Malam masihlah baru, tapi diluar jendela langit sudah gelap gulita, kecuali beberapa spot yang tersorot lampu. Suara serangga malam mulai terdengar berbunyi bersahutan.
Kami baru selesai menonton film di tempat tidur. Bersama Seokjin, lebih menyenangkan menonton film di rumah daripada di bioskop. Ia tidak pernah bisa menutup mulutnya sepanjang film berlangsung, membahas semua aspek yang ada di film tersebut.
Aku tersenyum. Setelah kekesalanku di PC bang, ternyata makan malam kami sangat menyenangkan.
"Kau! Aku ingat kau! Hm...sebentar...Bora kan? Kemana saja kau? Apa kabar?" Minho kawan Seokjin memborbardirku dengan pertanyaan saat kami sampai ke restorannya.
"Kami baru berbaikan setelah putus. Ini kencan pertama kami. Kencan pertama yang ketiga kali." Seokjin menyahut acuh.
"Hi, Minho." Aku tersenyum lebar. "Terima kasih kau masih ingat padaku."
"Kau bodoh, buat apa kembali pada orang ini? Kau tahu apa yang dia lakukan disini tiap minggu selama tidak bersamamu?" Minho membuat wajah yang jenaka. "Fuh! Apa resepmu sampai kau tidak ketularan penyakit kelamin, heh?"
"Safe sex, man. Always!" Seokjin terkekeh sambil membuka-buka menu. "Dan jaga mulutmu, bro. Kau tidak akan mau kehilangan pelanggan paling berhargamu ini."
"Jadi kau masih membawa kencanmu kesini?" Aku bertanya manja. Minho ini lucu, aku ingin sedikit memberinya pelajaran.
"Yep. Kau keberatan?" Seokjin merengkuh pinggangku kencang.
Aku mengangkat bahu. "Diatas memang nyaman buat begituan." Lalu terkikik pelan.
Mulut Minho terbuka lebar. "Jadi dia tahu???" Minho terbelalak menunjukku. "Seokjin, kau menyelamatkan Korea ya di kehidupanmu dulu?"
Seokjin melirikku, lalu memutuskan mengikuti permainanku. "Korea? Aku menyelamatkan dunia." Lalu ia menciumku dengan sangat mesra.
Minho memalingkan wajahnya yang merah membara. "Damn, man. Kalian butuh kamar, bukan ayam goreng."
Pria itu mencebik. "Rooftop masih ada 1 konsumen, mereka sudah akan selesai. Nanti rooftop akan kututup. Anggap kamarmu sendiri."
Seokjin tertawa kencang. Menarik tanganku ke arah tangga. Ia berbisik di telingaku. "Ini kencan pertama kita. Jadi sebaiknya kau beri aku blow job yang hebat. Seperti dulu."
Aku menepis tangannya. "Tidak. Aku lapar. Dan lelah. Ayo makan, lalu pulang."
Seokjin terdiam, raut wajahnya kecewa. Aku sadar, aku hampir tidak pernah menolaknya mentah-mentah seperti itu.
Aku berjalan cepat mendahuluinya. Senyum puas tersungging di wajahku.
- - -
"Ceritakan padaku tentang ini." Seokjin mengelus tato yang ada di tanganku.
Aku tersenyum. "Tato ini, buat menutupi bekas luka sobek karena pecahan piring di hari kita terakhir bertemu."
Seokjin mengelusnya, wajahnya tanpa ekspresi. "Lukanya tidak besar. Tapi aku pindah waktu belum benar-benar sembuh. Di Indonesia tidak ada ointment yang bagus. Jadi bekasnya lumayan kelihatan."
"Maafkan aku." Seokjin melipat bibirnya sedih.
"Tidak perlu. Ini kecelakaan."
"Tapi tidak akan terjadi kalau... kalau... aku tidak melakukan itu padamu."
"Aku yang salah. Aku berbohong padamu, dan melanggar perjanjian kita."
"FUCK, BORA!!!" Seokjin tiba-tiba meledak. "Kenapa kau selalu seperti ini? Apa yang kulakukan itu tidak termaafkan. Kenapa kau selalu... ARGH!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Master's Mind [COMPLETED]
Fanfiction⚠️ 21+ 🔞🌚 Underage jangan baca ⚠️ update 2-3x seminggu. Aku adalah milik mereka semua. Tubuhku sudah bukan lagi milikku. Tapi hatiku hanya untuknya satu. Master, aku rindu. Kembalilah padaku. ••• Isi story ini: - Very graphic/explicit sex scenes i...