"Daddy?" tanya ku kaget
"Oke, Ma. Yura izin sekarang, Assalamu'alaikum," ucap ku langsung memutuskan panggilan telpon.
"Hey, ada apa?" tanya Arsen yang tak aku sadari ada di belakang ku.
"Dad-Daddy baru pulang dari rumah sakit, Bang. Kenapa ya Daddy sakit gak kabari aku?" ucap ku sedih.
"Nanti pasti Mommy jelaskan ke kamu, sekarang kamu mau izin?" tanya Arsen.
"Iyaa, aku ke ruangan guru dulu, ya, Bang." Aku berlalu pergi menuju ruang majelis guru.
"Eh, tunggu. Biar aku temenin kamu," ucap Arsen menahan tangan ku.
Aku mengangguk, kami pun pergi menuju ruang majelis Guru untuk mencari Bu Risma selaku wali kelas ku.
"Permisi, Bu, saya mau minta izin untuk pulang. Apa boleh?" tanya ku.
"Ada apa, Nak? Apa ada masalah?" tanya balik Bu Risma.
"Daddy saya sakit, Bu, baru saja di bawa pulang dari rumah sakit. Saya baru saja di telpon di minta untuk pulang," ujar ku.
"Yaudah, ibu izinkan kamu pulang. Tapi, kamu pulang di antar atau di jemput?" tanya Bu Risma. Aku pun langsung menoleh pada Arsen meminta jawaban.
"Saya yang akan antar Yura sampai rumahnya, Bu," ucap Arsen.
"Yaudah, kamu kalau udah sampai rumah, kabari ke ibu, ya. Karena saat ini masih di jam sekolah dan masih tanggung jawab pihak sekolah," ujar Bu Risma.
"Baik, Bu. Nanti kalau udah sampai rumah Mommy saya langsung kabari Ibu," ucap ku.
"Iyaa, Nak, pulang lah. Jangan lupa ambil tas kamu di kelas," ucap Bu Risma.
Aku langsung menyalimi Bu Risma dan berlalu pergi ke kelas untuk mengambil tas ku.
"Kamu tunggu di kantin aja, Bang. Biar aku ke kelas ambil tas," ucap ku berlalu pergi meninggalkan Arsen di depan ruangan guru.
○O○
"Ayo, Bang," ajak ku sedikit tak bersemangat.
"Udah? Gak ada yang ketinggalan?" tanya Arsen.
"Enggak," jawab ku.
"Semuanya, aku permisi dulu ya balik duluan," ujar ku langsung berlalu pergi menuju parkiran sekolah karena perasaanku yang masih memikirkan kondisi Daddy.
Tak lama kemudian, Arsen sampai di parkiran, ia pun berkata, "Hey, jangan melamun."
"Ayolah, Bang, aku udah khawatir nih," ujar ku.
"Yaudah, yok!" ucap Arsen sambil tersenyum pada ku.
Ya, 3 bulan terakhir ini sikap Arsen kembali seperti dulu, ia mulai perhatian pada ku, ia mulai mengajak ku mengobrol tidak seperti biasanya yang selalu bersikap cuek dan masa bodo padaku. Aku tersenyum kecil yang tak ku perlihatkan pada Arsen.
Sesampainya di rumah Mommy, aku langsung berlari masuk ke dalam rumah.
"Non, ada apa terburu-buru?" tanya Mbak Intan, asisten rumah tangga ku.
"Daddy mana, Mbak?" tanya ku.
"Ada di kamar, langsung masuk aja, ayo!" ajak Mbak Intan menarik tangan ku.
"Ada siapa aja di dalam, Mbak?" tanya ku.
"Tuan, Nyonya, dan kedua mertua kamu aja, Non," ucap Mbak Intan.
"Non jangan khawatir, Tuan udah membaik keadaannya," lanjut ucapan Mbak Intan menenangkan ku.
Saat aku berjalan dengan mbak intan tiba-tiba Arsen memegang erat tangan ku seakan-akan memberi kekuatan agar aku tidak terlalu bersedih terutama di depan Daddy.
"Udah lah, semua baik-baik aja," ucap Arsen tersenyum pada ku.
"Ayo masuk, kenapa liat aku seperti itu, hmm?" tanya Arsen.
"Terima kasih, Bang," ucap ku yang langsung di tarik oleh Arsen ke dalam pelukannya.
Mbak Intan yang merasa tidak enak dan salah tingkah melihat kelakuan pasutri muda di depannya, ia pun berlalu pergi menuju dapur.
"Jangan nangis, ntar Daddy liat kamu nangis jadinya drop lagi, gimana?" ujar Arsen saat melihat ku mulai meneteskan air mata ku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan [TERBIT]
Teen FictionJudul sebelumnya : Siapa Lelaki Itu? ____________________ First Impression yang buruk saat Yura bertemu dengan sosok laki-laki sahabat lamanya yang sejak lama tidak berjumpa, bahkan mereka berdua sudah saling melupakan satu sama lainnya. Siapa sangk...