga keluar semua.

"Sabar, sabar jangan ngomong kasar," ujar Altair bersabar. "Heh! Lo itu bener-bener ya!"

"Apa?!"

"Woi! Kerja kelompoknya di rumah Badran aja. Emak gue ngamuk-ngamuk anjir gara-gara gue ngambil duit goceng doang di dompetnya!" teriak Putra yang menghampiri mereka bersama Romeo. "Kok dirumah gue sih? Yaallah penderitaan hamba kenapa komplit banget," keluh Altair miris.

Lelaki itu memegangi perutnya yang terasa kembung. "Anak gue mau keluar," ujarnya tak kuasa menahan beban air diperutnya lalu ia pingsan, memang dasar cowok lemah, pikir Aquila.

Romeo, Putra, Aquila dan Raisha menghampiri Altair yang sudah tergeletak pingsan. "Eeeh, dia hamil berapa bulan?" tanya Romeo dengan polosnya. "Masih hidup, gak?" tanya Aquila dengan tak berdosanya.

"Hayoloh, La. Gara-gara lo nyiram dia make selang air jadinya pingsan," sahut Raisha. "Hah? Temen gue lo siram pake selang air itu?" Putra tercengang mendengarnya.

ALTAIR BADRAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang