"APA YANG KAU LAKUKAN?" Hoseok menjerit kencang. Menarik selimut dan membelitkannya di tubuhnya.
"Kalau kau bercanda, ini nggak lucu!" Hoseok begitu panik. Teriakannya melengking tinggi seakan tercekik. Ia menghambur ke arahku, berusaha merebut ponselku.
Tapi aku lebih cepat. Kulemparkan ponselku keluar kamar. Ponsel itu meluncur jauh di lantai yang licin lalu berkelotak berhenti saat membentur karpet di ruang TV. Aku segera menutup pintu, menghalangi pegangan pintu dengan tubuhku agar Hoseok tidak bisa keluar mengambil ponselku.
BANG!!! Ia menggebrak keras pintu di dekat kepalaku. Wajahnya memerah oleh amarah, mulutnya menyeringai ganas. Jujur aku ketakutan. Tapi aku berpura-pura tidak terpengaruh. Tetap menatap langsung matanya dengan mulut terkatup rapat.
"Foto itu sudah tersync dengan cloud." Aku menjawab dingin. "Jadi bahkan kalau kau rusak ponselku, aku masih punya fotomu."
Ia melangkah mundur. "Apakah ini blackmail? Kau menipuku?" Ia berusaha terdengar tenang.
"Kalau aku mau mem-blackmail mu aku akan menunggumu tidur buat mengambil foto telanjangmu. Ga perlu ribut-ribut begini."
"JADI APA-APAAN INI?" Ia duduk di tempat tidurnya. "MOTHERFUCKER!" Makinya keras sambil meludah ke lantai.
"KAU YANG MOTHERFUCKER!!" Jeritku lantang.
Hoseok menatapku dengan dengan terkejut.
"Katakan padaku permainan apa yang sedang kalian lakukan padaku?" Suaraku bergetar, berusaha menahan emosi. "Kau mungkin berpikir aku lugu, tapi aku tidak bodoh."
Hoseok membuang muka.
"Kalian bisa mendapatkan gadis mana saja yang kalian mau. Tapi kenapa aku?" Aku menepuk dadaku. "Aku tahu, aku bukan orang yang suka berpikir panjang sebelum melakukan sesuatu. Tapi...pertama kau, lalu Jimin, lalu V, Jungkook, Jin. Semua mendekatiku. Apa itu terdengar normal bagimu?"
"Semuanya, dimulai dari kau!!!" Jariku menunjuknya, gemetar.
Suasana di dalam kamar itu terasa sangat menegangkan. Hoseok menggigit bibirnya kencang. Aku kesal. Marah. Bermalam-malam kuhabiskan bersama Jimin, Taehyung dan Jungkook untuk mencari tahu kenapa mereka mendekatiku. Tanpa hasil. Aku lelah.
"Katakan padaku sekarang." Suaraku terdengar menuntut. "Berikan jawaban yang masuk akal. Kalau kau pilih untuk tidak mau memberitahuku ada apa sebenarnya, seperti Jimin, V dan Jungkook..." Napasku memburu. "Kusebar fotomu ke social media."
Tanganku gemetar, kakiku terasa lemas. Aku tidak suka melakukan ini.
Terutama tidak pada Hoseok. Tapi, aku tidak ada punya jalan lain. Aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Hoseok menjawab lirih. "Kamu nggak seharusnya tahu."
"Jadi kalian membuat suatu permainan, yang melibatkan aku, tapi AKU TIDAK BOLEH TAHU?" Nada marah tidak bisa lagi kututupi.
Kami berdua sama-sama terdiam.
"Ini, bukan permainan." Hoseok akhirnya membuka suara. "Kami ini manusia juga. Tapi cuma karena pilihan karir kami kami tidak bisa melakukan beberapa hal seperti kalian orang biasa." Ia menghela napas. "Kami tidak bisa jalan-jalan bebas, tidak bisa berkencan, tidak bisa punya sex life."
"Kau dengar dariku, kan. Kami ini bukan patung. Kami menginginkan apa yang orang lain inginkan." Wajahnya berubah penuh kemarahan. "Agency sial itu terus meminta kami menulis lagu tentang cinta. Cinta apaan? Kami bahkan tidak bisa pacaran dengan orang yang kami suka."
"Lalu hubungannya denganku?" Tanyaku dingin.
"Dulu RM sempat dekat dengan satu gadis. Tapi gadis itu tidak mau hanya RM. Dia mau kami semua. Kami semua berakhir tidur dengannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Master's Mind [COMPLETED]
Fanfiction⚠️ 21+ 🔞🌚 Underage jangan baca ⚠️ update 2-3x seminggu. Aku adalah milik mereka semua. Tubuhku sudah bukan lagi milikku. Tapi hatiku hanya untuknya satu. Master, aku rindu. Kembalilah padaku. ••• Isi story ini: - Very graphic/explicit sex scenes i...