42. Save Me

1.7K 80 38
                                    

Seokjin tiba sedikit lewat tengah malam. Aku langsung memeluknya dan menciuminya.

Seokjin balas memelukku. "Baumu fresh sekali. Kau habis mandi?"

"Iya. Dan pakai parfum. Dan sedikit berdandan juga. Hehe." Aku menarik tangannya kencang, mengajaknya ke kamar tidur. "Dan gaun tidur ini..." Aku berputar "...hadiah ulang tahun darimu."

"Kita sedang merayakan sesuatu? Aku tidak ingat." Seokjin tampak khawatir. Duduk di tempat tidur.

"Jin. Kau tidak dengarkan aku ya tadi di telepon? Tadi sama Suga aku tidak kesakitan sedikitpun." Aku langsung membuka pakaiannya dan pakaianku secepat-cepatnya.

"Benarkah?" Wajah Seokjin langsung sumringah.

"Tuh kan, kau tidak dengarkan aku."

"Maaf, aku tadi sambil mengerjakan sesuatu." Ia melepaskan celana panjangnya. Lalu berbaring.

Aku naik keatas tubuhnya. Menciumi wajahnya, lehernya, dadanya. Senyum tidak pernah hilang dari wajahku. Aku benar-benar bahagia.

Seokjin merengkuh wajahku. Menggigit bibirnya gemas. "Senang melihatmu seperti ini."

Aku membalasnya dengan mengecupnya berkali-kali. "I miss you, so much. Kau tidak tahu seberapa banyak aku menginginkanmu."

Seokjin memeluk pinggangku, lalu berguling. Ia menindihku. Mulai menciumiku dengan bergairah.

Ciumannya sangat lembut. Bibirku dikulumnya. Lidahnya menyapu pelan lidahku. Ia lalu menciumi leherku, perlahan ciumannya turun ke dadaku.

Ia menggigit pelan payudaraku. Menjilati perutku. Tangannya memegang erat pinggulku saat ia membenamkan wajahnya disela pahaku.

"Aahhh..." Aku mulai mendesah.

Seokjin semakin bersemangat. Jarinya masuk, membuka lebar liang kewanitaanku. Lalu lidahnya menyusup.

Aku terlonjak. "Ahhnnn...Jin, masuk...sekarang."

"Hahhh..." Seokjin mengangkat wajahnya. Ia mengusap bibirnya dengan punggung tangannya. "Kau lebih basah daripada biasanya."

Ia meringis. "Oke. Aku masuk."

Aku berbaring dengan penuh antisipasi. Mataku lekat memandang wajahnya.

Seokjin mendorong dirinya masuk. "Eugh..." Ia mendesah.

Aku terkesiap. Senyum di wajahku langsung menghilang. Kenapa? Kenapa sakit sekali? Seharusnya ini tidak sakit.

Kakiku mulai menyepak-nyepak. Tubuhku menegang. Keringat dingin bermunculan seiring dengan nafasku yang terpatah-patah.

Aku membenamkan wajahku di dada Seokjin. Ia tidak boleh melihatku kesakitan. Aku sudah cukup sering mengecewakannya sebelumnya.

Seokjin mulai merasakan ada yang salah. "Enak tidak?" Ia bertanya hati-hati.

"Tidak apa-apa...hhh..hhh..teruskan saja." Aku berusaha merilekskan tubuhku. Berusaha mengatur napasku. Aku hanya tegang. Iya, hanya tegang.

Seokjin mulai bergerak. Ia mengeluarkan dirinya perlahan kemudian menghunjam masuk dengan kencang.

Aku terlonjak. Rasa sakit yang luar biasa menyebar di tubuhku. Seakan-akan ada pisau yang ditancapkan masuk dan keluar berkali-kali tanpa belas kasihan.

Yang kutahu pasti selama ini, semakin intens sakit yang kau rasakan, semakin tegang semua otot di tubuhmu. Termasuk otot organ kewanitaan. Dan itulah yang terjadi.

"Argh...ahhnnn..." Punggung Seokjin melengkung. Matanya terpejam rapat. Tampak jelas ia sangat menikmati saat ini. "Bora, tumben kau menjepit keras sekali....ugh...my God...this is so good."

Master's Mind [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang