Part 9

2K 83 0
                                    

"DadMom," panggil Yura lirih karena takut Aziel terbangun.

Yura langsung duduk di bangku kosong samping Arsen.

"Kenapa nangis?" tanya Mommy karena melihat mata Yura yang berkaca-kaca.

"Yura terharu aja udah sebulan gak ketemu Daddy dan Mommy. Yura kangen," ucap Yura.

"Sini, mama gendong Azielnya. Biar kamu gak kerepotan," ucap tante Siska.

"Gapapa kok, Tante. Yura gak merasa kerepotan," ucap Yura sambil tersenyum.

"Eh, tunggu deh. Yura masih bingung, kenapa ya kita kumpul di sini?" tanya Yura.

"Emm ... Mommy dan Daddy mau menjodohkan kamu dengan Arsen," ucap Mommy.

"A--apa, Mom? Yura belum tamat sekolah, Mom!" protes Yura.

"Kok gak protes sih?" ucap Yura menoleh seraya menyenggol lengan Arsen. Namun, Arsen tetap diam saja tak merespon.

"Ayolah, Nak. Turuti kemauan Mom kali ini aja," bujuk Mommy.

"Ntar kalau ketauan guru bisa di keluarkan, Mom. Yura gak mau kalau sampai putus sekolah!" Yura masih kekeh untuk protes pada orang tuanya.

"Eh, bentar deh, Mom. Tante Siska, ini Azielnya. Yura mau ngobrol bentar dengan bang Arsen," ucap Yura yang langsung pergi menarik Arsen keluar dari Cafe.

"Apa-apaan ini? Kenapa kamu gak protes? Apa karena kamu udah kelas 12 dan bentar lagi tamat. Iya?" tanya Yura bertubi-tubi pada Arsen.

"Gak!" hanya satu kata yang diucapkan oleh Arsen.

"Aku masih belum bisa untuk menerima ini. Maaf Arsen, aku harus pergi!" ucap Yura langsung meninggalkan cafe begitu saja.

"Eh, Yura!" Arsen menahan tangan Yura agar tidak pergi meninggalkan cafe tanpa kejelasan apapun.

"Rencana perjodohan ini aku juga baru tau, jangan pergi! Jangan buat orang tua kecewa, kalaupun kita benar menikah secepat ini, aku gak akan bilang ke guru-guru ataupun teman-teman lainnya," tutur Arsen.

"Jadi?" tanya Yura dengan malas.

"Kakak Yula!" teriak Aziel sambil berlari menghampiri Yura.

"Kamu kok udah bangun?" ucap Yura seraya menghapus air mata yang sempat menetes di pipinya.

"Kakak Yula pelgi teyus, aku bangun," ucap cedal Aziel.

"Ayo kita masuk!" ucap Yura sambil menggendong Aziel, dan Arsen pun mengikuti Yura dari belakang.

"Nak, jadi gimana? Kalau kamu gak setuju juga gak jadi masalah kok," ucap tante Siska tidak enak hati pada Yura.

"Kamu nolak perjodohan ini, Yura?" tanya Mommy.

"Kak Yula, peljodohan itu apa?" tanya polos Aziel yang membuat semua menoleh pada anak kecil itu.

"Bukan apa-apa kok, Ziel," ucap lembut Yura seraya tersenyum kecil. 

"Yura nerima, Mom," lirih Yura.

"Tapi, Yura mau pernikahan ini tertutup. Maksud Yura jangan di buat besar-besaran," lanjut ucapan Yura, membuat Arsen langsung menoleh.

"Kamu serius dengan ucapan kamu tadi?" tanya Arsen berbisik pada Yura.

"Iya," ucap Yura.

○O○

Sesampainya di rumah mama Siska, Yura langsung membereskan barang-barangnya untuk kembali ke rumah Mommy dan Daddy.

Aziel menarik tangan Arsen untuk pergi ke kamar Yura

"Kakak Yula, kok pelgi?" tanya Aziel sambil nangis.

"Kakak nanti bakalan main ke sini kok, tenang aja," tutur Yura lembut pada Aziel.

"Abang, bujukin kakak Yula, Bang!" rengek Aziel pada abangnya.

"Yura, Kenapa harus hari ini juga?" ucap Arsen yang tak dihiraukan oleh Yura.

"Yura, aku ngomong!" lanjut ucapan Arsen karena tak mendapatkan respon dari Yura.

"Apa sih? Aku cuma ke rumah Mommy doang, gak jauh juga 'kan," cetus Yura.

"Kakak Yura ntar bakal main ke sini kok buat jumpa dengan Aziel, Oke?" lanjut ucapan Yura menghadap pada Aziel.

"Tapi Ziel mau kakak Yula di cini aja!" rengek Aziel.

"Sini, aku bantu!" ucap Arsen saat melihat Yura akan mengangkat kopernya. Arsen, Yura, serta Aziel langsung menuju ruang tamu.

"Kenapa Aziel nangis, Nak?" tanya Mama.

"Dia gak mau Yura pergi, Ma," jawab Arsen.

"Sini, Nak. Duduk sini," ucap Mommy sambil menarik tangan Yura dan Arsen, serta memberikan 1 kotak yang belum tau ada isi apa di dalam kotak itu.

"Ini apa, Mom?" tanya Yura bingung menatap kotak yang Mommy berikan.

Dijodohkan [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang