Yura tak menanggapi karena ia merasa bingung harus cerita darimana.
Arsen yang melihat Yura hanya diam saja pun kini ia mengambil ponselnya untuk menghubungi omar dan teman lainnya agar datang ke rumahnya.
"Mau ngapain, Bang?" tanya Yura.
"Cuma ngobrol sama mereka," jawab Arsen.
"Aku boleh gak ajak teman ku untuk datang juga? Aku bosan!" ucap Yura.
"Ya," balas Arsen.
Yura langsung menuju kamar nya mengambil ponsel dan sama hal-nya dengan Arsen yang menghubungi sahabatnya untuk datang ke rumah.
Tak lama kemudian, Omar, Ray, serta Toni datang ke rumah Arsen.
"Ada apa, Bro?" tanya Ray.
"Ayolah! apa kalian cuma mau berdiri? Gak mau duduk nih?" tanya Arsen.
Yura yang melihat kedatangan sahabat Arsen langsung membuatkan minuman untuk mereka dan membawanya ke ruang tamu.
Tak lama dari kedatangan sahabat Arsen, tiba-tiba Zanna dan Aurel pun juga datang.
"Ayo, kita ke halaman belakang aja!" ucap Yura.
"Apa Yura merasa canggung ketika bersama ku? Tumben banget gak gabung," batin Arsen yang bingung menatap kepergian Yura.
"Lo baik-baik aja?" tanya Toni.
"Ya, seperti yang lo lihat," ujar Arsen.
"Maaf nih, Bro, aku sama Toni rencanakan buat kasih lo obat perangsang pas acara kemarin malam," ucap Ray yang merasa tidak enak dengan Arsen.
"Hmm, sebenarnya buat apa kalian merencanakan itu?" tanya Arsen tampak kesal pada sahabatnya.
"Kalian tunggu di sini, gue mau nemuin Yura," lanjut ucapan Arsen berlalu pergi menuju halaman belakang.
"Ra, aku mau bicara," ucap Arsen yang kini ada di hadapan Yura.
"I-iya, Bang," Yura berjalan mengikuti Arsen dari belakang.
Sesampainya mereka di kamar, "Ra, ceritakan apa yang terjadi!" ucap Arsen.
"Cerita apa?" tanya Yura.
"Kejadian saat kemarin malam aku masih dalam pengaruh obat perangsang," jawab Arsen.
Yura pun menjelaskan dari saat Omar membawa Arsen ke kamar hingga sampai Arsen terlelap.
"Argh!" teriak Arsen menarik rambutnya frustasi.
"Yura, maafkan aku," ucap Arsen yang di angguki oleh Yura.
"Ikut aku," ucap Arsen menarik tangan Yura dengan langkah cepat.
"Abang, bisa pelan-pelan? Kalau gak bisa pelan-pelan mending jangan menarik tangan ku, biarkan aku berjalan sendiri," ucap Yura karena masih merasa sakit di bagian Miss V.
Arsen yang baru sadar karena kondisi Yura pun memperlambat langkahnya dan masih menggenggam tangan Yura.
Sesampainya Yura dan Arsen di ruang tamu, Yura melihat Aurel juga Zanna yang mengobrol dengan ketiga teman Arsen. Ntah sejak kapan mereka duduk di ruang tamu.
"Minta maaflah kalian pada Yura," ucap Arsen pada Toni dan juga Ray.
"Yura, maafkan aku yang udah merencanakan semua ini," ucap Ray.
"Maafkan aku juga yang udah memasukkan obat itu," timpal Toni.
"Hmm... sudahlah, ini semua juga udah terjadi," ucap Yura yang masih menunduk.
"Eh, tunggu.. maksudnya ini gimana sih?" tanya Aurel yang masih belum paham dengan yang di bicarakan.
"Gak usah di perpanjanglah," bisik Zanna yang sudah paham dengan situasi saat ini.
"Tapi aku kepo," bisik Aurel yang memang tidak tau apa-apa.
"Mereka udah melakukannya," ceplos Ray.
/pletak
Toni menjitak kepala Ray seraya berkata, "Mulut lo lemes, gak bisa di jaga."
Ray langsung menutup mulutnya seraya protes pada Toni, "Tapi bisa gak sih kalo lo gak jitak gue, lo kira kagak sakit!"
"Refleks gue," ucap Toni.
"Jadi Nibel akan hamil?" tanya Aurel membuat semua menoleh padanya dengan tatapan horor.
"Aurel, kamu tuh ya," ucap Zanna.
"Hehe, maap." Aurel menatap lekat wajah Yura, kemudian ia kembali mengeluarkan suaranya.
"Eh tapi, ya, kalau Nibel hamil gimana dong sekolahnya yang masih setahun lagi?" tanya Aurel yang masih belum berhenti memikirkan Yura.
"Aelah, masih di perpanjang jugak!" ucap Toni menepuk jidatnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan [TERBIT]
Teen FictionJudul sebelumnya : Siapa Lelaki Itu? ____________________ First Impression yang buruk saat Yura bertemu dengan sosok laki-laki sahabat lamanya yang sejak lama tidak berjumpa, bahkan mereka berdua sudah saling melupakan satu sama lainnya. Siapa sangk...