Hari sudah terang saat kami sampai di Tokyo.
Begitu kamu masuk ke kamar hotelnya, Seokjin langsung menutup semua jendela. "Kita butuh tidur" ucapnya.
Ia membuka jaketnya, pakaiannya dan celana panjangnya. Menyampirkannya ke kursi, lalu naik berbaring di tempat tidur. Selimut ditariknya hingga menutupi dadanya.
Aku melepas celana jeans dan bra ku. Lalu menghempaskan tubuhku ke kasur. Aku lelah sekali. Kasur dan bantal empuk ini, serasa di awan.
Seokjin diam saja, melamun menatap langit-langit.
"Tidak bisa tidur?" Tanyaku perlahan.
Ia menoleh melihatku. "Kau juga?"
Aku mengangguk. "Ini sudah lewat jauh dari jam tidurku." Aku merasa canggung. Ini pertama kali aku tidur disebelah Seokjin setelah sekian lama. "Kau ingat tidak, sebentar lagi seharusnya perayaan 100 hari kita kembali pacaran."
"Benarkah?" Ia terbelalak. Mengambil ponselnya. "Ah, 2 hari lagi, waktu kita sudah harus pulang ke Korea."
"Mudah-mudahan tujuan liburan ini tercapai." Aku memilin-milin rambutku dengan gelisah. "Kalau tidak, kurasa kita akan putus di hari seharusnya kita merayakan."
Seokjin menumpuk bantalnya, lalu duduk bersandar. Sepertinya ia sudah tidak berminat buat mencoba tidur. "Aku selalu berharap, hubungan kita lebih daripada sekedar seks. Tapi, pertengkaran kita belakangan membuatku selalu bertanya-tanya. Apakah benar-benar diantara kita hanya ada seks?"
Ia mengusap wajahnya. "Kurasa kau tidak banyak mengenalku, sama tidak banyaknya dengan aku mengenalmu. Aku tahu semua titik di tubuhmu yang bisa membuatmu orgasme. Tapi aku bahkan tidak tahu nama orang tuamu."
Ia memandangku dengan nanar. "Apa hubungan kita sedangkal itu?"
Aku menatapnya balik. "Ya. Hubungan kita sedangkal itu."
"Apa yang kau suka dariku?"
"Tubuhmu."
"Apa yang kau suka dari J-Hope?"
"Kami banyak ngobrol."
"Jadi kau sebenarnya tidak menikmati seks dengan J-Hope?"
"Dia baik-baik saja. Tapi kau lebih menyenangkan di tempat tidur. Hoseok, lebih menyenangkan diajak ngobrol." Aku termanggu. "Kau sendiri, apa yang kau suka dariku?"
"Kita cocok di tempat tidur."
"Lalu apa yang kau cari dari semua one night stand itu?"
"Variasi. Entahlah. Kadang aku juga bingung. Kau jauh lebih menyenangkan daripada mereka semua. Kebiasaan mungkin?"
"Bagaimana dengan Rosé?"
"Nostalgia." Ia tersenyum.
"Kau lihat sendiri kan." Aku memberanikan diri untuk mengelus dadanya. "Yang kita cari dari satu sama lain adalah seks. Tidak kurang tidak lebih."
Ia menggenggam tanganku. "Apa kau bersedia untuk lebih dari itu?"
"Kita butuh aturan baru. Yang mengatur berapa jam dalam sehari kita ngobrol."
Seokjin tertawa. "Lalu kalau tidak tercapai hukumannya seks lagi?"
Mau tidak mau aku ikut tertawa. "Selalu ya. Apapun yang kita lakukan, ujungnya akan kesana."
Seokjin mengelus pipiku. "Aku berjanji. Sekarang, aku tidak tahu kenapa aku bisa bilang aku mencintaimu. Tapi aku tahu, pasti lebih daripada sekedar tubuhmu. Suatu saat aku akan mengetahuinya, dan kau akan keberitahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Master's Mind [COMPLETED]
Fanfiction⚠️ 21+ 🔞🌚 Underage jangan baca ⚠️ update 2-3x seminggu. Aku adalah milik mereka semua. Tubuhku sudah bukan lagi milikku. Tapi hatiku hanya untuknya satu. Master, aku rindu. Kembalilah padaku. ••• Isi story ini: - Very graphic/explicit sex scenes i...