Part 40

1.3K 56 0
                                    

"Hmm, apa yang di lakukan anak ku," ucap lirih Papa bertanya-tanya.

"Sebaiknya aku pergi aja ke kamar Arsen," ucap Papa.

"Papa mau kemana?" tanya Yura yang tidak sengaja bertemu papa di ruang tamu.

"Mau ke kamar kalian, kamu dari mana, Nak?" tanya Papa.

"Tadi Yura dari dapur, Pa," jawab Yura.

"Ayo, Nak, kembali ke kamar kamu. Sekalian Papa mau ke kamar kalian juga nih," ucap Papa yang diangguki oleh Yura.

Sesampainya di kamar, Yura langsung membuka pintu seraya berkata, "Abang, ada papa nih."

"Eh, Pa. Kenapa?" tanya Arsen tampak bingung.

"Sini kamu, Arsen. Papa mau ngobrol bentar," ucap Papa.

"Nak, Papa pinjem suami kamu bentar, ya," lanjut ucapan Papa yang menoleh pada Yura.

Arsen Pov 

'Ada apa nih, kenapa Papa tiba-tiba ngajak ngobrol gini? Malam-malam pula,' tanya ku dalam hati.

"Apa yang kamu lakuin ke Yura?" tanya Papa.

"Yura ngadu ke Papa?" tanya ku kembali pada Papa.

"Gak, Mama kamu tuh kesal sama kamu sampai-sampai Papa juga kena imbasnya," ujar Papa.

"Pa, ini salah paham. Aku gak ada niatan untuk nyakitin perasaan Yura," ucap ku.

"Gini deh, Kamu jelaskan dari awal sampai titik akhir kenapa mama kamu kesal? Apa penyebabnya?" tanya Papa.

"Di malam pertama pernikahan kami, Natasya telpon aku dan yang mengangkat telponnya itu Yura, malam itu juga di telpon itu Natasya bentak Yura, Pa. Nah, saat itu lah aku matikan telponnya dan langsung chat Natasya untuk nanya ada apa telpon, kata si Natasya dia butuh bantuan aku, Pa. Saat malam itu juga lah aku bilang ke Natasya temui aja aku di taman. Pas di taman itu, Natasya cerita banyak tentang dia tuh bilang ke Mamanya kalau aku itu pacar dia, pas itu juga Mama nya Natasya pengen jumpa sama aku," ucap ku menjelaskan pada Papa.

"Trus Yura udah tau?" tanya Papa.

"Pas di taman itu, Yura gak sadar kalau aku gak ada. Yura lagi sama si Zanna sahabat dia," ucap ku.

"Trus gimana?" tanya Papa.

"Yura di sekolah tetap aku cuekin, Pa, bahkan aku sering pergi dengan Natasya," ucap ku.

"Nah pas waktu pulang aja aku sempat lupa jemput Yura, sampai aku bertengkar dengan Omar," lanjut ucapan ku.

"Kenapa kalian bertengkar?" tanya Papa ku kembali.

"Yura pingsan karena kelamaan nunggu aku saat itu, pas di klinik itu Omar mengaku kalau dia pernah suka sama Yura dan kalau aku selalu cuekin Yura atau sakitin Yura dia bakal rebut Yura," ucap ku.

"Aku gak terima lah, Pa, ya aku marah aja sama dia," lanjut ucapan ku.

"Trus apa yang buat Mama kesal?" tanya Papa melanjutkan interogasinya.

"Mama ketemu sama aku pas di rumah sakit, saat itu juga Natasya lagi menggandeng tangan ku, Pa," ucap ku.

"Oh, sekarang Papa paham," ujar Papa.

"Aku harus gimana sekarang, Pa?" tanya ku.

"Papa tanya ke kamu, kalau Papa suruh pilih Yura dengan Natasya. Kamu bakal pilih siapa?" tanya Papa.

"Kenapa papa mesti tanya? Gak akan abang pilih Yura, karena dia sama sekali gak cinta sama Yura biarkan aja Omar rebut Yura kalau emang Omar bisa buat Yura bahagia. Mama gak rela kalau Yura terus-terusan sedih," ucap Mama yang ternyata mendengar obrolan ku dengan Papa.

"Gak, Ma. Mama tuh salah, Aku bakal pilih Yura," ucap ku tegas.

"Kalau kamu pilih Yura, kamu harus buktikan. Kamu jauhi Natasya atau mama akan bantu Omar untuk mendekati Yura," ucap Mama.

"Aku akan jauhi Natasya," ucap ku.

"Papa harap kamu bisa pegang ucapan kamu sendiri," ujar Papa menepuk pundakku dan langsung membawa Mama meninggalkan ku.

Dijodohkan [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang