Part 74

857 30 0
                                    

"A-abang," panggil Yura membuat Arsen tersadar dari lamunan-nya.

"Abang kenapa?" perlahan Yura bertanya pada Arsen hanya mendapat gelengan kepala dari Arsen, ia tak menjawab.

"Abang, aku salah apa?" lagi-lagi Yura bertanya hanya didiamkan oleh Arsen.

'Kenapa dia tak menjawab? Apa yang aku lakukan membuat dirinya seperi ini?' batin Yura.

"Yaudah, kalau Abang gak mau cerita gapapa kok, aku balik ke kamar aja!" seru Yura yang langsung berdiri dan melangkahkan kakinya menuju kamar. Namun, langkahnya terhenti saat tangannya ditahan oleh Arsen.

Arsen menyuruh Yura kembali duduk disampingnya, Arsen pun menghadap pada Yura. "Ra, kamu gak ngerasain kalau--" 

Kenapa? Kenapa ucapannya terputus? Apakah Arsen gugup bersama dengan Yura? Ah, tidak! Tidak mungkin Arsen gugup. Yura adalah istrinya, lantas kenapa ia gugup?

"Kalau apa, Bang?" tanya Yura.

"Ka-kalau.... Kalau Roy ada perasaan lebih pada kamu dan itu bukan perasaan hanya sekedar teman, kamu sadar gak?" akhirnya Arsen melontarkan pertanyaannya yang sedari tadi membuat pikirannya bergelut tidak jelas.

'Aku kira Abang akan bilang kalau dia udah punya perasaan padaku, ternyata tidak!' batin Yura.

"Gak, Bang. Kenapa Abang berpikiran seperti gitu? Apa itu yang membuat Abang dari tadi diam? Kenapa abang memikirkan itu?" tanya Yura.

"Dia di sekolah dekat sama kamu itu, karena dia suka sama kamu, Ra. Mestinya kamu sadar dan gak perlu berdekatan dengan dia, apalagi tadi kalian berdua mempersiapkan perpisahan besok, bisa jadi itu modus dia aja. Kamu mestinya jaga jarak dong sama dia, masa masih dekatan juga? Kamu udah menikah, Ra. Kamu ngerti 'kan?" uneg-uneg yang tertahan akhirnya terlontarkan dengan lancar dari bibir Arsen. 

Yura yang mendengarkan apa yang Arsen ucapkan merasa kalau Arsen sedang cemburu padanya dan juga Roy, ia tersenyum menatap gemas pada Arsen. 'Apa benar Abang cemburu? Berarti dia udah ada perasaan dong sama aku,' batin Yura.

"Kenapa senyum, Ra? Aku serius ini," ujar Arsen yang merasa bingung karena Yura malah senyum-senyum gak jelas.

"Abang cemburu, ya?" pertanyaan Yura membuat Arsen terdiam.

"Bagus dong, Bang. Kalau Roy suka sama aku, jadi ntar kalau abang dekat sama Natasya atau Mira, kan aku bisa langsung PDKT dengan Roy!" seru-nya menggebu-gebu dan ia ingin membuat Arsen mengungkapkan perasaannya.

"Ra!" geram Arsen. Arsen memegang tangan Yura menatap mata terang Yura yang memandangnya dengan kehangatan. Tak lama, Arsen langsung memutuskan pandangannya dan melepaskan tangannya yang menggenggam tangan Yura. Apa ini? Apakah ia takut kehilangan Yura? Arsen menjambak rambutnya, ia frustasi dengan keadaan saat ini.

"Ra, kamu tuh sadar gak sih kalau aku sayang sama kamu!" seru Arsen yang masih menjambak rambutnya. Akhirnya perasaan yang ia pendam lolos dari bibirnya. Ia mengucapkannya. Ya, akhirnya dia bisa.

"Apa, Bang? Gak kedengaran," ucap Yura membuat Arsen langsung menatap dirinya dengan malas.

"Yakin gak kedengaran? Yaudah lupakan aja," ujar Arsen mengalihkan pandangannya.

"Abang tenang aja, aku gak mungkin suka sama Roy karena aku tuh udah sama Abang dan aku pun gak bisa ngelak kalau aku juga punya perasaan yang sama dengan Abang," tutur Yura lembut manatap Arsen yang menoleh padanya.

"Trus kalau Roy nembak kamu?" tanya Arsen.

"Mana mungkin aku terima, Bang!" 

'Hmm,' gumam Arsen.

Yura dan Arsen saling menatap, menyalurkan perasaan yang terpendam melalui tatapan itu.

"Oiya, Bang. Jadi, Natasya dan Tiara tuh kakak dan adik?" tanya Yura. 

Ya, Yura baru ingat jika ia sejak tadi ingin menanyakan itu pada Arsen.

Dijodohkan [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang