28. All Night

2.3K 90 26
                                    

Kecupan itu hanya sekilas. Bibir kami hanya saling bersentuhan, tapi debarannya terasa hingga seluruh tubuhku.

Aku bahkan tidak sempat bereaksi, karena hampir bersamaan pintu lift terbuka. Kami sudah tiba di tempat parkir.

Wajahku terasa merona. Ini aneh. Aku sudah pernah menciumnya sebelumnya. Bahkan, dengan segala hal yang sudah pernah kulakukan, ciuman seharusnya bukanlah sesuatu yang bisa membuatku salah tingkah.

Ataukah, ini karena pernyataannya?. Aku suka kau. Kau tipeku. Perkataan Seokjin seperti jingle iklan berulang-ulang terputar di kepalaku. Belum pernah ada yang mengatakan hal itu kepadaku sebelumnya. Dan mendengarnya buat pertama kali, melambungkan perasaanku.

Seokjin menggandeng tanganku. Tapi, aku tidak berani memandang wajahnya. Tempat parkir ini begitu terang. Aku tidak mau dia melihatku dengan wajah merah karena malu.

Kami berhenti di depan sebuah mobil SUV impor. Mobil ini besar, hitam dan dipenuhi grill silver disana-sini. Tampak menyeramkan. Apakah ini mobil Seokjin? Tampak berkebalikan dengan image nya yang manis.

Seokjin merogoh-rogoh tasnya, mengeluarkan kunci mobil, lalu mematikan alarm nya. "Ini mobilku." Ucapnya pendek. Ia lalu membukakan pintu penumpang untukku.

Tiba-tiba Seokjin mengangkat tubuhku ke kursi, mendudukkan menyamping sehingga kakiku masih di luar mobil. Ia meletakkan tangannya di kanan-kiri panggulku. Mobil ini begitu tinggi. Wajah kami kini sejajar.

Wajah Seokjin sangat dekat dengan wajahku. Ia menatapku sambil tersenyum simpul. "Jadi bagaimana? Kencan pertama?" Ia berbisik.

Belum sempat aku menjawab, perutku yang lapar menyahutkan jawaban untukku. Suara keroncongan keras membahana. Aku terbelalak malu. Seokjin terkekeh "Ayo kita makan dulu." Ia mengelus pipiku sebelum menutup pintu mobil.

Seokjin mulai menjalankan mobilnya. "Kau belum makan, tapi aku ingin minum-minum. Bagaimana kalau Chicken and Beer? Aku tahu tempat yang enak.'

"Oke juga"

Lalu, lagi-lagi, kami saling diam.

Perjalanan ini cukup panjang, dan sepi. Seokjin tidak banyak bicara, tidak juga berusaha mengajakku ngobrol. Sedangkan aku sendiri terhanyut dalam lamunan.

Sesekali aku mengecek ponselku. Masih belum ada balasan dari Hoseok. Kumatikan ponselku dengan helaan napas keras.

"Kau menunggu kabar dari seseorang?" Tanya Seokjin.

"Oh... Eh... Nggak." Aku merapikan rambutku karena gugup. "Hanya seorang teman yang belum membalas pesanku."

"Kau ada janji kencan dengan temanmu itu? Apa kau harus kuantar pulang cepat nanti?"

"Mmm...sepertinya nggak. Seharusnya kami bertemu malam ini." Aku merasakan rasa sedih mulai menggayut di mataku. "Tapi dia tidak membalas pesanku. Jadi, sepertinya...batal." Terasa menyakitkan untuk mengucapkan hal ini.

"Owh, teman macam apa itu?! Tidak baik membuat seorang gadis sedih di hari janji kencannya." Seokjin mematikan mesin mobilnya.

Aku turun dari mobil, memandang ke sekeliling. Ternya Seokjin membawaku ke Itaewon. Tampak jejeran restoran, dan orang-orang tampaknya baru mulai berdatangan. Malam masih muda.

Seokjin memeluk bahuku "Ayo. Tidak perlu dipikirkan temanmu itu. Kita makan yang enak dan minum yang banyak. Oke?" Ia mengedipkan sebelah matanya padaku.

Aku memaksakan untuk tersenyum. Paling tidak, aku ingin dia merasa aku menghargai usahanya buat menghiburku.

Setelah berjalan tidak berapa jauh, Seokjin mengajakku masuk ke salah satu restoran. Lampu neon di jendelanya membentuk tulisan "Chick-in" dan bentuk botol Soju dan anak ayam yang imut. Bagian dalamnya didesain dengan nuansa retro, dengan jukebox, ring basket dan papan dart di tembok.

Master's Mind [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang