35. Dead Leaves

2.4K 78 66
                                    

Namjoon menarik rambutku. Dengan kekuatannya ia antara mendorong dan menyeretku, membuatku terduduk di lantai bersandar ke dinding. Aku menatapnya dengan tatapan penuh horor. Ia menggigit bibirnya, mendesis "Makan ini."

Namjoon mendorong kejantanannya masuk ke dalam mulutku. Satu tangannya menggenggam rambutku erat. Aku tidak bisa menggerakkan kepalaku.

Namjoon bergerak maju, mundur. Seakan-akan mulutku adalah sebuah lubang di dinding yang sedang disetubuhinya.

Sesekali ia menghunjamkan kejantanannya masuk dalam. Menutup jalan napasku. Aku akan meronta-ronta. Setelah berapa lama ia akan mengeluarkannya lalu memandangiku yang terbatuk-batuk dengan mata liar.

Namjoon sangat agresif. Jauh lebih liar daripada Seokjin. Ia membenamkan dirinya sekali lagi, begitu dalam. Kejantanannya memenuhi mulutku. Aku mulai kehabisan napas. Pandanganku mulai menghitam.

Tiba-aku aku bisa bernapas. Tersengal-sengal, kutarik udara dalam-dalam. Air liurku mengalir deras ke leher dan dadaku. Tanganku menahan tubuhku agar aku tidak terjatuh ke lantai.

Namjoon mengangkat daguku. Menyingkirkan rambut dari wajahku. "Suka."

Aku menggeleng.

Namjoon merengut. "Kau mau lanjut?"

"Lanjut saja." Aku mengelap mulutku dengan punggung tangan. "Tapi kalau kau bisa sedikit lebih pelan, akan terasa lebih enak."

Namjoon hanya tertawa sebagai jawabannya. Ia mulai membuka pakaiannya.

"Berdiri" Namjoon memerintahkan. Kedua tangannya menarik tubuhku hingga berdiri bersandar di dinding. "Tahan berdiri seperti ini." Ucapnya lagi.

Ia justru berlutut. Mengangkat satu kakiku dan meletakkannya di bahunya. Menggunakan ibu jarinya, ia membuka kewanitaan ku lebar-lebar. Lalu membenamkan bibirnya kesana.

"Ahh...ahhh"

Kewanitanku seakan dikoyak-koyak oleh kenikmatan. Lidah yang kasar memasuki tubuhku, menggeliat-geliat. Mengingatkanku pada lukisan Jepang klasik seorang istri nelayan yang bermimpi melakukan seks dengan cumi-cumi raksasa. Apakah rasa tentakel cumi-cumi itu senikmat lidah Namjoon? Aku bertanya-tanya.

Kadang Namjoon menghisap, kadang menggigit. Kadang ia menggeleng-gelengkan kepalanya begitu liar seperti anjing yang sedang mengoyak daging mangsanya.

Aku tak bisa berpikir. Aku tak bisa merasakan apapun kecuali mulut Namjoon di selangkanganku.

Tapi kurasa ini belum cukup buat Namjoon. Ia mulai memasukkan jari-jarinya ke tubuhku. Menggerak-gerakkannya ke berbagai arah di dalam tubuhku. Sementar lidahnya terus menjilati.

Kakiku terasa lemas. Tubuhku merosot ke lantai. Tapi tidak sedetikpun jari dan mulut Namjoon lepas dari tubuhku. Kemana tubuhku bergerak, dengan luwes ia mengikuti.

Aku bahkan sudah sanggup lagi mengerang. Yang keluar dari mulutnya hanya suara berat tarikan dan hembusan napas. Seakan-akan aku sedang lari marathon.

Akhirnya puncak itu tiba. Memecah. Tanganku menggapai-gapai, mencari sesuatu yang dapat kupegang. Satu tanganku menyambar rambut namjoom. Menariknya keras. Menariknya semakin dalam masuk ke dalam tubuhku.

Tangan satuku menyambar apapun yang terdekat denganku. Kaki Seokjin. Di sanalah aku, terkapar di lantai kamar hotel, memeluk sebelah kaki Seokjin. Menggeliat-geliat seiring dengan setiap letusan yang meledak dalam diriku.

"RM...jangan berhenti...RM...RM...terus..." rintihku.

Akhirnya aku terdiam. Mataku masih terpejam. Dadaku naik-turun mengatur nafasku.

Master's Mind [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang