Part 78

838 32 0
                                    

"Yura, stop!" teriakan seseorang membuat tangannya berhenti seketika. Tamparan yang harusnya terjadi, kini tertunda.

Yura menoleh ke sumber suara, ia tidak menyangka jika Arsen menghentikan penamparan yang hampir saja terlaksana.

Arsen mendekat, ia mendapat sorotan mata membunuh dari Yura. Dan ia tau kalau ia akan menerima kultum malam nanti.

"Sayang, dia mau nampar aku. Dia jahat banget!" rengek Mira pada Arsen. Namun, Arsen pandangannya hanya tertuju pada Yura. Ia sama sekali tidak menghiraukan Mira.

"Sayang, ayo masuk," ajak Arsen menarik tangan Yura.

Yura seakan dihipnotis, ia luluh. Yura ikut masuk bersama dengan Arsen. Sementara Mira dibiarkan melongo menatap kepergian Arsen dan Yura. Mira berdecak kesal dan berlalu pergi meninggalkan warung itu.

"Lepasin!" ucap ketus Yura masih menatap Arsen dengan tajam. Rupanya obat hipnotis itu telah luntur, Yura kembali pada pendiriannya. Ia sangat kesal karena Arsen membuat dirinya menahan emosi pada wanita itu.

○O○


"Ra, kamu lagi ngapain?" tanya Arsen melihat Yura yang sedang baca buku. Yang benar saja, kenapa Arsen bertanya tapi ia sudah tau jawabannya.

"Ra, Abang nanya kenapa dicuekin? Kamu lagi ngapain, Ra?" tanya Arsen kembali.

"Renang!" ucap Yura sewot. Yura menutup bukunya, ia berbaring membelakangi Arsen. Ia sangat sangat sangat kesal pada Arsen. Ntahlah, yang ia inginkan saat ini adalah tidur.

"Ra, kamu gak mau ngobrol dulu?" tanya Arsen. Lagi dan lagi. Terus menerus Arsen berusaha membujuk Yura. Ia tidak ingin membuat Yura semakin kesal padanya, karena Arsen tidak mau kalau Yura cuek pada dirinya.

"Ra, segitunya kamu marah sama Abang?" tanya Arsen kembali, ntah keberapa kalinya pertanyaan ini. Sampai Arsen bingung pertanyaan apa lagi yang mau ditanyakan.

Yura duduk bersender pada kepala kasur, ia menatap lurus rasanya tak ingin ia menatap Arsen.

"Ra," panggil Arsen.

"Udah, Bang. Cukup! Gak capek kamu sedari tadi tanya-tanya terus, ngomong-ngomong terus? Kenapa sih, Bang? Kenapa? Kamu kalau aku bersama Mira selalu aja ngikutin, kenapa sih? Kamu gak bisa biarkan aku bicara sebentar sama dia? Atau kamu gak mau melihat Mira tertekan kalau bicara sama aku? Malah aku merasa aku yang tertekan ngomong sama dia, Bang. Karena dia selalu saja menjelek-jelek kan aku seakan-akan dia yang paling baik untuk kamu. Aku gak habis pikir deh, Bang. Kenapa sih? Hampir saja aku melayangkan tamparan aku, hampir saja aku meluapkan emosi aku, tapi apa? Kamu menghalanginya. Kamu gak tega lihat dia terluka karena aku tampar? Kamu lebih sayang sama Mira 'kan? Dan untuk aku, pasti kamu merasa keberatan karena perjodohan ini 'kan? Huh, perjodohan yang sangat bodoh untuk dijalankan. Apa ini? Hanya pernikahan diatas kertas. Sayang? Bahkan rasa sayang kamu lebih besar kepada Mira dibandingkan pada aku. Oke, didepan orang tua, aku akan baik-baik saja. Tapi untuk saat ini, maaf aku gak bisa untuk bersama kamu, maaf aku emang terlalu buruk buat kamu. Aku emang gak bisa membuat kamu menjadi suami yang merasa dicintai serta disayangi oleh istri yang kamu impikan. Jujur saja, pasti kamu tertekan dengan perjodohan ini. Aku yakin itu," panjang, sangat panjang yang Yura ucapkan. Apa ini? Apakah ini kultum untuk malam ini yang mesti Arsen cerna dengan baik?

'Apa ini? Yura merasa aku tertekan? Huh, bahkan aku merasa bahagia memiliki dia. Atau justru dia yang merasa tertekan dengan perjodohan dengan aku? Ya ampun, ini gimana? Kenapa Yura membuat teka-teki malam-malam gini, mutar otak. Huh, yang benar saja!' batin Arsen.

"Udah? Udah puas ngomongnya? Jujur, semua yang kamu omongin itu salah besar." Arsen turun dari kasur dan pergi keluar. Ntah kemana dia pergi, dia hanya ingin menenangkan pikirannya.

Dijodohkan [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang