"Hey hey, stop. Kamu mau sampai kapan ngoceh mulu?" tanya ku.
"Abang gitu amat sih!" protes Yura yang tak terima dengan ucapan ku.
"Apa sih yang salah? Kamu emang ngoceh mulu dari tadi, cerewet!" ucap ku yang membuat mata Yura melotot.
"Males lah ngomong sama Abang," ucap Yura.
"Gitu aja ngambek, enggak kok Kamu gak cerewet. Udah ya, jangan ngambek," ucap ku.
"Hmm.. iya, Abang," ucap Yura.
"Yaudah kalau gitu, aku ke kamar Daddy dulu ya," ujar ku.
"Eh abang, aku bisa minta tolong gak?" ucap Yura menahan ku pergi.
"Apa?" tanya ku.
"Eh gak jadi deh, Bang, ntar kamu malu," ucap Yura yang membuatku bingung.
Wajah Yura terlihat pucat, 'Apa dia sakit?' batin ku.
"Ra, ada apa? Bicaralah!" ujar ku.
"Hmm.. Gapapa kok, Bang," ucap Yura duduk di kasur dengan wajah tampak meringis kesakitan yang ia tahan.
"Yaudah deh, aku gak jadi ke kamar Daddy," ucap ku yang tak tega meninggalkan Yura.
"Kenapa, Bang?" tanya Yura.
"Kamu sakit? Jujur deh, Ra," ucap ku.
"Perut ku sakit, Bang," ujar Yura.
"Kenapa? Telat makan?" tanya ku.
"Bukan, Bang. Tapi... t-tapi aku datang bulan, Bang," jawab Yura.
"Obat nya apa? Biar aku belikan langsung," ucap ku khawatir.
"Aku minta tolong abang belikan obat penghilang nyeri datang bulan dong, Bang, soalnya stok obatnya habis," ucap Yura.
"Yaudah... Aku keluar dulu, ya," ucap ku langsung menyambar kunci motor dan keluar kamar untuk membeli obat.
"Abang!" Lagi dan lagi Yura menahan ku pergi.
Aku menoleh seraya bertanya, "Kenapa, Ra?"
"Jangan lupa pakai jaket," ucap Yura yang langsung mengambil jaket ku dan memakaikannya.
Sesampainya di ruang tamu, aku bertemu dengan Mama dan juga Mommy.
"Kamu mau kemana, Bang? Kok buru-buru?" tanya Mama.
"Eh, ini.. anu.. eh, hmm.. Yu-Yura datang bulan nih, Ma. Yura perutnya nyeri gitu," jawab ku.
"Mom, Ma, Arsen pamit dulu," ucap ku berlalu menuju garasi untuk mengambil motor.
"Astagfirullah, gimana coba aku cari obat nya? 'Kan aku gak tau nama obatnya," ucap ku saat sampai di garasi.
"Balik lagi dah nanyain ke Mommy atau Mama," lanjut ucapan ku berlari pergi kembali ke ruang tamu.
"Mom, Ma, Arsen mau tanya nih, nama obat yang biasa Yura minum apa, ya?" tanya ku.
"Oowh namanya asam mefenamat," ucap Mommy.
"Sekalian Yura belikan pembalut, ya, Bang," ujar Mama.
"Malu lah Abang, Ma," protes ku.
"Masa demi istrinya gak mau belikan?" sindir Mama.
"Yauda deh, apa nama pembalut Yura?" tanya ku.
"Namanya Lau***r warna pink bungkusnya" ujar Mama.
"Oke Mom, Ma, Arsen pamit dulu. Assalamu'alaikum," ucap ku berlalu pergi meninggalkan rumah mertua ku.
21.47 WIB
Aku sampai kembali di rumah mertua ku langsung menuju kamar tampak Yura sedang tertidur di sofa kamar dengan posisi tangan di atas perutnya.
"Ra, ini obat nya," ucap ku membangunkan Yura
"Ra, bangun gih!"
"Eh, abang udah pulang. Makasih, Bang," ucapnya mengambil alih obat serta pembalut dari tangan ku.
"Abang kok bawain pembalut juga? 'Kan aku masih ada stoknya," ujar Yura
"Sekalian aja aku belikan, biar pas kehabisan kamu gak bingung," ucap ku langsung berlalu pergi menuju dapur untuk mengambilkan minum untuk Yura.
"Eh, Abang, mau kemana?" tanya Yura pada ku.
"Mau ambil minum untuk kamu" jawab ku.
"Tapi, Bang, boleh gak aku ikut?" tanya Yura.
"Gak usahlah. Kamu di sini aja, jelas masih sakit gitu," jawab ku.
"Gapapa kok, Bang," ucap Yura berjalan ke arah ku.
Aku tak tega melihat Yura meringis kesakitan menahan nyeri haid, aku pun menggandeng nya.
"Kamu yakin gapapa?" tanya ku.
"Gapapa kok."
"Mau aku gendong?" tanya ku kembali.
Tampak Yura terdiam dan raut wajahnya sedikit bingung akan ucapan ku barusan.
"Hey, Kuat gak? Di tanya kok bengong," ucap ku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan [TERBIT]
Teen FictionJudul sebelumnya : Siapa Lelaki Itu? ____________________ First Impression yang buruk saat Yura bertemu dengan sosok laki-laki sahabat lamanya yang sejak lama tidak berjumpa, bahkan mereka berdua sudah saling melupakan satu sama lainnya. Siapa sangk...