Hoseok membuka kakiku hingga terbuka lebar. Ia bersimpuh. Berusaha meletakkan dirinya di posisi yang tepat.
"Kudengar, ini akan sangat menyakitkan." Ia berusaha mengatur nafasnya "Tapi kau tahan, oke. Aku akan berusaha selembut mungkin."
"Kalau kau perlu berteriak, berteriak saja. Tidak akan ada yang mendengarmu."
Hoseok memelukku. "Oke, aku akan mulai sekarang". Aku menggigit bibirku. Mempersiapkan diri untuk menerima dirinya untuk mengubahku selamanya.
Tapi aku tidak siap untuk siksaan ini.
Detik Hoseok mendorong tubuhnya masuk, kurasakan sakit yang luar biasa menjalar dari antara kakiku keseluruh tubuh.
Apa yang dia masukkan kesana? Balok kayu? Bagian dalam tubuhku terasa seperti diamplas. Setiap penetrasi terasa seperti pasak yang dipalukan.
Refleks aku mencoba melepaskan diri dari rasa sakit itu. Tapi Hoseok memeluk bahu dan pinggangku sangat kuat. Aku hampir tidak bisa bergerak.
Air mataku mengalir. Aku berusaha mendorong dadanya, mencakar punggungnya.
"J-hope. Sakit. Sakit sekali." Rintihku.
"Tahan. Ini tidak akan lama." Balas Hoseok tanpa mengendurkan pelukannya sedikitpun.
Aku berusaha bertahan. Satu kali. Dua kali. Tiga kali. Aku tidak kuat lagi.
"SAKIIIT!!!" Aku meraung sejadi-jadinya.
Bersamaan dengan jeritanku Hoseok mendorong dirinya sekuat tenaga. Kurasakan ada yang mengalir keluar dibawah sana. Dan tiba-tiba semua sakit yang tadi kurasakan hilang.
"Kan, kubilang tidak akan lama" Hoseok mulai mengendurkan pelukannya.
Ah, tubuh manusia memang aneh. Entah kemana rasa sakit itu langsung digantikan dengan rasa nikmat yang luar biasa.
Sekarang setiap gerakan Hoseok menimbulkan gelombang gairah yang membuatku mengerang dan bergelinjang.
Tubuh kami seperti sepasang penari. Bergerak seirama walau tidak ada musik yang mengiringi. Mungkin musik itu ada di dalam kepala kami.
"Hhh...J-hope.."
"Ya?"
"This is great"
Hoseok tertawa menyeringai, lalu menambah kecepatan gerakan pinggulnya.
"I'm...coming." Gerakan pinggul Hoseok menjadi terpatah-patah tidak beraturan. Ia mendorong tubuhnya dalam sedalam-dalamnya lalu mengerang panjang.
Hoseok melemparkan tubuhnya, berbaring di sebelahku. Dadanya naik turun seirama dengan nafasnya yang terengah-engah. Entah kenapa aku merasa sedikit kecewa.
"Kau puas?" Tanyanya
"Ehm" aku hanya menggumam.
"Kurasa kau tidak orgasme." Ugh, betapa terus terangnya pria satu ini.
"Sepertinya. Aku tidak tahu pasti." Jawabku.
"Mari lakukan lagi nanti. Kita masih punya banyak waktu."
Tiba-tiba aku baru teringat pada sesuatu yang tadi mengalir dari tubuhku. Apakah itu? Kusibakkan selimut yang menutupi kakiku. Disana, didekat pinggulku, ada noda darah di seprai yang berwarna kuning gading.
Hoseok bertepuk tangan dan tertawa lebar "Selamat! Kau sudah resmi jadi wanita sekarang."
Aku meraba noda darah di seprai "kukira ini hanya mitos." Entah kenapa perasaanku justru sedikit sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Master's Mind [COMPLETED]
Fanfiction⚠️ 21+ 🔞🌚 Underage jangan baca ⚠️ update 2-3x seminggu. Aku adalah milik mereka semua. Tubuhku sudah bukan lagi milikku. Tapi hatiku hanya untuknya satu. Master, aku rindu. Kembalilah padaku. ••• Isi story ini: - Very graphic/explicit sex scenes i...