Part 35

1.4K 58 0
                                    

"Eh maksudnya apa nih?" tanya ku.

"Aku cuma takut aja, Kak, kalau Kakak di rebut sama Natasya, 'kan kasihan Yura," jawab Aurel.

"Mungkin bukan aku yang di rebut, tapi Yura yang direbut sama sahabat ku sendiri," ucap ku.

"Kenapa sih kamu bang, bahas nya aku mulu yang di rebut," sambar Yura yang tiba-tiba duduk di samping ku.

Author Pov

22.00 WIB

Tak terasa mereka telah berbincang lama di ruang tamu.

"Hoam, pulang yuk," ucap Zanna sambil menguap.

"Iya nih, udah larut malam," timpal Aurel.

"Kami balik dulu ya, Bro, maaf nih dah ganggu malam-malam," ujar Toni.

"Ya.. hati-hati," ucap Arsen.

"Abang, aku antar mereka ke teras dulu ya, kamu bawa aja Aziel ke kamar kita," ucap Yura.

Arsen berjalan menuju kamar tamu dan mengangkat Aziel menuju kamarnya.

Yura mengantar teman-temannya menuju teras rumah, "Zanna, Aurel.. itu kak Omar kenapa di cemburui sama Abang sih?" tanya Yura.

"Sebenarnya kak Omar udah lama menyimpan rasa ke kamu, dia udah suka sama kamu semenjak kita kelas 10," ucap Aurel.

"Dan semenjak kamu nikah dengan kak Arsen, dia udah berusaha untuk mendam perasaannya dan lupain kamu," timpal Zanna.

"Jadi, abang tau kalau kak Omar pernah suka sama aku?" tanya Yura.

"Iyaa, pas di klinik kak Omar kasih tau ke kak Arsen," jawab Aurel yang membuat Yura terdiam.

"Yaudah.. kami pulang, ya," ujar Zanna.

"Iyaa, hati-hati kalian," ucap Yura.

○O○

01.45 WIB

Yura tampak terbangun dari tidurnya karena ia berperasaan tidak enak.

"Kakak Yula," panggil Aziel.

"Hey, kok kamu bangun, Ziel?" tanya Yura.

"Yura kangen Mama, Kak," jawab Aziel.

"Sini sama Kakak," ucap Yura langsung mendekap Aziel dalam pelukannya.

"Kok kalian pada bangun?" tanya Arsen yang merasa terganggu.

"Aziel kangen Mama, Bang," jawab Yura.

"Mama belum bisa pulang, Ziel," ucap Arsen.

"Udah, tidur lagi aja," lanjut ucapan Arsen langsung memejamkan matanya kembali.

"Abang marah, ya, Kak?" tanya Aziel.

"Mungkin abang capek, Dek" jawab Yura sambil tersenyum.

Yura Pov

'Ada apa ini, aku kepikiran dengan Daddy,' gumam ku.

Tak terasa air mata ku menetes dan pikiran ku semakin larut memikirkan Daddy. Aku langsung mengambil ponsel ku berniatan untuk menelpon Daddy, tapi Aku mengurungkan niatan ku karena takut mengganggu Daddy yang sedang beristirahat.

"Besok aja deh telponnya," ucap ku lirih yang tak sadar terdengar oleh Arsen.

"Mau telpon siapa jam segini?" tanya Arsen.

"A-aku Kepikiran dengan Daddy, Bang" ucap ku.

"Dad...Daddy??" tanya Arsen.

"Iyaa.. kenapa, Bang?" tanya ku.

"Mungkin kamu kepikiran hanya karena kangen Daddy, doakan aja Daddy sehat-sehat aja," ujar Arsen.

Tak sadar, Aziel sudah kembali tertidur.

"Balik tidur sana, ntar kesiangan," ucap Arsen.

Aku langsung kembali berbaring dengan perasaan yang tetap tidak enak memikirkan Daddy.

Tiba-tiba Aku mendengar ponsel Arsen berbunyi, "Siapa sih telpon jam segini" lirih ku.

Arsen langsung mengangkat telpon di ponselnya.

"Ada apa?" tanya Arsen.

"...."

"Kok bisa?"

"...."

"Iya, besok," ucap Arsen langsung menutup telponnya.

"Ada apa, Bang?" tanya ku.

"Mama nya Natasya keadaannya semakin memburuk, besok kita ke rumah sakit ya," ujar Arsen.

"Kita? Jadi aku juga ikut bang?" tanya ku antusias.

"Iya, biar kamu percaya kalau aku benar-benar ada urusan dengan Natasya bukan rekayasa," ucap Arsen.

"Beneran aku di ajak nih kan besok?" tanya ku kembali.

Dijodohkan [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang