13. Rush

2.7K 110 26
                                    

Jimin membuka kemejanya. Melipatnya lalu meletakkannya dengan hati-hati disalah satu rak. Lalu ia membuka sepatu, mendorongnya dengan kakinya ke pinggir.

Pada saat ia mulai membuka resleting celananya, aku mulai merasa canggung. Padahal tadi siang pun mereka semua membuka pakaiannya disini. Apa mungkin karena aku sendirian aku jadi merasa aneh.

"Kau benar-benar harus mencoba semua bajunya sekarang?" Tanyaku, berharap temaram lampu di ruang kostum menutupi rona wajahku yang mulai memerah.

"Tentu saja. Music show nya minggu depan. Harus dicoba sekarang buat tahu apakah cocok atau nggak." Celana Jimin jatuh ke lantai.

Pada saat memungutnya ia bertanya "kata J-Hope-hyung, dia adalah pengalaman pertamamu? Benarkah?"

"Eh...ah...kurang lebih begitu." Aku menjawab hati-hati.

"Kau beruntung melakukannya sama J-hope-hyung. Dia itu manly, tapi lembut sama perempuan." Jimin mulai memakai t-shirt merah dan celana jeans biru.

"Kalau kau melakukannya sama RM-hyung atau Jin-hyung mungkin kau tidak akan lanjut kerja disini." Jimin terkekeh sendiri.

"Ah, terlalu biasa." Keluhnya sendiri, lalu membuka lagi t-shirt nya.

"A..aku...tidak suka pembicaraan ini. Maaf." Tukasku.

"Benarkah?" Jimin merengut sambil menatapku tajam.

Tiba-tiba dia mendekatiku. "Kau tahu, katanya sekali kau melakukannya, kau akan menginginkannya terus."

Ia terus maju mendekat sementara aku terus mundur kebelakang.

Punggungku menyentuh pintu. Tanganku dengan panik mencoba membuka pintu. Tapi pintu itu tidak terbuka.

"Hehe, J-hope-hyung bilang kau ini orangnya lugu. Dan kayaknya memang begitu."

"Jimin, please, aku tidak suka ini." Aku mencoba mendorong dadanya.

Tapi Jimin tidak bergeming. Memegang dadanya terasa memegang tembok, sangat keras dan kering dan kuat.

Entah bagaimana aku malah melirik kebawah. Melihat perut sixpack Jimin dan tubuhnya yang dibalut celana jeans sepinggul, seperti para model pria di cover majalah, darah seperti naik ke kepalaku.

Aku menggigit bibirku. Berusaha untuk tidak menerkamnya lebih dulu.

Ini tidak benar. Kalau ketahuan, aku akan langsung dipecat.

"Apa kau benar tidak suka?" Jimin mengelus pipiku. "melihat wajahmu kok aku nggak percaya..."

Jimin mencium leherku pelan, lidahnya terasa basah dan hangat menggesek leherku.

Sungguh aku ingin melarikan diri, demi pekerjaanku. Tapi tanganku justru melakukan sebaliknya.

Tanganku bergerak mengelus bagian depan celana jeans Jimin. Terasa tonjolan keras disana.

Tanganku satunya memeluk leher Jimin. "Nggh..." Aku mengerang penuh gairah.

Kusadari sekarang betapa kuatnya keinginanku untuk bertemu Hoseok lagi, adalah karena aku ingin merasakan tubuhnya lagi.

Aku ingin dicumbu. Aku ingin merasakan lagi hangatnya tubuh seorang pria menempel di tubuhku. Aku ingin merasakan bibirnya di bibirku.

Tapi sekarang, Hoseok tidak ada. Hanya ada Jimin.

Dan aku tidak peduli.

Kutarik wajah Jimin dari leherku, kubenamkan bibirku di bibirnya.

"Oh wow." Jimin tertawa. "Kalau first timer saja begini, bagaimana nanti kalau sudah sering?"

Master's Mind [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang