Part 77

841 32 0
                                    

Sesampainya di warung makan, mereka turun bersamaan. Mommy dan Daddy, Mama dan Papa, Yura dan Aziel. Eh, dimana Arsen? Ntahlah Yura tidak peduli dan langsung segera masuk ke dalam warung makan yang tampak ramai dengan pengunjung-pengunjung.

"Wah, Bro. Tampaknya ini masih sama seperti yang dulu," ujar Papa yang sangat bersemangat.

"Widih, iya nih. Yok yok segera aja kita masuk temuin si Rehan," ucap Daddy tak kalah semangat dari Papa.

'Hah? Siapa lagi Rehan? Kesini untuk makan atau reuni, sih?' gumam Yura.

"Kamu kenapa berdiri disini? Ayo kita masuk ke dalam," ajak Arsen.

Setelah sekian jam Arsen mendiamkan dirinya, akhirnya Arsen kembali berbicara. Kenapa Yura terlihat begitu senang? Apa dia sangat takut jika Arsen mendiamkannya? Wah, ternyata Yura pandai sekali menyembunyikan ketakutannya hanya dengan balik mendiamkan Arsen.

Arsen, Yura dan juga Aziel berjalan beriringan menuju meja tempat makan orang tua mereka.

"Nah, ini dia pasangan yang masih anget-angetnya!" celetuk Papa mengenalkan pasangan muda itu pada sosok laki-laki yang nampaknya ia seukuran dengan orang tua mereka.

"Rehan, kenalin ini anak dan menantu-ku. Nak, kenalin ini om Rehan, teman lama kami di SMA sekaligus pemilik warung ini," ujar Daddy memperkenalkan Om Rehan padaku dan juga pada Arsen.

"Ooo, ini Arsen dan Yura. Semoga langgeng ya kalian, dan jangan lupa cucu nih buat orang tua kalian. Haha," tutur Om Rehan tak lupa tawanya diakhir tuturan itu.

"Baru juga Yura lulus, Om. Masa udah bahas anak," elak Arsen dengan tersenyum canggung. Sementara Yura hanya menyimak aja pembicaraan mereka.

"Ah yasudah, kalau ada kabar baik jangan lupa kasih tau aku. Dan kalau kalian perlu bantuan aku, kabari langsung jangan diam-diam aja," ujar Om Rehan yang diangguki oleh orang tua kami.

"Kalian mau pesan apa nih? Jadi lupa karena keterusan ngobrolnya," tanya Om Rehan. Dan akhirnya kami pun memesan makanan untuk siang ini.

Kami makan dengan penuh kehangatan, kami makan bersama dan juga ada sedikit candaan yang dilontarkan oleh Daddy, Papa, serta Arsen yang selalu ikut nimbrung dengan segala keusilannya.

"Kalian rencana mau gimana seka--"

"Sayang, kamu disini?" tanya sosok perempuan dengan antusiasnya langsung memegang pundak Arsen.

Dan benar saja, semua mata tertuju pada Arsen dengan sejuta pertanyaan di pikiran masing-masing.

'Gimana bisa ada Mira? Agrh! Wanita ini selalu muncul di waktu yang tidak tepat!' batin Arsen.

"Sayang, kamu kangen gak sama aku? Sayang, mereka ini siapa? Kamu kumpul sama para teman Mama dan Papa kamu?" pertanyaan-pertanyaan yang Mira lontarkan tidak pantas untuk didengar saat ini, apalagi dalam keadaan makan. Sangatlah menyebalkan.

"Arsen, siapa wanita ini?" tanya Mommy yang merasa heran.

"I-ini... Emm... Dia--" ucapan Arsen terputus kala Yura langsung menyambar.

"Dia teman Yura, Mom," sambar Yura sambil tersenyum lalu berdiri. Ia menarik tangan Mira sampai keluar warung makan.

"Kamu kenapa sih? Kenapa mesti nongol di depan keluarga kami? Kenapa mesti di depan orang tua kami?" tanya Yura pada Mira belum dengan emosi. Karena Yura tidak mau membuat keributan. Terlebih ini saat warung makan teman dari orang tuanya.

"Heh, lo sendiri 'kan yang memperbolehkan gue deketin Arsen? Urusan gue lah mau nongol pagi, siang, sore, malam, depan orang tua, kakek nenek, saudara. Ya suka-suka gue, napa lo yang sewot!" ucap Mira membuat Yura kesal. Hampir saja Yura ingin menampar dirinya, tapi ia masih menahan sampai detik ini.

"Lo tuh, pengganggu urusan percintaan gue dengan Arsen. Tau lo!" sambung ucapannya yang lumayan pedas. Yura tak sadar ia melayangkan tangannya, dan....

"Yura, stop!" teriakan seseorang membuat tangannya berhenti seketika. Tamparan yang harusnya terjadi, kini tertunda.

Dijodohkan [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang