65. I Need You

1.5K 67 142
                                    

"Awww!" Aku merintih saat punggungku menghantam tembok keras.

Saat kupikir Seokjin akan melemparkanku ke tempat tidur, ia justru mendorongku ke dinding, hanya beberapa langkah dari tempat tidurnya.

Satu tangan Seokjin menggenggam botol vodka, yang sesekali diminumnya. Atau disuapkan padaku. Tangannya yang satu lagi, memeluk tubuhku erat.

Kami mulai mabuk. Drunk sex bukan sesuatu yang biasa kami lakukan. Seokjin selalu ingin memiliki kontrol penuh saat kami bersama.

Tapi malam ini, kurasa kami sama-sama membutuhkannya. Untuk menutupi rasa bersalah dan kecanggungan yang ada diantara kami.

Seperti biasanya, apapun yang ia lakukan, aku akan menerimanya dengan hangat. Selalu seperti ini. Seokjin akan melakukan apapun yang ia inginkan, aku akan menerima apapun yang ia lakukan padaku.

Ia memepetku. Menggencetku antara tembok dengan tubuhnya. Wajahnya terbenam di leherku. Dengan kasar lidahnya mulai menjilatiku, menggigiti dan menghisap kencang-kencang.

Tawa puas lepas dari mulutnya setiap ia berhasil meninggalkan tanda merah kebiruan di tubuhku.

Tangan kami saling meremas. Bibir kami saling memagut. Kubenamkan wajahku di leher Seokjin, kuangkat kausnya dan kujilati perutnya dengan lapar, tanganku menyelinap masuk ke dalam celananya. Membelai-belai dirinya, hingga tegang dan mencuat dari balik karet celana joggernya.

Aku berlutut. Kukecup ujung kejantanannya. Cairan licin transparan menyelimuti bibirku. Seokjin sudah lebih dari siap untuk bercinta.

"Ngh...Fuck! Bora." Dengan tergesa-gesa ia membuka t-shirtnya, lalu celananya. Berdiri telanjang bulat dengan kejantanannya tegang di depan wajahku.

"Tubuhmu lebih besar sekarang." Aku mengelus perutnya. Lalu menggenggam dirinya dengan perlahan, kugerakkan tanganku sepanjang bagiannya.

"Aku selalu paling kurus." Seokjin mengeluh.

Aku mulai menjilati kejantanannya. "Paling tidak yang ini..."

"Hmm...paling besar? Paling panjang?" Seokjin mengerang.

Aku tertawa kencang. "Paling ganteng. Seganteng wajahmu."

Seokjin cemberut. Tawaku makin kencang. "Aku tidak peduli. Sungguh. Yang paling penting bagaimana pemiliknya bisa menggunakannya."

"Dan kau tahu, kalau aku sudah mulai menggunakannya, kau akan menjeritkan namaku sampai serak." Tangan Seokjin bergerak di sekeliling leherku, mengikatkan dasinya.

Ia menekankan dirinya kedalam mulutku, mendorongku semakin menempel ke tembok. Lalu mulai bergerak, keluar masuk.

"Hhh..." Ia menggeram dalam. Tangannya menyingkirkan rambut yang menutupi wajahku. Aku memandang ke atas, dengan dirinya dalam mulutku. Dan Seokjin sedang memandangiku dengan senyum penuh gairah.

Saat ia merasa sudah puas, ditariknya dasi yang melingkari leherku. Aku tercekik, langsung bangkit mengikuti arah tarikan dasinya.

Ia kembali menarik dasi itu kencang. Mencekikku. Aku meronta-ronta mencari udara.

Dilonggarkannya tarikannya sambil terkekeh. Bibirnya menempel ke bibirku, mendesis. "Kau tersenyum. Suka, sayangku?"

Aku mengangguk, masih tersengal-sengal. Kakiku menyilang, terasa lembab di antara kedua belah pahaku.

"Kau anak anjing yang nakal." Seokjin berbisik di telingaku. Hembusan udara hangat di setiap kata-katanya membuatku merinding. "Kau harus kuikat supaya tidak menghilang lagi."

Ia mengikat kedua tanganku di balik punggung dengan dasi lainnya. Satu dasi lainnya menutupi mataku.

Tiba-tiba Seokjin merobek t-shirt yang kukenakan, menurunkannya hingga kedua buah dadaku terbebas. Mulutnya meraup puncak payudaraku. Lidahnya bermain-main dengan putingnya. Basah, hangat, menggelitik.

Master's Mind [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang