Aku menekan bel pintu. Hanya sekali. Seokjin langsung membukakan pintu.
"Hai!" Ia tersenyum lebar menyapaku.
Aku hanya tersenyum sekilas. "Boleh aku masuk?"
Seokjin mundur dari ambang pintu. Aku langsung masuk ke dalam apartemennya, lalu mengganti sepatuku dengan slipper. Kuletakkan tasku di lantai di dekat pintu.
"Kau bisa datang langsung sebenarnya, tidak perlu menunggu aku ada disini." Seokjin berkata pelan. "Kau kan tahu pass pintunya."
"Aku mau mengambil barang-barangku. Kalau aku datang saat kau nggak ada, aku merasa seperti maling."
"Apa kau benar-benar hanya akan mengambil barang-barangmu?"
"Memang ada apa lagi?"
"Mmm, mungkin kau mau dinner disini?" Seokjin bertanya ragu.
Aku tersenyum tipis. "Maaf. Aku sudah janji mau makan malam dengan roommate ku."
"Oh..." Ada kekecewaan yang sangat ketara dalam suaranya.
Aku berjalan masuk ke apartemennya. Ketika aku akan memasuki ruang tengah aku ternganga.
"Jin...apa ini?" Aku terbelalak.
Ruang tengah apartemen Seokjin temaram. Semua jendela ditutup. Semua lampu dimatikan. Hanya kelipan lampu-lampu mungil yang bergantungan di dinding dan langit-langit yang menerangi ruangan itu.
Berbagai jenis bunga, dalam berbagai bentuk rangkaian, memenuhi ruangan. Bahkan toko bunga pun akan merasa iri melihat ruangan ini sekarang. Aku menghirup udara dalam-dalam. Bau harum yang segar tercium sangat jelas memenuhi dadaku.
Balon-balon tersebar di sudut-sudut ruangan, beberapa ditata di lantai.
"A...apa ini Jin?" Aku menatapnya terkejut, mengulang pertanyaanku dengan tergagap.
Seokjin berlari tergopoh ke meja makan. Menarik kursinya. Baru kuperhatikan, meja makan penuh dengan full course dinner. Lobster, salad. Sebotol wine di tengah meja dan kue tart dengan lilin yang belum dinyalakan.
"Pesta ulang tahun buatmu... dariku." Tampak jelas ketegangan di tingkahnya. "Semuanya aku yang masak. Ng...tapi cake nya beli. Aku tidak bisa membuat cake."
Ia menungguku untuk duduk di kursinya. Matanya penuh pengharapan. Aku mulai merasa iba.
"Jin, kau tidak perlu melakukan ini."
Senyum di wajah Seokjin menghilang. Ia mengigit bibirnya. Bahunya lunglai.
"Aku...ini...aku sangat berterima kasih buat ini." Dadaku seakan mau pecah tiap kali aku memandang wajahnya. Siapa sangka perpisahan akan seberat ini.
Seokjin tidak pernah melakukan hal seperti ini selama kami bersama. Bayangkan betapa membahagian saat ini apabila kami masih bersama. "Tapi, maaf, aku sudah ada janji makan malam dengan roommate ku."
Seokjin tidak berkata apa-apa. Ia hanya mengembalikan kursi yang dipegangnya ke tempatnya semula. Menunduk menatap lantai.
Aku pun membalikkan badanku, berjalan menuju kamar tidurnya. Aku menginap disini hanya selama 2 minggu. Barangku hanya beberapa botol skincare dan makeup, peralatan mandi dan beberapa lembar pakaian.
Bahkan kotak arsip kecil yang kubawa ini saja bisa menampung semua barangku.
Setelah semua barangku terkumpul, aku langsung bergegas untuk pulang. Aku tidak mau membuat Ahreum menunggu lama.
Saat melewati ruang makan, aku tercekat.
Lampu-lampu di ruang makan sudah dinyalakan. Seokjin duduk sendirian di meja makan dengan wajah murung. Ia mengaduk-aduk makanan di piringnya menggunakan garpu, tapi sangat jelas pikirannya ada di tempat lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Master's Mind [COMPLETED]
Fiksi Penggemar⚠️ 21+ 🔞🌚 Underage jangan baca ⚠️ update 2-3x seminggu. Aku adalah milik mereka semua. Tubuhku sudah bukan lagi milikku. Tapi hatiku hanya untuknya satu. Master, aku rindu. Kembalilah padaku. ••• Isi story ini: - Very graphic/explicit sex scenes i...