52. Tear

1.4K 61 29
                                    

Kami berdua berendam di dalam bathtub. Aku berbaring di dada Seokjin. Sesekali terdengar kecipak air.

Ia mengangkat wajahnya, memandang ke wajahku. Tangannya mengelus pipiku. "Kau sudah merasa baikan?" Ia bertanya pelan.

Aku menunduk. Masih tidak yakin dengan kondisiku sendiri.

Malam ini hancur. Karena aku.

Harusnya kami bersenang-senang. Tapi semuanya berantakan.

Setelah sebelumnya aku merasa diatas angin bermain sebagai mistress buat Seokjin, aku terhempas ke titik terendah setelah Seokjin mulai bercumbu dengan Jungkook.

Di titik Seokjin memanggil Jungkook dengan panggilan sayangnya, Suasana di dalam kamar seketika berubah.

Seokjin terus memanggil Jungkook dengan "Kookie Oppa", dan Jungkook terus cekikikan manja seperti remaja tanggung setiap mendengarnya.

Seokjin menghujani wajah dan dada Jungkook dengan kecupan-kecupan kecil, serta menggelendot manja di pelukan Jungkook.

Harus kuakui bukan interaksi seperti ini yang selama ini kubayangkan terjadi diantara mereka. Juga kenyataan bahwa mereka seperti melupakan skenario permainan kami, membuatku makin terpuruk.

Malah, mereka seperti melupakan aku ada di ruangan yang sama dengan mereka. Duduk hanya 1 meter dari Seokjin.

Tiba-tiba aku teringat pada Hoseok. Melihat Seokjin dan Jungkook seperti berkaca saat aku bersama Hoseok.

Sentuhan yang lembut. Kata-kata penuh kerinduan yang saling kami ucapkan untuk satu sama lain. Tawa kecil diantara hempasan pinggul.

Bukan berarti seks ku dengan Seokjin tidak menyenangkan. Kurasa, hubungan kami tidak akan bertahan selama ini apabila seks kami tidak memuaskan.

Kami, hanya berbeda. Liar. Penuh nafsu kebinatangan. Setiap sentuhan setiap kata-kata adalah untuk menimbulkan rasa sakit. Seks kami meninggalkan senyum yang lebih lebar, puncak kepuasan yang lebih menggetarkan.

Dan, Seokjin, adalah pasangan yang sangat baik. Ia berjuang keras untuk hubungan kami. Diluar kemarahannya yang meledak-ledak. Yang selalu ditutup dengan seks yang lebih liar lagi dan orgasme yang lebih hebat lagi.

Tapi, hubungan kami tidak romantis. Kalau boleh jujur, seks romantis dengan Seokjin tidak menyenangkan. Ia seperti tidak tahu apa yang dilakukannya.

Melihatnya bisa melakukannya dengan Jungkook, membuat Jungkook tersenyum manis dan luluh dalam pelukannya, aku merasa terancam.

Seks romantis, membuatmu terbawa perasaan. Seperti perasaanku pada Hoseok dulu.

Bagaimana kalau hubungan mereka bukanlah sekedar bersenang-senang seperti pengakuan mereka? Bagaimana kalau Seokjin memutuskan lebih mudah menjalani hubungan dengan Jungkook daripada denganku?

Kurasa, aku terlalu percaya diri. Melihat puluhan gadis datang dan pergi dalam hubungan kami, dan tidak merasakan apapun, kupikir aku bisa menerima segalanya.

Tapi rasa cemburu ini bagaikan tsunami. Sesuatu dalam diriku diterjangnya hancur. Rasa kecewa pada diriku sendiri, rasa takut akan ditinggalkan, rasa iri pada Jungkook.

Aku menerjang Jungkook sekencang-kencangnya hingga ia terjatuh dari tempat tidur. Aku mulai menangis histeris dan menjerit-jerit.

Aku hampir menendanginya mengusirnya kalau bukan karena Seokjin yang menangkapku sambil berteriak-teriak menyuruh Jungkook pergi.

Aku hanya ingat kalau aku menjerit-jerit putus asa. "Jangan ambil Seokjin dariku!" Seokjin mendekapku kencang di dadanya saat aku masih mengamuk. "Seokjin, jangan tinggalkan aku! Jangan pergi dengan Jungkook!!!"

Master's Mind [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang