Aku terbangun karena mendengar ponselku jatuh berkelotak di lantai. Aku meraihnya. Jam 5.30.
Aku bangun dengan gontai, Ketiduran di sofa membuatku tidak merasa segar dan sedikit pegal. Hal pertama yang kulakukan adalah ke dapur dan membuatkan hangover soup buat Seokjin.
"Seokjin, kau sudah bangun?" Aku membuka pintu kamar perlahan.
Ia masih tidur nyenyak. Begitu damai. Mulutnya sedikit terbuka, dengkur samar terdengar setiap kali ia menghembuskan napas.
Aku duduk di sebelahnya, mulai membuka kancing kemejanya. "Kau bisa mandi sendiri, atau mau kubantu? Bajumu bau muntah. Kita buka dulu ya."
Seokjin membuka matanya sedikit, lalu langsung tertidur lagi. Ia menggumamkan sesuatu yang tidak jelas, lalu berbalik.
Dengan mudah aku melepaskan lengan bajunya. Dan aku langsung terkesiap. Jantungku seakan berhenti mendadak.
Bekas gigitan bertebaran di tubuh Seokjin. Di bahunya, tangannya, torsonya. Gigitan itu begitu keras, sebagian sudah mulai membiru di kulit Seokjin yang pucat.
Dan punggungnya... Air mataku mengalir tanpa bisa kutahan. Aku menutup mulutku karena kaget. Mulutku mega-megap seakan kehabisan udara.
Punggung Seokjin, penuh dengan luka bekas cakaran. Sebagian sangat dalam, hingga meninggalkan darah kering yang menodai kemejanya.
Tanpa kusadari, tanganku bergerak menyentuh lukanya. Seokjin berjengit dalam tidurnya. Tubuhku terasa lemas
Terseok, aku berlari keluar kamar. Dengan panik membuka amplop coklat yang semalaman dipeluk Seokjin. Kutumpahkan begitu saja isinya ke lantai.
Mataku nanar memandang foto-foto aku dan Seokjin di Jepang.
Kepalaku dipenuhi kemarahan. BaeMikyung. Sebelumnya, aku hanya marah Ia memanfaatkan Seokjin. Sekarang, mendengar namanya saja, aku ingin memecahkan kepalanya.
- - -
Saat itu hari pertama ku di SMA. Sekolah baru. Teman-teman baru.
Setelah berbagai upacara yang membosankan, aku memasuki kelas baruku lalu asal memilih satu bangku yang masih kosong.
Bangku di dekat jendela.
Dari mejaku, aku bisa dengan leluasa memandang taman kecil di halaman sekolah. Hijaunya dedaunan, dan birunya langit. Hiburan yang sempurna buat mengurangi stress akibat sistem belajar Korea yang sangat keras.
Belum ada 5 menit aku duduk, saat mataku melihat kejadian itu. Di antara pepohonan di taman sekolah seorang gadis dilemparkan keras hingga membentur batang pohon oleh gadis lain dan komplotannya.
Si perundung sepertinya senior kami. Aku menilai dari gaya berpakaiannya yang tidak serapi kami, anak-anak baru.
Gadis itu terjatuh ke tanah. Isi kantung plastik kecil yang dipegangnya berhamburan. Komplotan perundung itu menginjak salah satunya, isinya muncrat ke arah wajah si korban.
Ketiga pembully itu tertawa, lalu meninggalkan gadis itu sendirian.
Aku hanya menatap dingin dari mejaku. Aku tidak suka berurusan dengan hal seperti ini. Mereka yang sok-sokan melibatkan diri dengan perundungan, seringkali justru menjadi korban perundungan juga.
Tapi entah kenapa saat itu aku memutuskan buat mengambil foto-foto dari kejadian itu.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk aku menyadari kalau perundungan itu terjadi setiap hari. Selalu di tempat yang sama.
Terkadang si gadis berponi itu melakukannya sendirian. Kadang ia ditemani seorang siswa pria yang sepertinya pacarnya. Tapi paling sering bertiga.
Korbannya bukan cuma si gadis kurus berambut bob sebahu itu. Melainkan juga seorang murid perempuan lain yang agak gemuk, dan seorang murid laki-laki berkacamata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Master's Mind [COMPLETED]
Fanfiction⚠️ 21+ 🔞🌚 Underage jangan baca ⚠️ update 2-3x seminggu. Aku adalah milik mereka semua. Tubuhku sudah bukan lagi milikku. Tapi hatiku hanya untuknya satu. Master, aku rindu. Kembalilah padaku. ••• Isi story ini: - Very graphic/explicit sex scenes i...