29. Fly To My Room

2.8K 92 30
                                    

Aku seakan hilang ingatan. Sungguh aku tidak ingat apapun yang kulakukan atau kubicarakan selama perjalanan.

Pada saat aku mulai sadar, aku sudah di dalam apartemen pribadi Seokjin. Bercumbu di belakang pintunya. Tanganku meremas bokongnya, meraba dadanya dibalik sweaternya.

Seokjin merengkuhku kencang. Tangannya menyelip diantara kakiku, menekan dan meremas, bersamaan bibirnya melumat bibirku.

Sepatu, tas, dan coat kami berserakan di sekitar kaki kami. Tapi kami tidak peduli. Kami berdua hanya ingin cepat-cepat memakan satu sama lain.

"Bora." Seokjin terengah. "Ada yang harus kuberitahukan dulu kepadamu."

"Tentang apa?"

"Tentang bagaimana kita akan melakukan ini."

"Aku sudah tahu apa yang kau suka." Aku mengelus lehernya.

"Kau tidak keberatan?"

"Kalau aku keberatan aku tidak akan kesini bersamamu." Aku mencium bibir Seokjin, pipinya, menjilat telinganya. Lalu aku berbisik. "Lakukan apa yang kau ingin lakukan padaku. Tie me, beat me, choke me. Aku milikmu malam ini."

Ia memandangku dengan puas. Lalu mengecupku. "Ayo." Erangnya.

Aku berjalan mengikuti dibelakangnya. Apartemen itu gelap, lampu otomatis satu-persatu menyala seiring langkah Seokjin. Mungkin karena aku sudah pernah melihat apartemen Hoseok, jadi aku tidak terkejut lagi melihat kemewahan apartemen Seokjin.

Walaupun sejujurnya aku juga tidak memperhatikan. Segala perhatianku saat ini, hanya pada Seokjin.

Sambil berjalan, Seokjin membuka sweater nya, lalu melemparkannya asal-asalan ke lantai. Dibaliknya ia tidak memakai apa-apa lagi. Aku terpana.

Seokjin yang selalu private di depan umum, sebisa mungkin selalu mengenakan kaus dalaman bahkan di depan tim kostum, ternyata memiliki tubuh yang sangat indah. Walaupun tubuhnya kurus, tonjolan otot tampak di punggungnya, di tangannya.

Bukan berarti aku tidak pernah melihatnya seperti ini. Aku pernah melihat semua member hanya dalam celana dalam mereka saat memakaikan kostum.

Tapi, suasana saat ini, dengan gairah yang sudah di ubun-ubun, membuat pemandangan ini membuatku semakin tidak sabar.

Sesampai di kamar tidurnya, ia langsung menarik tanganku keras. Lalu mendorongku ke tempat tidur.

Wajahnya tampak menyeringai. Ia mulai menarik blouse yang kupakai. Sangat keras, sampai terdengar suara kain terobek. "Jin..." Aku menyentuh tangannya. "Biar kubuka sendiri."

Tiba-tiba tangan Seokjin menjepit erat pipiku. Ia menyeringai, memandangku tajam. Lalu berkata dingin. "Tidak seperti itu mainnya."

Aku memandang wajahnya dengan sedikit ketakutan. Pipiku sakit. Tekanan Seokjin begitu keras hingga gigiku sendiri menusuk pipiku.

"Aku tidak mencari partner." Seokjin mendesis. "Bersamaku, kau dibawahku. Aku master-mu. Jangan beri tahu apa yang harus kulakukan, atau melakukan apa yang tidak kusuruh."

Aku terkejut dengan perubahannya. Tapi mencoba berpikir tenang. "A...aku belum pernah..." Ah, aku menggeleng, tentu saja aku belum pernah berada dalam hubungan seperti ini. "Ajari aku."

"Ikuti semua yang kukatakan. Ada hukumannya kalau kau tidak menuruti aku." Seokjin melepaskan tangannya. Rahangku terasa agak kebas. "Jangan banyak tanya. Jangan membantah. Pakai safe word mu kalau kau sudah tidak tahan."

Aku menatapnya. "Bolehkah, kita coba sekali dulu? Aku tidak tahu apakah aku akan suka ini. Trial?"

Seokjin tertawa mengejek. "Ini tidak akan berulang kalau kau ternyata tidak enak. Kenapa kau begitu percaya diri, heh?"

Master's Mind [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang