Mataku terpaku pada permukaan bumi di bawah telapak kakiku. Tidak berkedip, menelusuri semua lubang dan guratan di permukaan cone block yang menutupi lapangan parkir ini.
Duduk miring di dalam mobil yang diparkir dengan posisi terlindung dari gerombolan fans yang menunggu di kejauhan, kacamata hitam lebar menutupi wajahku. Seokjin ingin agar sesedikit mungkin orang yang mengenali parasku.
Pintu mobil terbuka, karena aku ingin melihat langsung pintu utama bangunan militer yang tampak kuno dan suram di kejauhan.
Perutku terasa panas, bergejolak. Rasa tegang yang belum pernah kurasakan sebelumnya menekan isi perutku naik, bersama dengan rasa pahit yang menyelimuti kerongkongan dan lidahku.
Sebentar lagi pernikahan kami menginjak 2 tahun, tapi kami bersama hanya selama 1 bulan. Aku hanya bisa menemui Seokjin sesekali, itupun lebih terasa seperti menemui seseorang yang berada di penjara dengan segala batasan yang kaku dan pengawasan yang ketat.
Tiba-tiba air mataku mengalir.
Aku tahu Seokjin berubah. Paling tidak secara fisik. Tapi bagaimana dengan kepribadiannya. Apakah ia masih Seokjin yang sama yang aku nikahi? Ataukah ia berubah? Kalau ia berubah, apakah yang berubah? Akankah aku menyukai Seokjin yang baru?
Perasaan takut tiba-tiba menyelimuti lubuk hatiku. Aku mulai terisak.
"Bora, kau tidak apa-apa?" Manajer Kim tiba-tiba muncul di sebelahku.
"Ah, aku hanya tegang." Aku mencoba tertawa kecil untuk menutupinya. Kuseka air mataku dengan tissue, sangat hati-hati. Berusaha tidak menghancurkan makeupku yang sempurna. Aku menghabiskan 4 jam di salon untuk bersiap-siap. Dan aku tidak ingin penampilanku hancur hanya karena 1-2 tetes air mata.
Dengan gugup kusemprotkan parfum ke belakang telingaku, lalu kubalurkan handcream ke tanganku. Aku benar-benar ingin tampil sebaik-baiknya buat Seokjin saat ini.
Aku ingin menghilangkan semua kekhawatiran nya, menggantinya dengan kelegaan bahwa istri yang ditinggalkannya sendirian memiliki kehidupan yang sangat menyenangkan. Walaupun tanpa suaminya disebelahnya.
"Rasanya aneh ya?" Manajer Kim menepuk bahuku.
Aku tersenyum, lalu mengangguk. "Aku bahkan tidak tahu apakah aku bisa tidur dengan dia di tempat tidurku." Aku tertawa. "Aku terlalu terbiasa tidur sendirian."
Manajer Kim membuang muka, memandang ke arah ke pintu yang juga sedang kutatap tanpa lepas sejenakpun. Ia mencebik. "Tidur? Dari pengalamanku, kurasa kalian tidak akan tidur berhari-hari."
Aku tertawa kencang. Air mataku kembali mengalir. "Hahahahaha. Ya, aku kangen dia membuatku tidak tidur."
Manajer Kim tersenyum. "Kau baik-baik saja kan dengan jadwal yang kuberikan tadi?"
Aku membuka ponselku, mengecek chatku dengan manajer Kim. "Ya, tidak apa-apa." Kumatikan ponselku lalu kumasukkan ke jumpsuitku. "Nanti antarkan aku ke studio saja ya Manager Kim."
Ia hanya mengangguk kecil. Lalu kembali menyenderkan tubuhnya ke body mobil.
Cahaya matahari yang terik menusuk mataku, membuatku mengernyit walaupun sudah memakai kacamata hitam. Gara-gara itu, aku kehilangan moment saat pintu itu terbuka.
Beberapa pria dalam seragam tentara berjalan keluar dengan tawa lebar di wajah mereka.
Aku terlonjak, otomatis berdiri keluar dari mobilku. Tapi manajer Kim langsung mendorongku kembali terduduk. Di kejauhan sorak sorai para fans terdengar membahana.
Dan disanalah dia, suamiku, KimSeokjin.
Pandanganku langsung buram oleh air mata. Kulepaskan kacamata hitamku. Itu sungguh dia. Akhirnya. Ia mendekati mobil kami dengan langkah lebar-lebar yang ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Master's Mind [COMPLETED]
Fanfiction⚠️ 21+ 🔞🌚 Underage jangan baca ⚠️ update 2-3x seminggu. Aku adalah milik mereka semua. Tubuhku sudah bukan lagi milikku. Tapi hatiku hanya untuknya satu. Master, aku rindu. Kembalilah padaku. ••• Isi story ini: - Very graphic/explicit sex scenes i...