Seokjin berjalan menembus kerumunan reporter dan fansite dengan senyum di wajahnya. Setelah hampir sebulan, akhirnya pekerjaan di Amerika selesai. Ia kembali ke Korea.
Di tangannya ia memegang tas belanja besar, dari butik luxury brand yang belum buka di Korea. Ia sengaja tidak memasukkan tas belanja itu ke kopernya, karena tas itu, dan segala isinya adalah hadiah buat Bora.
Setelah pertengkaran mereka, Seokjin tidak menghubungi Bora sama sekali karena ia masih merasa sangat marah. Bora akan kembali, ia tahu itu. Tapi belum sempat mereka bertemu lagi agency mengabarkan kalau keesokan subuh mereka sudah harus berangkat ke Amerika.
Sesuatu yang dikiranya hanya pekerjaan singkat, ternyata adalah jadwal 3 minggu untuk performance tahun baru, pembuatan album, event appearance, pemotretan majalah. Ah, Seokjin bahkan sudah tidak ingat apa saja yang dia lakukan disana.
Ia masih sangat marah. Dan seperti anak kecil, ia melakukan apa yang Bora dulu lakukan padanya. Ia tidak mengangkat telepon atau membaca satupun pesan dari Bora.
Bora terus menghubunginya. Makin kemari makin sering. Beberapa pesannya mengungkapkan sesuatu yang memohon Seokjin untuk menghentikannya. Dari apa? Seokjin tidak mengerti.
Bora biasanya selalu blak-blakan. Hampir tidak pernah memberi kode-kode membingungkan begini.
Sampai pagi itu.
Tanggal 1 Januari pagi. Ia masih sangat lelah sehabis performance malam tahun baru. Hoseok menggebrak-gebrak pintu kamarnya dengan panik. Wajahnya pucat.
"Jin-hyung, Bora mendadak tidak bisa kutelpon. Teleponnya berada di luar wilayah layanan." Ia setengah berteriak.
Seokjin tidak percaya. Langsung mencoba menelepon Bora. Hoseok tidak berbohong.
"Kau kenal roommatenya kan?" Ia mulai merasa panik.
"Roommatenya juga mendadak tidak bisa kutelpon. Jangan-jangan mereka pindah."
Seokjin tidak bisa berpikir panjang. Ia langsung berlari ke kamar managernya, mengetuknya seperti kesetanan.
"Aku mau pulang! Sekarang!!"
"Tidak bisa." Managernya berkeras. "Kau masih punya beberapa pekerjaan yang akan menentukan karir grup kedepannya."
"PACARKU MENGHILANG!!!" Seokjin menjerit-jerit histeris hampir memukul managernya.
Untung Namjoon segera datang. Ia menyeret Seokjin ke kamarnya, memaksanya untuk meminum obat penenang.
Mereka ada jadwal appearance siang nanti. Dan Namjoon menekankan kalau ia berharap Seokjin bisa tenang dulu demi kepentingan grup.
"Kita bisa cari Bora nanti. Bisa jadi dia hanya liburan dan tidak memberitahumu karena kalian sedang bertengkar." Namjoon menenangkannya.
Namjoon membiarkannya menangis kalut dalam pelukannya, mengoceh tidak tentu arah. Hingga ia merasa ngantuk dan merebahkan tubuhnya di tempat tidur.
Hal terakhir yang ia dengar adalah Namjoon memarahi Hoseok.
"Hal seperti itu bisa menunggu..."
Lalu segalanya gelap.
1 minggu berlalu setelah kejadian itu. Seokjin di depan kamera tetaplah Seokjin yang ceria. Di belakang kamera, ia minum-minum hingga muntah-muntah hampir setiap malam.
Para member bergantian menjaganya. Mereka juga membantu mencoba mengontak Bora dan Ahreum. Telepon, chat, email bahkan sosial media. Tanpa hasil.
Jimin sampai meminta temannya untuk mengecek berkali-kali ke apartemen Ahreum, hanya untuk mendapat kabar kalau apartemen tersebut kosong. Walaupun sewanya belum diputus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Master's Mind [COMPLETED]
Fanfiction⚠️ 21+ 🔞🌚 Underage jangan baca ⚠️ update 2-3x seminggu. Aku adalah milik mereka semua. Tubuhku sudah bukan lagi milikku. Tapi hatiku hanya untuknya satu. Master, aku rindu. Kembalilah padaku. ••• Isi story ini: - Very graphic/explicit sex scenes i...