Kami berdua duduk di pinggiran pantai Haeundae, memandang kegelapan laut dengan ombak yang bergulung-gulung memecah pasir.
Hari sudah hampir berganti, suhu begitu dingin dan angin cukup kencang. Hanya ada beberapa orang yang segila kami untuk nongkrong di pantai di musim semi ini, semuanya memakai coat tebal dan scarf.
Kami berdua hanya diam, memegang erat kaleng bir kami.
"Hoseok, maafkan aku ya." Aku berkata pelan.
"Maaf kenapa?"
"Yang dulu kau bilang padaku. Waktu aku mulai berpacaran dengan Jin, kau patah hati." Aku terkekeh. "Aku belum pernah benar-benar patah hati sebelumnya. It hurts, like hell."
Hoseok terdiam. "Ya. Tapi kalau kau menyikapinya dengan bijak, kau juga mendewasakan dirimu sendiri. Kita teman kan sekarang." Ia menjawab pelan.
"Dari dulu juga teman...with benefits" aku mencibir.
"Yeah..." Hoseok tertawa. "Tapi pertemuan kita berubah. Less sex, more talking."
"Iya. Menyenangkan ngobrol denganmu."
"Apa kau bahagia waktu bersama Jin-hyung? Maksudku, kau terlihat senang. Tapi bisa jadi itu topeng."
"Aku senang. Jujur aku nyaman dengan gaya hidup yang dia anut. Segila apapun itu menurut kalian." Aku menyepakkan kakiku ke pasir. Sebagian pasir masuk ke sepatuku.
"Tapi, ya, kau tahulah bagaimana hubungan seperti itu. Batas antara permainan dan pelecehan sangat tipis. He crossed the line. Dan aku tidak bisa terima. Jadi kami putus."
"Kau sedih?"
"Tentu saja."
"Apa kau menangis?"
Aku terdiam. "Tidak."
"Artinya dia melakukan sesuatu yang terlalu menyakitimu, sampai kau tidak bisa menangis." Hoseok berkata pelan sambil tetap memandang ke arah laut.
"Tapi aku kangen dia. Sangat." Desahku.
"Pada saat kau jatuh cinta, kau ingin terus bertemu dengannya. Begitu juga waktu kau kehilangan, kau ingin terus menemuinya lagi."
"Kau ini orangnya melankolis juga ya?"
"Yeah. Tapi jadi melankolis tidak akan membuatku punya banyak fans." Ia cemberut.
"You do what you have to do. You did a great job."
"Kau juga."
"Apa?"
"You do what you have to do. Sebagai pacarnya Jin-hyung. You did a great job."
"Kau berpikir begitu?"
"Aku sudah pernah bilang padamu kan? Jin-hyung terlihat sangat bahagia saat kalian bersama."
"Haaaaaahhhhh..." Aku menghembuskan napas keras-keras.
"Follow your heart." Hoseok merangkul bahuku. "Jin-hyung mungkin menyakitimu. Tapi kau selalu punya pilihan. Hanya kau yang tahu apakah dia layak dimaafkan atau tidak."
Ia berdiri, menepiskan pasir dari celananya. "Pulang yuk. Dingin. Besok, mari main-main supaya kau ceria lagi. Apa yang menyenangkan di Busan?"
"Entahlah. Aku sendiri tidak yakin. Besok saja kita diskusikan"
Hoseok merangkul bahuku. "Okay." Ia tersenyum lebar. Bersenandung pelan sambil kami berjalan menuju tempat parkir.
- - -
Keesokan paginya aku menjemput Hoseok ke hotelnya. Kami makan pagi di kamar hotelnya, sambil browsing tempat wisata yang akan kami datangi.
Hoseok tidak mau mengunjungi pusat perbelanjaan atau kuil. "Begituan sih di Seoul juga ada." Begitu katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Master's Mind [COMPLETED]
Fiksi Penggemar⚠️ 21+ 🔞🌚 Underage jangan baca ⚠️ update 2-3x seminggu. Aku adalah milik mereka semua. Tubuhku sudah bukan lagi milikku. Tapi hatiku hanya untuknya satu. Master, aku rindu. Kembalilah padaku. ••• Isi story ini: - Very graphic/explicit sex scenes i...