68. Begin

1.1K 55 37
                                    

Hampir tengah malam ketika akhirnya Seokjin pulang ke kabin tempatnya menginap.

Semua lampu masih menyala, tapi kesunyianlah yang menyambutnya saat ia membuka pintu.

Dadanya serasa terimpit. Kalau ia bisa memilih, ia tidak ingin meninggalkan Bora sendirian dalam kondisi seperti sekarang. Tapi ia tidak punya pilihan. Masa depan grup tergantung pada keputusan yang akan ia buat.

Meeting yang awalnya hanya bersama para member, berlanjut menjadi diskusi dengan Bang PD, lalu konsultasi dengan psikiaternya.

Seokjin berjalan cepat-cepat, langsung menuju kamar tidur. Ia sangat lelah, fisik dan mental. Tapi apa yang dilihatnya saat membuka pintu, membuatnya berdiri termanggu.

Bora tertidur lelap. Tangannya memegang erat ponsel yang masih menyala, menayangkan video kompilasi Seokjin di YouTube.

Pelan-pelan, Seokjin duduk di sebelahnya. Mematikan video itu, lalu melepaskan ponsel dari tangan Bora.

Selembut mungkin, Seokjin menyingkirkan rambut yang menempel di wajah Bora. Matanya bengkak. Ia pasti menangis sendirian selama ditinggal pergi.

Ditatapnya wajah Bora lekat. Tidak mampu menghentikan dirinya sendiri, dikecupnya bibir yang merekah itu.

Ugh! Ia langsung mundur dengan terkejut. Bau tengik ini. Rasa manis menyengat di bibir ini. Bora merokok?

Ia tidak bermasalah dengan rokok, ia mengencani banyak perempuan perokok. Tapi, dulu Bora sangat tidak suka rokok. Kalau sekarang ia menjadi perokok...

Seokjin menggigit bibirnya frustasi. Sebegitu beratnyakah beban pikiranmu sampai kau harus merokok agar bisa merasa tenang?

Sesenyap mungkin, ia menanggalkan pakaiannya, meninggalkan boxer hitam yang membalut pinggulnya ketat. Lalu menyelinap ke bawah selimut.

Bora menggeliat, mengubah posisi tidurnya. Wajah mereka kini berhadapan.

Memandang wajah yang menghantui mimpinya selama ini, Seokjin tenggelam dalam lamunannya sendiri.

Bora, jelas bukan gadis tercantik yang pernah ia lihat. Seokjin menyukainya karena tinggi badannya dan lehernya yang jenjang. Wajah bulat telurnya yang klasik, bibirnya yang tipis dan matanya yang sayu.

Member yang lain, menganggap Bora sekedar teman one night stand. Boneka yang bisa diganti setelah terasa tidak menyenangkan buat dimainkan. Seperti Rosé dan Gayoung.

Tapi, Seokjin selalu menginginkan Bora untuknya sendiri.

Walaupun awalnya ia berpikir hubungan mereka hanya akan bertahan beberapa bulan. Sampai ia terlalu sibuk, atau gadis itu menjadi terlalu materialistis.

Ia tidak yakin, sejak kapan ia menjadi selalu bersedia untuk meluangkan waktu buat gadis ini, yang juga tidak pernah silau dengan kekayaannya.

Seokjin terkesima pada kemampuan Bora untuk mengimbanginya di tempat tidur. Seks mereka lebih dari sekedar memuaskan. Bergelora dan meledak-ledak.

Tapi bukan seks yang membuatnya tinggal.

Tangan Seokjin bergerak perlahan. Mata ini. Mata ini yang membuatnya jatuh cinta setengah mati.

Tatapan lembut Bora selalu membuatnya rindu. Sorot matanya penuh kasih sayang, membuatnya merasa tenang hanya dengan memandangnya.

Bora selalu menjaganya, fisik dan mental. Kadang dengan mengorbankan dirinya sendiri.

Seokjin rela mati agar gadis ini bisa terus tersenyum. Tapi, justru ia sendiri yang membuat senyum itu memudar. Digantikan tubuh yang gemetar dan aliran air mata.

Master's Mind [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang