50. Dope

1.4K 65 45
                                    

"Dia manis ya. Apa dia sungguhan seperti itu di dunia nyata."

Aku menyandarkan kepalaku di bahu Ahreum. Memeluk bantal duduk dan meneguk birku. "Iya, dia semanis itu kok. Kecuali di kasur."

Ahreum menggeleng. "Sulit dibayangkan. Mr. Seokjin Grey*." Ia menenggak birnya dengan rakus.

Hari ini hari ulang tahun Seokjin. Hari ini juga salah satu dari banyak hari Ahreum menginap di apartemen Seokjin bersamaku.

Kami menonton live stream Seokjin di televisi. Dia tampak ceria, bercerita tentang hari-harinya, membaca pesan dari penggemarnya, bermain game online.

Ahreum memainkan rambutku. "Kau sedih tidak sih dengan kondisi seperti ini? Kalian bahkan tidak bisa bersama di hari ulang tahunnya."

"Dari segala omongannya, tidak akan ada yang menyangka dia punya pacar." Ahreum menunjuk-nunjuk ke layar. "Apalagi pacar yang tinggal bersamanya."

Ahreum terus menyerocos. "Pantas saja para fans itu mengamuk kalau idolnya ketahuan berkencan. Ya jelas mereka shock." Ia menunjuk-nunjuk lagi ke TV. "Ini, penipuan publik."

Aku tertawa. "Ini lebih mudah diterima daripada saat kami di kantor dan harus terus berpura-pura seakan kami tidak saling kenal."

"Bagaimana kau bisa menerima hidup seperti ini?" Ahreum mendesah.

"Entahlah. I just, love him, so much." Aku menghembuskan napas panjang. "Waktunya buatku tidak banyak. Tapi saat kami bisa bersama, semua kesepian rasanya menghilang."

"Sudah waktunya cuma sedikit, dia masih suka menghabiskannya dengan perempuan lain." Ahreum cemberut.

Aku tertawa lagi. "Aku juga bebas kok menemui laki-laki lain."

"Aku tidak akan pernah mengerti dimana enaknya gaya hidup seperti kalian."

Aku memeluk Ahreum. "Terima kasih sudah mencoba memahami."

Ahreum mengelus tanganku yang melingkar di bahunya, kembali menatap ke layar TV. "Hhh...seburuk-buruknya hidupmu aku tetap iri kau bisa ngeseks dengan cowok seganteng itu kapanpun kau mau."

"And his big dick..." Aku menyahut tanpa melepaskan melepaskan mataku dari layar TV.

"Jjiiahhh!!! Pamer!!!" Ahreum tertawa keras sambil menerjangku. Kami berdua terjatuh di lantai sambil tertawa-tawa.

Aku terbaring di lantai menyeka air mataku. Senyumku menghilang.

"Bora?" Ahreum menyingkirkan rambut yg menutupi wajahku.

"Sebenarnya, ini berat. Akupun kadang ragu." Air mata mulai menitik lagi. "Dia bilang dia mengharapkan pernikahan, pensiun. Tapi disaat bersamaan dia selalu mengungkit untuk mencari pria lain yang punya waktu lebih banyak buatku..."

"Aku...bingung..." Aku mulai menangis.

Ahreum berbaring di sebelahku, memelukku.

"Bora..." Ia memeluk kepalaku yang terbenam di bahunya. "Kurasa kau harus lebih percaya padanya. Dia mempertaruhkannya segalanya buat bersamamu."

"Tidakkah kau bisa melihat apa yang ada dibalik kata-katanya?" Kami berdua duduk. Ahreum mengelus punggungku menenangkan. "Dia ingin kau bahagia. Dia pikir, kau akan lebih bahagia dengan orang lain yang tidak sesibuk dia. Mungkin, setiap malam dia berdoa, bersyukur kau masih bersamanya."

"Kau pikir begitu?"

Ahreum menatapku, mengangguk.

Aku tersenyum kepada Ahreum. Berbisik "Terima kasih."

Ahreum menyodorkan kaleng bir kepadaku. Ia meminum birnya sendiri.

"Kau tahu, kantorku akan membuka cabang di negara lain." Ahreum menyuap beberapa potong teokpokki sekaligus ke mulutnya seraya merubah topik pembicaraan. "Staff yang bisa berbahasa Inggris akan diprioritaskan untuk dipindahkan."

Master's Mind [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang