Hari pertama kerjaku di BigHit bagaikan neraka. Aku tidak pernah sedikitpun membayangkan kalau pekerjaan di industri entertainment sangatlah berat.
Semenjak malam bersama Hoseok itu aku mengalami insomnia parah. Setiap aku membaringkan tubuhku di tempat tidur dan menutup mataku, semua kejadian malam itu seakan menjadi film yang diputar ulang di dalam kepalaku.
Tubuhku seakan merasakan kembali hembusan napas Hoseok di leherku, sentuhan jarinya di pinggangku dan lidahnya bermain di dalam mulutku.
Mataku melihat wajah Hoseok kemanapun aku memandang.
Ahreum bilang itu wajar. Aku akan mengingat detail pengalaman pertamaku sampai sangat lama. Tapi nanti lama-lama ingatan itu akan memudar menjadi fragmen memori.
Aku merasa lebih baik saat bersama orang tuaku di Busan, dan memutuskan untuk kembali ke Seoul sebagai roommate Ahreum hanya 2 hari sebelum hari kerja pertamaku.
Cemas dengan kemungkinan harus bertemu Hoseok dan bagaimana aku harus bersikap, aku tertidur menjelang matahari terbit. Bangun kesiangan. Berdandan alakadarnya lalu berlari secepat-cepatnya dari stasiun MRT menuju gedung BigHit.
Aku tiba pukul 09.05. Terlambat kerja di hari pertama. Hal buruk buat pegawai baru. Kecemasanku semakin tinggi, mudah-mudahan keterlambatanku tidak mempengaruhi penilaian kinerjaku.
Sesuai dengan instruksi yang kuterima di telepon, aku diminta untuk bertemu dengan GwonGayoung, yang ternyata adalah si gadis berambut biru yang mengurus pada waktu tes pegawai.
Ia lebih ramah sekarang. Mengucapkan selamat atas penerimaan kerjaku, dan mengenalkan posisinya sebagai asisten dari LeeYoori, kepala divisi MakeuUp dan Kostum.
Setelah meeting singkat dimana ia menjelaskan garis besar kontrak kerja pegawai trainee di BigHit, yang sejujurnya tidak benar-benar aku perhatikan, langsung aku stempel dengan cap ku tanpa pikir panjang.
Yang kurasakan hanyalah dorongan untuk secepatnya mengejar pekerjaan impianku. Ah, sekarang aku bisa merasakan apa yang para idol muda itu rasakan saat mereka menandatangani slave contract yang diajukan perusahaan mereka.
Untunglah kontrak yang diajukan BigHit cukup adil. Paling tidak menurut standarku. Dan bayarannya juga lumayan.
Perhitunganku setelah dipotong biaya sewa apartemen dan utilities, aku masih punya sisa buat dikirim ke orang-tuaku dan sekali-kali bersenang-senang.
Tapi beban pekerjaan yang ditugaskan kepadaku cukup membuatku untuk menangis dalam hati.
Sebagai trainee aku harus bekerja di dua sub-divisi: MakeUp dan Kostum. Lalu akupun harus mengikuti pelatihan-pelatihan, menyelesaikan tugasnya lalu mensubmit tugas itu sebelum batas waktu yang ditentukan.
Berdasarkan pada penilaian supervisorku, setelah 6 bulan akan ditentukan di sub-divisi mana aku akan jadi pegawai tetap.
Hari pertamaku diiisi dengan mempersiapkan 21 variasi kostum untuk syuting Bangtan Run minggu depan.
Perlukah kuberitahu kalau senjataku adalah dokumen online yang berisi daftar brand fashion yang disukai para member, brand yang sudah bekerja sama dengan BigHit dan brand-brand indie yang kemungkinan cocok dengan image BTS.
Daftar sederhana yang membawaku ke ribuan variasi pakaian yang harus aku padupadankan.
Bahkan pesan Gayoung di awal hari itu adalah "Pastikan semua datamu ter-sync ke ponselmu, supaya kau bisa kerja dimana saja."
Di hari kerja pertamaku, aku makan siang di depan komputerku. Jariku pegal, mengklik ratusan pakaian yang kira-kira cocok dengan image "Pacar idaman di musim semi".
Sekitar jam 3 sore aku menyerah. Mataku berat dan punggungku lelah. Kuseret kakiku ke pantry untuk mengambil kopi. Aku bukan penggemar kopi. Kopi membuatku grogi dan perutku kembung. Tapi aku sangat menginginkannya sekarang.
Sebagaimana kantor lainnya, ruangan pantry disekat menjadi beberapa ruangan. Di lantai 3 tempatku bekerja, ruangan pantry, ruang fotokopi, dan ruang storage menjadi satu.
Ruang pantry jadi sangat sempit. Mungkin sengaja, supaya tidak ada karyawan yang ngobrol disana.
Begitu lelahnya aku sampai tidak memperhatikan kalau ada seseorang yang sedang berdiri meminum kopinya sambil memainkan ponselnya di ujung ruangan pantry.
Pembelaanku, ujung ruangan pantry itu agak gelap.
Pada saat aku sedang menuangkan kopi, tiba-tiba orang itu menyapa.
"Hai, pegawai baru?"
Sontak ku menengok dan melihat seorang pemuda disana. Rambut pemuda itu dicat pirang pudar. Tangan dan bahunya tebal, jelas-jelas terlihat sebagai hasil fitness teratur. Badan atasnya yang kekar tampak kontras dengan pinggang dan kakinya yang cenderung langsing.
"KimBora. Pegawai trainee di divisi makeup dan kostum." Aku langsung memberi hormat kepadanya.
"Aku Jimin dari BTS. Senang bertemu denganmu." Senyumnya. "Bagaimana hari pertama kerjamu?"
"Ah, itu.." Aku berusaha mencari jawaban yang tidak akan membuat BigHit terdengar seperti menyiksaku sampai mau mati. Tapi aku juga sulit berkonsentrasi untuk menemukan jawaban karena otakku dipenuhi wajah Jimin yang sangat menarik perhatian di jarak sedekat ini.
"Melelahkan, aku tau. Hahahaha. Mukamu itu menjelaskan semuanya." Jimin tertawa ringan sambil menunjuk ke wajahku.
"Yeah..." Aku tersenyum simpul sambil mengibaskan tanganku. Sulit memang menjadi orang yang tidak bisa menutupi perasaan.
"Hahaha, kau akan terbiasa. Pekerjaan di BigHit memang berat. Tapi kau dikelilingi oleh orang-orang yang berdedikasi dan passionate dengan pekerjaannya." Jimin tersenyum lagi. Manis sekali. Ah, apakah semua member BTS memang semanis dewa Yunani yang menjelma jadi manusia di bumi.
Belum sempat aku mengambil kopiku, tiba-tiba terdengar panggilan luar ruangan.
"Bora? Ada KimBora disini?"
"Iya, aku di pantry" balasku
Sesosok kepala mencul dari balik partisi ruang pantry, seorang staf divisi kostum yang namanya belum kuingat. "Hey, kau dibutuhkan di ruang makeup. Mereka butuh tambahan tenaga untuk photoshoot merchandise fan meeting."
"Kalau sudah selesai di ruang makeup, tolong antarkan kostum untuk syuting malam ini ke KBS ya. Tim kita sudah menunggu disana. Kostum kau ambil di ruang kostum, lalu hati-hati masukkan ke mobilnya, jangan sampai lecek."
Tanpa menunggu jawabanku, staf itu langsung pergi.
"Ah iya." ucapku. Kuletakkan kembali teko dan gelas kopi yang tadinya sudah akan kutuangkan. Aku membungkukkan badan singkat ke arah Jimin sebelum berbalik menuju pintu keluar ruangan.
"Hei, Bora." Aku mendengar Jimin memanggilku dari balik punggungku.
Aku berbalik dengan bingung. Apakah aku melupakan sesuatu?.
"Ya?" tanyaku dengan bingung.
Aku melihat Jimin berdiri menatap punggungku sambil menyeruput kopinya.
Dia masih tersenyum. Tapi kurasakan aura yang berbeda dari sikapnya.
"Aku tahu semua yang kau lakukan bersama J-hope-hyung."
•••
Next update: Selasa, 22 Des 20Jadi kalau udah tahu kamu mau apa Chim?
💜 Thank you for reading 💜
Jangan lupa vote dan comment ya.
Follow juga IG aku @ ZeeDooRi•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Master's Mind [COMPLETED]
Fanfiction⚠️ 21+ 🔞🌚 Underage jangan baca ⚠️ update 2-3x seminggu. Aku adalah milik mereka semua. Tubuhku sudah bukan lagi milikku. Tapi hatiku hanya untuknya satu. Master, aku rindu. Kembalilah padaku. ••• Isi story ini: - Very graphic/explicit sex scenes i...