Aku berdiri di depan sebuah bangunan yang terlihat tua dan bersejarah. Kalau bukan karena undangan, aku tidak akan mengetahui kalau bangunan ini adalah sebuah restoran. Lebih cocok jadi museum pikirku.
Angin Singapura yang panas dan lengket menerpa kulitku. BTS baru menyelesaikan konsernya kemaren. Dimana-mana, tampak poster dan banner promosi mereka.
Sebenarnya, aku ke Singapura untuk pemotretan salah satu proyek endorsementku. Siang ini aku ada janji bertemu dengan seorang fotografer.
Tapi, saat aku memberi tahu Jungkook bahwa aku akan ke Singapura tepat di hari konsernya, Jungkook memintaku buat bertemu. Tepatnya, ia memohon dan menterorku buat bertemu.
Ia tidak perlu mengatakannya dengan jelas, aku sudah tahu perusahaannya ada dibalik pertemuan ini.
Aku berjalan masuk ke dalam restoran mewah itu dengan langkah ringan. Aku sudah tidak takut pada apapun lagi.
Beberapa minggu lalu, Setelah Mikyung mengabariku kalau artikel tersebut telah dipublish, aku menyalakan ponsel koreaku untuk pertama kali dalam 2 tahun. Ponsel tersebut bergetar tanpa henti selama bermenit-menit saat pesan-pesan dan notifikasi membanjir masuk.
Salah satunya pesan dari Seokjin. Penuh caci maki dan kemarahan. Memerintahkanku untuk bertemu "di tempat biasa" seakan-akan aku masih ada di Korea. Aku tertawa-tawa seperti orang gila sampai Ahreum harus memberikan obat penenang.
Saat itu aku memeluknya kencang. "Ahreum, aku akan kembali padanya. Doakan kali ini aku akan benar-benar bahagia, supaya aku tidak butuh semua obat itu lagi."
Ahreum hanya memelukku dan mengelus-ngelus rambutku sampai aku tertidur.
"Miss, we are very sorry. The first floor is closed for public." Seorang resepsionis dengan seragam yang sangat rapi dan rambut dicepol rapi menghentikan langkahku. "You can dine on the second floor. May I escort you there?"
"I have an appointment with Mr. JeonJungkook." Ucapku dingin.
Resepsionis tersebut tampak melempar pandang ke pria-pria yang duduk di beberapa meja dengan wajah khawatir. Salah satunya bangkit lalu menghampiriku.
"Nona KimBora?" Ia bertanya dalam bahasa Korea.
"Ya. Saya KimBora." Aku menjawab tanpa senyum.
"Silakan." Pria itu sedikit mendorong si resepsionis, tangannya terulur mengarah ke meja di tengah. Tempat seorang pria berambut berantakan, dengan jaket sporty dan celana jeans hitam duduk menyesap kopinya.
Aku memandang berkeliling. Ada kurang lebih 10 meja disana. Hanya 4 meja terisi. Selain si pria berjaket sporty itu, meja lain diisi oleh pria-pria berpakaian kasual. Manajer, asisten, bodyguard, kameramen, aku membatin dalam hati.
Pria itu bangkit saat melihatku, membuka tangannya lebar-lebar. "Bora!"
"Jungkook. I Miss you so much." Aku balas memeluknya.
"Kau berubah sekali." Jungkook memandangku dengan mata terbelalak. Betapa manis mata itu, juga senyumnya.
Aku memandangi Jungkook, terasa deburan rasa sayang di dadaku. Ia satu-satunya, selain orang tuaku, yang kuberitahu kalau aku tinggal di Indonesia. Hubungan kami memang tidak baik awalnya, tapi dia adalah orang yang paling aku percayai untuk menjaga Seokjin.
Seiring waktu kami menjadi sahabat. Aku memandangnya lagi, ada kelegaan di wajahnya. Mungkin ia sudah lelah menangis sendirian di telepon atau memohon-mohon padaku agar kembali.
Rasa sayangnya yang begitu tulus pada Seokjin mulai menjadi beban buatnya.
"Kau juga." Aku tersenyum lebar. Mengelus pipinya, seperti kakak perempuan yang sudah lama tidak melihat adik laki-lakinya. "Badanmu besar sekali sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Master's Mind [COMPLETED]
Fanfiction⚠️ 21+ 🔞🌚 Underage jangan baca ⚠️ update 2-3x seminggu. Aku adalah milik mereka semua. Tubuhku sudah bukan lagi milikku. Tapi hatiku hanya untuknya satu. Master, aku rindu. Kembalilah padaku. ••• Isi story ini: - Very graphic/explicit sex scenes i...