Part 43

1.2K 43 0
                                    

"Jangan nangis, ntar Daddy liat kamu nangis jadinya drop lagi, gimana?" ujar Arsen saat melihat ku mulai meneteskan air mata ku.

"Engga nangis lagi kok," ucap ku tersenyum berlalu pergi menuju kamar Daddy.

"Assalamu'alaikum," ucap ku masuk ke kamar Daddy.

"Wa'alaikumussalam, anak Mommy udah datang," ujar Mommy tersenyum padaku.

"Mom," ucap ku langsung memeluk Mommy.

"Mommy kenapa gak kasih tau Yura kalau Daddy sakit? Mommy gak sayang lagi sama Yura, ya?" tanya ku.

"Kenapa? Kenapa kamu bilang seperti itu, Nak?"

"Mommy semenjak Yura menikah jarang kasih kabar ke Yura, Yura kadang selalu kepikiran, Mom," ujar ku.

"Maafkan Mommy ya, Nak," ucap Mommy kembali memelukku.

"Bagaimana bisa Daddy sakit gini, Mom?" tanya ku.

"Daddy kecelakaan 3 bulan yang lalu, saat itu Daddy langsung di bawa ke rumah sakit," ujar Mommy.

"Kenapa Mommy gak kasih kabar ke Yura?" tanya ku kembali.

"Mommy kasih kabar ke mertua kamu, sampai-sampai mertua kamu sering menginap di rumah sakit," jawab Mommy.

"Jadi selama 3 bulan ini Mama Papa bolak balik rumah sakit untuk jengukin Daddy dan nemenin Mommy?" tanya ku yang mulai terasa air mata ku menetes.

Arsen kembali menggenggam tangan ku membuat ku menoleh padanya, ia menggeleng-gelengkan kepalanya sebagai isyarat bahwa aku tidak boleh nangis di depan Daddy.

"Mom, Aku mau ketemu Daddy," ujar ku langsung menghampiri Daddy.

"Dad," panggil ku.

"Nak, kamu apa kabar?" tanya Daddy.

"Kabar Yura baik, Dad," ucap ku seraya menahan air mata agar tidak menetes di depan Daddy.

Perih... sangat perih ku rasakan ketika melihat Daddy berbaring lemah.
Perih... saat ku tau semua orang menyembunyikan Daddy yang berbaring lemah di rumah sakit selama 3 bulan.
3 bulan lamanya Daddy melawan rasa sakit di tubuhnya.

"Maafkan Daddy, Nak," ucap Daddy.

"Aku baik-baik aja, Dad" ujar ku memeluk Daddy

"Daddy udah makan?" tanya ku dan Daddy mengangguk.

"Daddy udah minum obat?" tanya ku Daddy kembali mengangguk.

Sakit, perih...
Aku tak bisa lagi menahan air mata ku, seketika lolos begitu saja.

"Dad, Yura ke dapur, ya. Mau ambil minum," ucap ku tersenyum di angguki oleh Daddy.

"Kamu mau kemana?" bisik Arsen pada ku.

"Ruang tamu," ucap ku lirih.

Arsen menggenggam tangan ku dan mengikuti langkah ku menuju ruang tamu.

"Ada apa?" tanya Arsen.

"Aku gak kuat, Bang. Aku gak kuat kalau terus-terusan lihat Daddy dalam kondisi seperti itu," ucap ku.

"Hiks... Aku gak bisa nahan nangis di depan Daddy, Bang. Gak bisa, hiks," lanjut ucapan ku.

Arsen menarikku dalam pelukannnya seraya berkata, "Menangislah... menangislah kalau itu membuat kamu tenang, Aku selalu ada di sisi kamu. Kalau kamu udah tenang, kita kembali ke kamar Daddy."

"Ra, kamu belum kasih kabar bu Risma kalau kita udah di rumah Daddy," ujar Arsen membuat ku teringat akan ucapan bu Risma.

"Iyaa, Bang, aku lupa," ucap ku langsung mengambil handphone dan mengirimkan pesan pada Bu Risma.

Author Pov 

#Ting...Tong.. Ting...Tong..

Mbak Intan asisten rumah tangga Yura langsung berjalan membuka pintu rumah.

"Mbak, Yura ada kan?" tanya Aurel.

"Ada, di dalam lagi sedih," jawab Mbak Intan.

"Kami boleh masuk?" tanya Toni.

Aurel, Zanna dan teman lainnya langsung menuju rumah Mommy Yura saat pulang sekolah.

"Sebentar, ya, saya tanya ke Non Yura," ucap Mbak Intan berlalu masuk menghampiri Yura.

"Non, itu di depan ada temannya Non Yura," ujar Mbak Intan.

"Siapa, Mbak?" tanya Arsen yang masih mendekap Yura dalam pelukannya.

Dijodohkan [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang