Part 8

2.1K 93 0
                                    

-Dalam Panggilan-

"Kenapa?" tanya Arsen.

"Assalamu'alaikum" ucap Yura.

"Wa'alaikumussalam, napa?" tanya Arsen.

"Kamu masih lama? Kalau masih, aku naik ojek aja ya?"

"Ya tunggu, aku OTW ke rumah sakit sekarang," ucap Arsen yang langsung memutuskan panggilan telponnya.

Arsen pun langsung kembali dalam cafe seraya berpamitan pada para orang tua,"Pa, Ma, Om, Tan, Arsen izin pamit duluan, ya. Mau jemput Yura ke Rumah sakit," ucap Arsen berpamitan dengan sopan.

"Yura sakit, Nak?" tanya Mommy yang langsung khawatir pada Yura.

"Yura tadi jenguk temannya aja kok, Tan. Alhamdulillah Yura sehat," jawab Arsen.

"Eh, gimana kalau Yura sekalian di kasih tau aja, jadi nanti Arsen jemput yura langsung balik ke cafe lagi," saran Daddy yang membuat Arsen semakin gusar.

"Boleh tu, Bro!" ucap Papa Gavin yang menyetujui ucapan Daddy-nya Yura.

"Kalau gitu, Arsen pamit dulu, ya."

"Nak, sekalian jemput adek kamu, dia lagi di rumah tadi mama tinggal," ucap Mama.

"Ya, Ma. Nanti Arsen jemput adek langsung ke Rumah sakit jemput Yura trus langsung balik ke sini," ucap Arsen dan langsung pergi meninggalkan cafe

'Ngapain coba gua di jodohkan sama Yura, kayak gak ada cewek lain aja. Lagian aku belum kenal dekat dengan Yura, ketemunya sebulan yang lalu, kenalannya baru hari ini. Eh, malah mau dijodohkan!' gumam Arsen pada saat keluar dari cafe.

○O○

Saat ini, Arsen baru aja sampai di depan Rumah sakit bersama dengan Aziel di sampingnya.

"Abang, kita mau napain ke lumah takit?" tanya Aziel dengan cedal.

"Jemput kak Yura, ikut gak?" tanya Arsen pada adik kecilnya.

"Itut, yeee ketemu kak Yula!" teriak Aziel dalam mobil.

Arsen pun langsung menggendong adek nya masuk ke dalam rumah sakit. Pada saat sampai di kamar rawat Tiara, Arsen melihat Roy yang sedang memperhatikan gerak gerik Yura.

Arsen pun mengetuk pintu dan ia langsung masuk tanpa salam sambil menggendong Aziel.

"Yura, ayo pulang!" ucap Arsen yang membuat Yura kaget.

"Eh, iya. Roy, Tiara, teman-teman. Aku pamit duluan, ya. Assalamu'alaikum," ucap Yura berpamitan pada teman-temannya.

Yura pun langsung keluar dari kamar rawat Tiara mengikuti langkah Arsen.

"Kak Yula!" sapa Aziel.

"Eh, Aziel. Kamu ikut abang? Sejak kapan?" tanya Yura yang baru menyadari kalau Aziel ikut menjemputnya bersama dengan Arsen.

Udah satu bulan Yura tinggal di rumah Arsen, yura pun semakin dekat dengan Aziel. Bahkan jika harus memilih, Aziel lebih suka tidur dengan Yura di bandingkan dengan Abangnya sendiri 

"Abang, aku mau di gedong kak Yula" ucap Aziel, Arsen pun langsung memberikan Aziel pada Yura.

Sesampainya di mobil, Yura langsung masuk dan duduk memangku Aziel.

"Ziel, abang kenapa diam aja? Sariawan ya abang kamu?" tanya Yura sambil melirik Arsen yang sedang fokus menyetir.

"Ziel gak tau, Kak. tadi abang baik aja cama aku," ucap Aziel.

"Kak Yula, aku pinjem hp kakak dong!" lanjut ucapan Aziel, tak lama Aziel bermain handphone, ia pun tertidur dalam pangkuan Yura.

"Kamu kenapa diam aja?" tanya Yura.

"Cowok dalam kamar Tiara tadi, siapa?" tanya Arsen.

"Cowok yang mana satu? Ada 3 loh," jawab Yura.

"Cowok yang nyambut kamu sejak depan rumah sakit, dia siapa?" tanya Arsen sedikit meninggikan suaranya, seperti orang yang sedang cemburu.

"Oh, itu Roy. Teman kelas ku," ucap Yura seadanya. Arsen pun diam tak membalas ucapan Yura.

"Ini perasaan bukan jalan menuju rumah, kita mau kemana?" tanya Yura. Namun, tak dihiraukan oleh Arsen.

Sesampainya di cafe, Arsen membantu Yura turun karena Aziel tertidur di pangkuan Yura. 

Yura pun bingung kenapa ia di bawa ke cafe oleh Arsen, 'Kalau aku tanya pun percuma, pasti dia gak jawab. Diam aja deh aku,' batin Yura.

Arsen, Yura, dan Aziel yang ada dalam gendongan Yura pun masuk ke dalam cafe. Begitu terkejutnya Yura pada saat ia melihat kedua orang tuanya ada di dalam cafe sedang mengobrol dengan tante Siska dan om Gavin.

Dijodohkan [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang