Part 86

832 35 0
                                    

Sebulan pun berlalu, saat ini Yura sedang di halaman belakang rumah mengobrol bersama dengan Mbak Mila.

Arsen sedang bekerja di kantor sejak pagi tadi ia pergi karena ada rapat penting.

Aurel sudah pergi ikut dengan Ray sejak 3 minggu yang lalu. Berat? Tentu saja. Tapi harus bagaimana lagi, karena Aurel sudah menikah dengan Ray sebulan yang lalu. Jadi, mau tidak mau Aurel harus ikut bersama suaminya.

"Assalamu'alaikum. Nibel, aku datang!" teriak Zanna yang saat ini tiba di rumah Yura dengan membawa banyak camilan.

"Wa'alaikumussalam. Kamu tuh datang-datang malah teriak," sungut Yura seraya menghampiri Zanna.

"Hehe, yuk kita nikmati hari ini!" seru Zanna dengan senyum yang terukir di bibirnya.

Yura dan Zanna berjalan menuju halaman belakang rumah, sedangkan Mbak Mila berlalu menuju dapur meninggalkan kedua sahabat yang ingin menghabiskan waktu bersama itu.

Mereka berdua bercerita, pembahasan yang random. Terkadang mereka tertawa terkadang pula emosinya terpancing.

Pagi pun berganti siang, mereka masih saja berada di halaman belakang rumah tanpa beranjak sedikitpun. Sangat asik bercerita hingga mereka tak sadar bahwa saat ini sudah siang.

Hoek.. Hoek..

Zanna menoleh saat Yura terasa mual, "Kamu sakit, Bel?" tanya Zanna memegang tangan hingga dahi.

"Aku ambilkan air hangat, ya," ujar Zanna berlari menuju dapur untuk mengambil air hangat serta minyak kayu putih.

Tak lama, Zanna kembali dengan tangan kanan membawa segelas air hangat, sedangkan tangan kiri memegang minyak kayu putih.

"Nih, diminum dulu," ucap Zanna mengulurkan tangannya menyerahkan segelas air yang ia bawa.

Sementara Arsen saat ini sudah sampai di depan rumah, ia masuk bersama dengan Toni yang baru saja pulang bekerja.

"Assalamu'alaikum," ucap Arsen bersamaan dengan Toni masuk kedalam rumah.

"Wa'alaikumussalam, Den. Non Yura dan Non Zanna sedang di halaman belakang sejak tadi sampai sekarang," ucap mbak Mila memberitahu keberadaan Yura dan juga Zanna.

"Oowh, iya. Makasih, ya, Mbak," tutur Arsen seraya berjalan menuju halaman belakang rumah. Sontak Arsen kaget melihat Yura dalam keadaan pucat. Arsen menghampiri Yura dan menangkup kedua pipi Yura.

"Ra, kamu sakit? Kamu kenapa?" tanya Arsen khawatir.

"A-aku--"

Hoek.. Hoek..

"Kak Arsen, jangan diajak ngobrol dulu. Nibel masih mual dari tadi," ujar Zanna yang diangguki oleh Arsen.

Arsen menggendong Yura menuju ruang tamu, yang diikuti oleh Toni dan Zanna.

"Bel, nih coba dikasih minyak kayu putih dulu," ujar Zanna menyerahkan botol minyak kayu putih yang ia genggam sedari tadi.

"Enggak, Zan. Aku mual mencium bau minyak itu," ucap Yura pelan.

"Yaudah, kamu disini dulu. Abang panggilan dokter ya?" tanya Arsen.

"Engga, Bang. Ini cuma masuk angin aja kok," jawab Yura.

Beberapa menit kemudian, Yura kembali mual berlari menuju kamar mandi di dekat dapur.

Saat keluar kamar mandi, Yura tak sengaja mencium aroma masakan dari dapur, hingga Yura kembali lagi ke kamar mandi memuntahkan cairan bening.

"Bro, kayaknya Yura hamil!" seru Toni membuat Arsen mengingat kapan terakhir kali Yura menstruasi.

Lagi dan lagi, Yura keluar dari kamar mandi dalam keadaan yang semakin pucat.

"Ra, ka-kamu terakhir menstruasi kapan?" tanya Arsen membuat Yura mendongakkan kepalanya.

"Lupa, Bang."

Yura duduk bersandar pada sofa. Ia memejamkan matanya menahan mual.

"Den, Non, makanan sudah siap." Mbak Mila memberitahu dan berlalu pergi kembali ke dapur.

Sementara Arsen dan Yura sudah menuju meja makan bersama dengan Toni dan Zanna. Jujur saja, Yura saat ini sangat malas untuk makan, tapi ia dipaksa oleh Arsen untuk mengisi perutnya karena sudah tampak pucat di wajah Yura.

Dijodohkan [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang