Part 76

863 30 2
                                    

"Eh, Abang!" teriak Yura kaget karena tiba-tiba matanya ditutup oleh seseorang dengan parfum yang ia kenal. Siapa lagi kalau bukan milik Arsen.

"Hehe, kamu tau aja," ucap Arsen tertawa kecil menatap Yura yang masih menahan kekesalannya.

"Udah, jangan kesal gitu. Ini hari terbahagia buat kamu," lanjut ucapan Arsen.

"Abang, jangan gangguin Kak Yura terus!" seru Aziel protes karena kakak Yura yang selalu diganggu oleh Arsen yang usil itu.

"Ih gemes deh Abang sama kamu," ujar Arsen menyubit kecil pipi Aziel.

"Kalian ini, ada aja. Yuk kita berangkat!" ajak Mama Siska.

Ya, hari ini pun tiba. Hari berbahagia buat wanita terbahagia, siapa lagi kalau bukan wanita istimewanya Muhammad Arsen Pratama. Saat ini pula, DaddyMommy, Papa dan juga Mama berangkat menuju ke sekolah Yura.

Daddy dan Mommy berangkat bersama dari rumah Daddy, sementara Papa dan Mama berangkat dari rumah Papa. Arsen, Yura dan Aziel berada di satu mobil. Hanya untuk menghadiri acara perpisahan sekolah Yura, sampai 3 mobil yang ikut serta datang menuju sekolah itu.

"Aaa, Nibel!" teriak Zanna dan juga Aurel. Mereka berdua memeluk Yura dengan begitu erat. Mereka bertiga tampak memakai baju dengan warna yang sama. Apakah merek janjian untuk itu? Ntahlah. Mungkin memang benar mereka merencanakan itu, atau emang benar jika mereka bertiga mempunyai warna favorit yang sama.

"Kalian udah datang dari tadi?" tanya Yura.

"Yaps, betul!" jawab Aurel dengan cepat.

"Yuk masuk!" ajak Zanna yang diangguki oleh Yura dan Aurel.

Sementara keluarga lainnya, langsung menuju gedung sekolah itu, dimana gedung itu merupakan tempat acara perpisahan.

Yura dan kedua sahabatnya asik bercengkrama di belakang gedung. Apa yang mereka bicarakan? Apalagi kalau bukan tentang universitas.

"Nibel, kamu mau lanjut kemana?" lagi dan lagi Zanna menanyakan pertanyaan yang sama untuk keempat kalinya. Karena sejak tadi Yura hanya melamun. Entah apa yang ia pikirkan. Masa sih di hari bahagia gini Yura malah galau? Apakah Yura ada masalah dengan Arsen? Tapi tadi baik-baik saja. Apa yang dipikirkan oleh gadis itu?

"Nibel!" suara Aurel mengeras memanggil sahabatnya yang masih saja melamun.

"Eh, Rel. Kamu kenapa teriak-teriak?" tanya Yura yang kaget dengan teriakan Aurel.

"Kamu sih, ditanyain gak ngejawab. Kamu ada apa? Ada masalah?" tanya Aurel menatap bingung pada Yura. Sementara Yura yang ditatap hanya tersenyum menyembunyikan masalah yang tidak tau apa itu.

"Eh, yuk kita masuk ke dalam gedung. Acara mau dimulai loh," ujar Yura mengalihkan pembicaraan.

○O○

Segala acara telah dilalui, rasa capek pun akhirnya berdatangan. Namun, siapa sangka jika Daddy dan Papa malah mengajak makan siang di warung makan langganan mereka saat masih muda.

Yura yang sangat lelah pun, hanya mengiyakan dan menuruti kemana orang tua-nya membawa pergi. Padahal ini untuk merayakan kelulusan Yura dan juga pelepasan masa pelajar Yura. Tetapi Yura malah yang tidak bersemangat.

Yura melirik Arsen yang masih saja mendiamkannya hanya karena Yura mengobrol dengan Roy tadi. Akhirnya Yura pun berusaha mengajak Arsen untuk mengobrol, "Emm... Abang, a-aku mau tanya."

"Hmm."

'Eh, ada apa ini? Hanya deheman lagi? Deheman lagi deheman lagi, apakah saat ini lidahnya kelu untuk berbicara padaku? Huh, menyebalkan!' batin Yura.

Yura pun tidak melanjutkan pertanyaannya yang ingin ia tanyakan, tapi ia memilih bermain bersama dengan Aziel.

Sementara Arsen, ia menoleh pada Yura, ' kenapa tidak jadi bertanya?' batin Arsen.

Arsen mengingat kembali saat Yura mengobrol dengan Roy, apa yang mereka bicarakan? Pasti suatu hal yang tidak penting. Tapi apa? Yura malah menanggapi, selalu saja menanggapi laki-laki itu.

Dijodohkan [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang