Pakaian terakhir lepas dari tubuh kami. Aku menutupi dadaku dengan tanganku. Menarik selimut menutupi pahaku. Momen intim yang sudah ratusan kali kami lakukan, kini terasa menakutkan.
Aku gelisah. Seokjin bilang dia tidak akan kecewa kalau kali ini pun tidak berhasil. Tapi, aku tahu. Aku yang akan kecewa.
Seokjin memegang dasi di tangannya. "Aku ada ide. Mari kita coba."
Ia membelitkan dasi itu beberapa kali menutupi mataku, lalu mengikatnya. Aku tidak bisa melihat apapun.
"Jin..." Tanganku meraih, meraba-raba. Aku agak takut dengan kegelapan.
"Aku disini." Seokjin meraih tanganku. Ia lalu perlahan membaringkan tubuhku.
"Dengarkan aku." Ia berkata pelan.
"Aku yang akan melakukan semuanya padamu. Dari kepala..." Ia menjentik dahiku. "...sampai kakimu." Ia meremas kakiku pelan.
"Kau tidak perlu melakukan apapun. Aku tidak akan membuat suara sedikitpun. Saat ini, aku bukan siapa-siapa. Bebaskan pikiranmu. Bayangkanlah siapapun yang kau inginkan. Panggillah aku dengan siapapun yang kau inginkan."
"Itu tidak adil buatmu."
"Tidak apa-apa." Ia mengelus pipiku. "Satu langkah demi satu langkah. Kau jelas nyaman melakukannya dengan orang lain, tapi tidak denganku."
"Nanti, akan ada waktunya aku akan marah kalau kau memanggil nama orang lain. Tapi kali ini, tidak apa-apa."
Aku terdiam. Seokjin juga diam. "Kau siap?"
Aku mengangguk. "Baiklah." Aku membelai bahunya. "Kau bisa mulai."
Seokjin tidak menjawab. Tapi mulai dengan mengecup dahiku. Lalu pipiku. Pelan-pelan ia menjilat bibirku, lalu mengulumnya. Tanpa suara.
Aku meraba-raba. Mencari tangannya. Tapi ia tidak berinisiatif untuk menyambut genggamanku. Aku merasakan tiupan manja di telingaku. Lidahnya menyapu leherku. Giginya menggigit puting payudaraku. Semuanya dalam senyap.
"Ini, agak menyeramkan." Aku bergidik. "Seperti melakukannya dengan hantu."
Tapi Seokjin tidak menjawab sama sekali. Bahkan suara nafas atau desahanpun tidak ada.
Segalanya gelap, sunyi. Perlahan, tubuhku mengerti kalau aku tidak perlu memproses gambar dan suara. Kulitku menjadi makin sensitif. Setiap sentuhan, sekecil apapun, memberi sensasi yang memabukkan.
"Aaahhmmm..." Aku mulai mendesah. Mulut itu terus mengeksplorasi tubuhku. Perutku, pinggangku, pinggulku, pahaku. Terasa lengket dan basah. Sesekali gigitan dilayangkan, yang membuatku terlonjak kaget.
Sesuatu menyentuh organ kewanitaanku. Mengelusnya perlahan. Tubuhku langsung bereaksi, kakiku membuka semakin lebar, untuk menerima apapun yang akan dimasukkan kesana.
Tapi sentuhan itu menghilang. "Ahh?..." Aku menjerit frustasi. Sedikit kesadaran muncul. Cuma Seokjin yang senang menggoda seperti itu. Yang lain, tidak ada yang pernah melakukannya.
Aku menggelengkan kepala kencang. Aku tidak boleh memikirkan Seokjin. Aku harus memikirkan orang lain, supaya ini bisa berhasil.
Sentuhan itu justru semakin turun. Jari-jari menggelitik belakang lututku. Lidah yang kasar menyusuri betisku.
Lalu, jempol kakiku dikulum dengan kencang.
Aku tersentak. Ini pertama kalinya aku menerima perlakuan ini. "Eeuhhng...it feels...so good." aku merintih. "Terus...ahhh...hisap terus..."
Mulut itu terus menghisap. Lidahnya bermain-main disela-sela jari-jari kakiku. Terasa tangan yang kuat menyatukan kedua kakiku, lalu kedua jempol kakiku dihisap bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Master's Mind [COMPLETED]
Fanfiction⚠️ 21+ 🔞🌚 Underage jangan baca ⚠️ update 2-3x seminggu. Aku adalah milik mereka semua. Tubuhku sudah bukan lagi milikku. Tapi hatiku hanya untuknya satu. Master, aku rindu. Kembalilah padaku. ••• Isi story ini: - Very graphic/explicit sex scenes i...