Enam belas tahun yang lalu
Dentuman musik terdengar memekakkan telinga, lampu disko samar-samar menyinari penjuru tempat mabuk itu. Banyak orang yang menari tak karuan dengan kesadaran yang menipis, melepas segala beban di tempat diadab itu.
Di saat orang-orang bersenang-senang, sepasang manusia dengan pakaian serba hitam sibuk mencari sosok musuh yang menjadi incaran mereka di misi kali ini. Dalam temaramnya tempat itu, dua pasang mata itu menyapu pandangan dengan manik mata yang tajam. Berusaha tenang agar tak ada orang lain yang curiga.
"Kami kehilangan jejak." Melvin berbisik pelan, di telinganya terdapat earpiece yang sesekali ia sentuh untuk mendengarkan perintah dari benda kecil yang dipasang di telinga.
Alya yang menjadi partner Melvin itu menoleh ke sampingnya, masih mencari sosok musuh yang kabur ke bar ini.
"Rileks, kami sedang melacaknya lewat CCTV." Suara dari earpiece Melvin dan Alya terdengar, suara komandan misi rahasia ini.
Melvin dan Alya menyisiri semua wilayah bar ini dengan santai. Di saku celana belakang Melvin ada pistol yang belum digunakan dan di dalam kaus kakinya terdapat pisau kecil untuk berjaga-jaga saat kondisi tak memungkinkan menggunakan pistol.
"Ambil gelas dari rekan berkaca mata kotak yang tiga meter lagi mendekati kalian dari arah jam sembilan, minum dengan tenang." Suara komando kembali terdengar di telinga mereka.
Melvin dan Alya paham, itu hanya bentuk pengalihan agar mereka benar-benar telihat seperti pelanggan bar. Di tengah-tengah keramaian ada seseorang berkaca mata bulat dan menggunakan masker hitam mendekat dan menyerahkan dua gelas langsing kepada mereka.
Melvin dan Alya menerima gelas dari orang yang sudah dianggap rekan dalam misi kali ini. Mereka saling bersulang dan menegak cairan di dalamnya dengan tenang, berlagak seperti orang-orang yang ada di bar ini.
"Melvin, Alya!" suara bentakan komandan terdengar saat mereka sedang menegak minuman. "Apa kalian gak mendegar perintah saya?! Rekan berkaca mata kotak yang mengirim kalian minum, bukan orang tadi!"
Melvin dan Alya langsung menjauhkan gelas mereka dari bibir, setengah dari gelas itu sudah masuk ke dalam tenggorokan mereka. Jika komandan mereka telah memanggil mereka dengan nama asli, itu tanda sangat darurat –mereka telah berbuat hal yang fatal.
"Kondisi?!" tanya komandan.
Minuman yang mereka minum langsung bereaksi dalam hitungan waktu yang sekejap. Kepala Melvin terasa pusing sejenak, tergantikan dengan perasaan yang bahagia yang menerbangkan dirinya. Entah minuman apa yang tadi ia minum, membuat tubuhnya memanas dengan gairah yang membara saat menatap Alya yang bereaksi sama seperti dirinya. Melvin tersenyum, ia melihat Zira pada sosok Alya.
"Melvin! Alya!" seru komandan dari earpiece mereka, berusaha menyadarkan mereka berdua.
Melvin melepas earpiecenya yang dari tadi meneriaki namanya dan Alya, otaknya telah dicuci oleh minuman yang telah dicampur dengan date rape drug yang tadi diminumnya. Dengan gerakan sensual Melvin menarik pinggang Alya dan memeluknya erat tanpa ada perlawanan dari wanita itu.
Alya mengerjapkan matanya berkali-kali, pusing masih mendera kepalanya, pandangannya mulai memburam dengan tubuh yang memanas. Tubuhnya tak menolak saat Melvin membawa dirinya menjauh dari keramaian bar. Alya tak sadar jika Melvin telah membawanya ke kamar yang ada di lantai dua bar.
Melvin masih berilusi bahwa bahwa wanita yang sedang bersamanya adalah Zira, tunangannya.
Orang berkaca mata bulat dengan masker yang menutupi separuh wajahnya –yang tadi mengantarkan minuman kepada mereka tersenyum dari lantai bawah bar, memperhatikan mereka yang sudah masuk ke dalam kamar.
Orang itu menghipnotis seseorang yang seharusnya mengantarkan minuman ke Melvin dan Alya. Tanpa tahu dia lah musuh yang sedang mereka incar.
•
•
•
•
•
Hallo 😺
Masih ada yang nunggu kelanjutan CLASSIC gak?
Sekadar info aja, di sequel ini bakal ada tambahan dari beberapa tokoh baru.
Makasih yang udah baca prolog/awal Alya bisa ada hadir di kisah Melvin dan Zira. Semoga suka dan stay terus di sini ♡
Cuss baca chapter satu kuy..
Jangan lupa masukin ke perpustakaan yaa..
Tasikmalaya, 12 Desember 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Hapless
Teen FictionKomitmen adalah landasan penting yang harus dimiliki pasangan dalam menjalin hubungan. Bagi Smara hidup orang dewasa itu rumit dan banyak drama. Komitmen bukan landasan orang tuanya untuk menjalin hubungan, tapi kesalahan yang menjadi landasan mere...