63. Crack

1.1K 63 79
                                    

"Bora?" Suara Seokjin terdengar terbata-bata. "Ini, benar kau?"

"Seokjin..." Aku meringkuk, memeluk diriku sendiri. Suasana dalam kamar langsung hening. Tidak ada lagi suara canda Jimin dan Taehyung. Bahkan semuanya mematung, tidak tahu harus melakukan apa.

Ini jelas jauh dari rencanaku. Aku sudah membayangkan pertemuan pertama dimana kami berdua saja. Ditempat yang private, dimana kami bisa membicarakan apapun yang kami simpan selama ini, melepaskan semua kerinduan yang mungkin masih tersisa di hati kami.

Bertemu dengan Seokjin, setelah dua tahun, dengan tubuh yang hanya tertutupi selembar selimut tipis, di tempat tidur dalam pelukan pria lain, jelas bukan kenyataan yang bisa dengan mudah kuterima.

"J..Jin hyung...a...aku..." Hoseok pucat pasi. Perlahan menjauh dari diriku. Tapi ia pun terjebak, tidak bisa kemana-mana.

"Bora? Kau kembali?" Seokjin seakan tidak mempedulikan semua yang ada di ruangan itu. Ia langsung duduk di hadapanku, mengelus wajahku. Matanya membelalak penuh kerinduan.

"I...iya, ini aku." Dengan gelisah kutarik selimut semakin menutupi tubuhku. Aku menunduk membenamkan wajahku diantara lututku, membiarkan rambut menutupi wajahku dan apapun yang masih terbuka.

"Seokjin, kita tidak seharusnya bertemu sekarang. Aku...rencanaku, tidak begini." Bahuku berguncang keras karena tangisan. Air mata mengalir deras di wajahku. Malu, marah, rindu, semua bertumpuk dalam dadaku.

Jimin dan Taehyung perlahan-lahan menarik diri. Dalam diam mereka berjalan cepat-cepat keluar dari kamar. Taehyung menarik tangan Jungkook keras, mengajaknya keluar kamar. Sama sekali tidak memperhatikan senyum nakal dan kepuasan yang terukir di wajah Jungkook.

Terdengar pintu tertutup keras. Disusul suara gagang pintu digoyangkan. Sepertinya Jimin atau Taehyung berusaha memastikan kalau pintu kamar Hoseok sudah benar-benar terkunci.

Hoseok beringsut dari kasur, meraih boxernya dari lantai, lalu cepat-cepat memakainya. Ia mengambil sebotol sake dari kulkas mini, membukanya, lalu melemparkan dirinya ke sofa. Dengan gusar ia meminum sakenya langsung dari botol, lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Tangisanku makin keras. Aku tidak bisa mengontrolnya. Seluruh tubuhku berguncang seirama dengan isakan dan ratapanku.

Tiba-tiba, kurasakan tangan yang hangat memelukku lembut. Melingkari bahuku, memeluk kepalaku. Tangan itu menarikku, menyandarkanku di bahu yang lebar.

"Ssshhh...berhenti menangis. Nanti makeupmu berantakan. Kau kan benci terlihat dengan makeup yang tidak rapi." Terdengar Seokjin berbisik.

Terasa jari-jari itu menelisik rambutku. Bau tubuhnya yang masih kuingat terhirup dalam setiap tarikan napasku. Halus kulitnya yang dulu kusentuh hampir setiap hari terasa membakar kulitku dalam setiap sentuhannya.

Aku memberanikan diri. Perlahan, kedua tanganku yang gemetar memeluk punggungnya. "Maafkan aku, kau harus melihatku seperti ini." Suaraku terdengar sengau.

Seokjin hanya menunduk. Bibirnya menyentuh bahuku. Kurasakan kecupan samar disana, dan pelukannya yang mengencang.

Harus kuakui, ada sesuatu tentang Seokjin. Ia selalu bisa membuatku tenang. Hangat tubuhnya, sentuhannya, suaranya. Kukira, dua tahun akan merubah hal itu. Ternyata segalanya tetap sama.

Sedu sedanku berkurang. Aku memberanikan diri untuk mengangkat wajahku. Menatap ke matanya.

Mata itu menatapku balik. Tidak ada kemarahan disana. Sangat berbeda dengan pesannya yang dia kirim di malam tahun baru, saat ia memaki-makiku dan menuduhku hendak memerasnya.

Master's Mind [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang